Satu

2.6K 266 28
                                    

Guru bahasa inggris di sekolahku sangat tampan, juga menawan layaknya seorang pangeran. Banyak guru lain serta murid-murid di sekolah menyukainya, bahkan saat kalian melihat dirinya untuk pertama kali kalian akan tertarik. Termasuk aku.

Aku pikir hanya akulah satu-satunya gay di sekolah ini, tetapi dugaan ku salah ketika aku melihat teman satu kelasku sedang berciuman disalah satu kelas kosong pada saat kami sedang mengadakan acara camping disekolah.

Oh ya, tentang guru bahasa inggris ku itu. Beliau bernama Chanyeol Park, atau biasa mereka memanggilnya Chanchan, sebenarnya dialah yang menyuruh kami memanggilnya seperti itu. Tetapi aku menolak memanggilnya seperti itu, karena aku masih memiliki sopan santun.

Beliau sangat baik terhadap kami, dia juga ramah serta sangat hangat. Dia tidak pernah marah kepada kami, walaupun kami berbuat salah, hanya saja dia akan menasehati kami layaknya seorang ibu yang menasehati anaknya.

Bagiku, beliau seseorang yang sempurna. Dan kata sempurna dalam dirinya lenyap begitu saja ketika aku mengetahui bahwa dia memiliki seorang kekasih. Kami murid-murid kecewa akan hal itu, tapi seharusnya kami sadar bahwa kami hanyalah sebatas guru dan murid, tidak lebih.

Hari demi hari, bulan demi bulan, dan setiap hari itu aku hanya memperhatikan beliau dengan kekasihnya dalam diam. Bagaimana beliau memperlakukan kekasihnya sangat lembut dan penuh cinta, aku berharap aku bisa menggantikan posisi kekasihnya itu.

Kami pernah bertanya kepada beliau tentang perihal dia memiliki kekasih, dan entah kenapa hatiku sangat senang mengetahui bahwa itu adalah saudari perempuannya. Awalnya aku tidak menyangka, aku pikir mereka mirip karena pasti jodoh, tetapi setelah wanita -yang aku pikir kekasih guru bahasa ku- itu datang menghampiri kelas kami disaat pelajaran bahasa inggris. Saat itulah Chanyeol saem memanggilnya 'noona'

Sejak itu murid-murid kembali mengagumi seorang Park Chanyeol.

Jujur, aku iri terhadap teman sekelasku yang bisa berbicara dengan Chanyeol saem. Sedangkan aku, aku pasti gugup dan takut jika berbicara dengannya, apalagi jika aku berdekatan dengannya.

Kemarin aku pulang sekitar jam 3 sore, kemarin memang hujan jadi aku menunggu hingga hujannya reda. Saat sedang melamun, seseorang menepuk pundakku pelan, aku melihat kesamping. Aku tidak sadar bahwa Chanyeol saem berada disamping dimana aku duduk menunggu.

"O-oh saem, a-ada apa?" tanyaku gugup hari itu.

"Sedang menunggu hujan lagi, ya?" dia bertanya balik padaku.

Aku mengerjap bingung atas pertanyaannya, bagaimana dia bisa mengetahui hal itu. 2 hari yang lalu juga hujan, aku juga menunggu dikursi dimana aku duduk sekarang ini. Aku bertanya padanya. "Maksud saem apa?"

Beliau menghela nafas, menciptakan asap yang keluar dari mulutnya diudara. "Ayo pulang sama saya saja, hujannya tidak akan berhenti hingga malam."

"A-apa saem?" jujur aku tidak mendengarnya, karena suara hujan yang jatuh mengenai atap sekolah ini.

Beliau melihat kearah ku, lalu berkata sekali lagi. "Ayo saya antar kamu pulang, hujannya tidak akan berhenti hingga malam."

Aku menolak halus. "T-tidak apa saem, aku bisa menunggu hingga malam."

Sekali lagi aku menegaskan, bahwa aku terlalu gugup jika berdekatan dengannya. Bertatap saja aku gugup, apalagi jika diantarkan sampai ke rumah. Beliau terlihat menghela nafasnya lagi dan mencibir tentang sesuatu yang tidak aku ketahui.

Detik selanjutnya beliau menarik lenganku, aku hanya pasrah saja. Dia membawaku ke mobil miliknya diarea parkir, untungnya diarea parkir terdapat tenda jadinya kami tidak terkena hujan.

Kami tidak berbicara setelah beliau menanyakan alamat rumahku dimana. Saat dimana kita sudah sampai dirumaku, beliau membuka pintu lalu membuka payung dan berjalan membukakan pintu untukku. Tentu saja hatiku terasa hangat diperlakukan hal manis seperti ini, ini pertama kalinya aku mendapatkannya.

"T-terima k-kasih saem sudah mau mengantarku." ucapku saat kita berada diberanda depan.

Beliau mengangguk. "Tidak apa, yasudah saya pulang dahulu. Jaga kesehatanmu." setelahnya beliau pergi memasukki mobilnya dan segera keluar dari halaman rumah.

Menurut pendapat teman sekelasku, aku sangat beruntung jika diantarkan seperti itu oleh guru yang disukai oleh semua orang. Aku berpikir itu mungkin memang benar, aku juga berniat ingin diantar lagi oleh Chanyeol saem. Kami berencana bergantian, seperti jika hujan temanku lah yang akan menunggu hingga Chanyeol saem datang, lalu dihari hujan berikutnya temanku yang berbeda akan menunggu, dan itu akan terulang lagi.

Tapi, ada kabar buruk yang membuat kami lebih kecewa dibanding dia memiliki kekasih yang ternyata saudari perempuannya. Dia berhenti dari pekerjaannya menjadi seorang guru bahasa inggris. Dan ini hari terakhir pertemuan kami sebelum besok dia berhenti.

"Morning class, seperti yang sudah saya katakan kemarin ini adalah pertemuan terakhir kita. Lusa saya akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan kuliah saya disana." ucapnya sambil menatapku, atau hanya perasaanku saja.

Ngomong-ngomong, beliau berusia 26 tahun. Itulah mengapa banyak yang mengincar dirinya untuk dijadikan kekasih.

Beliau mengambil sebuah kartu dari dalam tasnya. "Kartu ini akan saya bagikan, dengan tulisan yang berbeda untuk setiap muridnya. Jadi jika saya memanggil nama kalian, kalian ambil ini lalu kembali duduk. Terserah jika kalian ingin membukanya sekarang atau nanti."

Beliau mulai membagi kertasnya, dia memanggil nama murid-murid didepan sana. "Zico, Irene, Sehun, Baekhyun.." itu namaku. 

Oh ya aku lupa memperkenalkan namaku, maaf ya.

Aku Baekhyun Byun, usiaku 18 tahun.

Aku maju untuk mengambil kartu itu, lalu kembali duduk. Mungkin aku akan membacanya nanti, aku tidak ingin melihat isinya sekarang, aku tidak ingin temanku melihat raut wajah sedih milikku jika tulisan yang berada didalamnya itu menyakitkan hatiku. Jadi aku menaruhnya dibeberapa lembar diantara buku paketku.

Setelah beliau membagikan kesemua murid didalam kelasku dia pamit, pamit untuk membagikan kartu lain dikelas yang lain. "See you next time, I will never forget you class."

Dua hari setelah aku mendapatkan kartu itu, aku mencoba membacanya. Aku mengambil buku paketku lalu mengambil sebuah kartu berwarna coklat muda, dengan tulisan rapi yang pastinya tulisan Chanyeol saem.

Dear Baekhyun Byun,

Saya tidak tau apa yang ingin saya katakan terhadapmu, saya pikir saya bisa mengutarakannya disini. Tapi tidak ada satupun kata yang terlintas dipikiran saya. Mungkin setelah ini, aku ingin berbicara denganmu hanya berdua di Ry's Cafe.

Setelah kamu mendapatkan kartu ini, aku ingin kamu menemui saya disana besoknya. Hubungi aku jika kamu sudah datang atau ingin datang kesana. 0441226

Nomor itu akan saya non-aktifkan 2 hari setelah kamu mendapatkan kartu ini, karena mungkin saya sudah tidak bisa menggunakannya lagi di Amerika.

Air mataku mengalir begitu saja, ini sudah terlambat. Aku bodoh sekali, sangat bodoh. Kalau saja aku membacanya setelah aku mendapatkan kartu itu, ini tidak akan terjadi.

Aku mengambil handphone milikku di meja belajar, mencoba menghubungi nomor telepon yang Chanyeol saem berikan, aku mengetik nomor itu lalu nada sambung terdengar.

Tunggu sebentar- kalau nomor sudah di non-aktifkan berarti nada sambung tidak akan terdengar, atau jangan-jangan saem.. 





"Halo, apa ini Baekhyun?"





"SAEM."

FIN

ciaaa, ganyangka aku bikin ff oneshoot kaya gini.

bagus gak?

vote and comment juseyooo~

[ii]. My English Teacher | DISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang