PROLOG

186 3 0
                                    

Halo semuanya. Ah, bukan. Salam kenal, semuanya. Mungkin kalian akan bosan membaca cerita ini. Seperti judulnya, cerita ini akan berisi cerita tentang hidupku. Tenang saja, aku tidak akan menceritakan diriku, sejak aku masih berada dalam rahim ibuku.

Aku hampir lupa, namaku Syafiqal Anwar Waspa. Artinya lelaki tampan, murah hati, simpatik, penyayang yang bercahaya dan dilahirkan dengan penuh air mata. Itu arti yang sering ibuku jelaskan saat aku masih kecil. Namun ketika aku berumur empat belas tahun, ibuku memberitahuku kalau saat melahirkanku, yang dilihat ibu saat itu hanyalah cahaya terang menyilaukan. Kemudian ibuku meneteskan air mata dan berharap anak laki-lakinya menjadi tampan, murah hati, simpatik, penyayang. Untuk bagian tampannya, sepertinya tidak dikabulkan.

Wajahku termasuk jelek. Bukan normal atau biasa, melainkan jelek. Karena itulah sampai aku SMP kelas tiga, cintaku belum pernah diterima oleh seorang perempuan. Pacaran? Diterima saja tidak, apalagi pacaran. Mimpi itu.

Kenapa menuliskan keseharianku di sini? Karena banyak yang iri sama aku, padahal aku iri sekali sama mereka. Mereka bilang aku beruntung, padahal semuanya itu hanya ada dipikiran mereka. Kenapa aku bisa berkata seperti itu? Yang merasakan itu aku. Aku yang paham betul repotnya, jengkelnya, sebalnya sampai berpikir sial amat hidupku.

Sempat punya pikiran bunuh diri? Sering. Apalagi saat cinta ditolak. Bahkan saat aku belum selesai mengatakan pernyataan cintaku, aku sudah ditolak duluan. Tapi ya, balik lagi. Selalu teringat dengan ajaran agama yang melarang bunuh diri. Positif saja. Cewek itu ada banyak. Jadi pasti ada yang mau. Yeah. Tapi entah kapan datangnya. Dan kapan ada yang mau.

Aku termasuk hidup dalam kehidupan yang berkecukupan. Tinggal dengan ke dua orang tua dan seorang kakak perempuan yang imut. Keimutan kakakku lah yang menjadi penyebab orang-orang iri padaku. Jika mendengar ada yang iri, aku hanya bisa menghela napas sambil berkata pada diriku sendiri, "Tenangkan dirimu Afiq. Kamu jelaskan pun percuma." Biasanya aku mengatakannya dalam hati. Terkadang juga kuucapkan sih. Tentu saja dengan suara pelan.

Akan kuperkenalkan diriku sekali lagi. Barangkali ada yang sudah lupa sama namaku. Namaku Syafiqal Anwar Waspa. Biasa dipanggil Afiq. Siswa kelas tiga yang baru saja menyelesaikan ujian sekolahnya dan sedang menunggu hasil pengumuman lulus-tidaknya di ujian tersebut. Wajahku termasuk jelek, karena itu yang sering dikatakan orang-orang di sekitarku. Mirip preman pokoknya. Menunjukkan wajah datar saja sudah berhasil membuat orang yang lihat, antara jijik dan ketakutan, apalagi kalau aku merengut dan sebagainya. Tinggiku 170 cm dengan berat badan 65 kg. Kulit hitam karena terbakar matahari. Lebih tepatnya coklat, cuma ibu-ibu tetangga sering bilang kalau aku itu hitam atau gosong. Termasuk orang yang harus rajin cukur brewok dan kumis. Kalau tidak, langsung tumbuh subur deh itu berwok-kumis dan langsung dikira om-om sama orang yang lihat diriku. Tubuhku termasuk tegap, karena sering olahraga. Walau tidak serajin ayah dan kakakku yang jago silat. Eh, bulu kaki? Kalau itu jangan ditanya lagi, tentu saja lebat.

Golongan darahku B. Paling tidak suka ngobrol dengan orang yang sok tahu. Suka bingung kalau diajak ngobrol tiba-tiba. Paling benci sama sales yang tidak bisa diam, saat menawarkan barang. Untuk sementara sekian dulu, perkenalannya.

————————————————————————————

Kehidupan Sehari-hari Adik Laki-lakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang