Season 2.5 --Spring Lake-

2.6K 193 13
                                    

Seminggu kemudian,
Musim Kemarau 1870

Arabella termenung di bawah rerimbunan pohon jati yang ditanam Vader di belakang rumah mereka. Niatnya untuk menyelesaikan buku yang dibacanya terabaikan sudah. Seminggu tepat telah berlalu hari ini. Seharusnya ini menjadi hari bahagia bagi Lady Millicent dan Lord Hugo. Seharusnya setengah jam lagi dentang lonceng gereja akan berbunyi, menyatakan mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri.

Tetapi perkataan Lady Millicent pada Lente Feest minggu lalu sungguh mengusik batinnya. Arabella tahu dia seharusnya tidak memikirkan mereka. Bagaimanapun Lady Millicent bukanlah siapa-siapa bagi dirinya. Hanya sebatas teman yang dikenalkan General De Kock di pesta, yang kemudian entah mengapa bisa menceritakan kisah pelariannya kepada Arabella.

Arabella kembali termenung. Menatap sapu tangan sutra milik Lord Hugo yang berbordirkan namanya. C.H.B.P. Arabella memegang sulaman nama yang dirajut dari benang emas itu pelan. Seolah mengejanya dengan penuh khidmat.

Entah mengapa nama itu seolah merasuki pikirannya begitu saja. Merampas jiwanya dengan keyakinan penuh. Arabella tidak bisa memungkirinya bahwa dia telah tertarik dengan Lord Hugo. Ini salah. Arabella tahu itu.

Suara daun meggerisik pelan di atas kepalanya, burung-burung gereja berkicau riang di atas dahan tertinggi, sementara kupu-kupu aneka warna terbang melintas diatas bunga daffodil yang mulai mekar, menandakan musim semi benar-benar telah datang.

Disaat seperti ini Arabella kembali merindukan kampung halamannya di Nederland. Saat angin musim semi membelai rambutnya pelan di atas punggung Snowballz, berderap liar di antara pepohonan di hamparan lumut St. Pietersberg. Mengalihkan dunia Arabella untuk sementara.

Arabella lantas bangkit dari duduknya, merapikan bagian belakang roknya yang terkena sedikit lumut. Dia akan mengembalikan sapu tangan itu kepada si empunya. Arabella berjanji ini akan menjadi kali terakhirnya melihat mata menawan Lord Hugo yang berwarna biru safir.

"Madam Roxy!"

"Ya, my lady?" Dengan tergopoh-gopoh Madam Roxy menghampiri Arabella dengan tangan berlumur tepung. Arabella merasa bersalah karena telah menganggu acara membuat kue Madam Roxy.

"Tolong suruh Mr. Pascal menyiapkan paardenkoets segera."

"Baik, my lady."

~~~

Beberapa menit kemudian Arabella telah sampai di depan mansion megah milik Lord Hugo. Dia merapikan gaun putih berendanya yang sederhana, kemudian setelah memastikan dirinya sudah cukup rapi, Arabella memberanikan diri untuk mengetuk bel pintu berlapis perunggu berbentuk malaikat.

Dia mengetuknya beberapa kali lalu kemudian terdengar seseorang membuka pintu untuknya. "Ya, my lady? Anda mencari siapa?"

"Apakah Lord Hugo ada?"

"My lord belum pulang sejak resepsi pernikahannya pagi ini di gereja. Jika Anda memiliki pesan yang ingin disampaikan, hamba akan menyampaikannya."

"Tidak. Terima kasih. Jika boleh aku tahu, dimana pemberkatan pernikahan mereka dilakukan...." Arabella sengaja menggantungkan kata-katanya di udara.

"Di Gereja Nassaukerk (sekarang Gereja St. Paulus Menteng). Anda bisa menemukannya di sebelah kantor Volksraad."

"Aku tahu," gumam Arabella sembari tersenyum tipis. "Terima kasih."

Arabella lantas kembali kepada Mr. Pascal yang masih diam menunggu di Paardenkoets mereka yang berhenti di depan air mancur besar di pintu utama. Gadis muda itu heran mengapa Mr. Pascal berubah baik padanya sejak hari itu. Sejak dia terakhir kali berhubungan dengan Aryo. Entah bagaimana kabar pria inlander itu sekarang. Tidak bisa memungkirinya, Arabella merindukannya.

Chase The Bliss [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang