9. Pertanyaan Besar

33 4 0
                                    

Melihat sikapku yang seperti tidak nyaman dengan desakkannya tadi. Membuat dia mencoba mengalihkan pembicaraan dengan topik yang lain. Tentunya dengan raut wajahnya yang sedikit menunjukkan rasa kecewa karena sikapku tadi.

Yah, memang mau bagaimana lagi, kalau aku memang sebenarnya perlu waktu untuk memaafkan masalaluku dulu sebelum bisa benar-benar menerima Nathan. Sampai mata kami tertuju pada sepasang suami istri yang berjalan-jalan di taman, dengan suaminya yang mengenakan kaki palsu untuk berjalan. Kulihat betapa mesranya mereka berdua.

"Suami istri itu kelihatan manis ya...." kataku

"Ah, iya sudah tua tapi masih mesra. Terkadang aku salut dengan perempuan itu. Apa yang membuat dia bersedia menerima laki-laki itu sebagai pendamping hidupnya?" tanya Nathan dalam gumam.

"Than, kamu tahu. Waktu perempuan mau mencoba melakukan pendekatan dengan laki-laki satu hal yang akan dia pertanyakan, apakah dia benar-benar sanggup menjadi pendamping dari laki-laki itu." kataku

"Apa maksudnya?"

"Ya, gini deh. Sekarang jaman sudah modern. Perempuan bisa bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri. Lalu apa yang pada akhirnya membuat perempuan mau menikah?"

"Apa?" tanyanya

"Karena kalau perempuan tidak menikah dia hanya menghebatkan dirinya sendiri. Tetapi kalau dia akhirnya memutuskan untuk menundukkan diri pada laki-laki, dia akan menghebatkan lebih banyak orang. Suaminya sendiri, dan juga kalau Tuhan menitipkan anak-anak dalam pernikahannya. Dia akan memperjuangkan itu semua. Walaupun harus dengan jalan dia melepas mimpi, keluar dari pekerjaan yang dia geluti untuk fokus pada keluarga. Mengingat mungkin akan sulit menemukan orang yang bisa dipercaya untuk mengasuh anaknya." kataku

"Lalu klo kamu tahu itu, apa yang membuatmu ragu?"

"Aku bukan ragu. Hanya menjadi 'pemain belakang' tidak semudah yang kamu kira. Maksudku kita ambil saja salah satu contoh profesi."

"Oke, semisal profesiku."

"Baik, profesimu. Kamu sering pergi luar kota otomatis kamu perlu pasangan yang mandiri. Bisa mengurus segala sesuatunya sendiri dan tidak sepenuhnya bergantung suami. Harus bisa juga berperan ganda sebagai orang tua selama kamu tidak ada. Bisa meyakinkan anaknya bahwa dia tidak kehilangan ayahnya karena pekerjaan. Itu sulit tidak?" tanyaku

"Iya, itu perjuangan sih." katanya

"Nah, itu masih soal profesi, kita belum bicara soal karakter, belum adat istiadat kalau kamu dapat pasangan yang beda etnis. Perjuangannya berat."

"Iya, bener sih."

"Makannya aku sering heran kenapa orang selalu berusaha menjadi orang lain didepan pasangannya. Kalau memang alasannya ingin terlihat baik itu tidak dengan berpura-pura jadi orang lain. Tapi dengan koreksi diri dan jadi yang terbaik dari dirinya sendiri."

"Iya, sih bener. Tapi jaminan apa kamu bisa mendikte orang seperti itu?"

"Kalau orang brani membenarkan omonganku, sebenarnya bukan sekedar prinsipku yang dia rasa benar. Tetapi prinsip itu juga arti kebahagiaan yang dia kejar. Jadi kalau dipikir, apa yang harus membuat dia ragu untuk mengejar kebahagiaannya itu." kataku

"Wah, dalem banget kata-katamu...."

"Apaan sih... Ada-ada aja..."

"Ye,... Tapi emang benerkan...."

"Ya, sama aja gini. Masalah nggak klo cewek ngomongin prinsip duluan dalam hubungan?" tanyaku.

"Emmm... Nggak tahu sih. Tapi aku kira nggak ada salahnya gitu juga."

"Iya, klo menurutku sih enggak salah. Karena yang terpenting bukan siapa yang ngomong lebih dulu tapi mau nggak klo semisal njalanin sama-sama prinsip itu? Karena sebaik apapun prinsip hubungan, nggak akan jalan kalau nggak ada kesediaan kedua belah pihak buat njalanin sama-sama." kataku..

"Iya, aku tahu, dan aku juga setuju buat itu." katanya sembari menggenggam tanganku.

Deg....
Pipiku langsung merah seketika. Mengingat aku tak sengaja menawarkan diri untuk serius dengannya. Apa yang harus aku lakukan, meskipun hatiku sebenarnya juga menginhinkan ini. Tapi............

Cerita ini berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah nggak sengaja nawarin diri buat serius sama cowok. Akhirnya malah naksir sendiri sama cowok itu. Pernah ngalamin guys.... Bantu komen dan vote ya.....

Filosofi Pasangan KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang