4. Smeraldo

15 4 0
                                    

"Apa yang sedang kau lakukan?" Suara seorang pria menghentikan langkah kaki Jimin dan Sena.

"Oh Seokjin-ssi." Sena berusaha melepaskan genggaman tangan Jimin dipergelangan tangannya.

Sebelum kejadian Sena menabrak Jimin tadi, Seokjin mengirim pesan kepada Sena untuk keluar sebentar.

Pria tinggi itu ingin memberikan kejutan sedikit untuk wanita yang menjadi teman kencannya.

Ketika ia sedang mencium bunga yang khusus ia pesan untuk diberikan kepada Sena, ia melihat sedikit ada kerumunan didalam Restaurant.

Lalu tak lama Sena dan seorang pria yang tak dikenalnya keluar sambil menarik pergelangan tangan Sena.

Seokjin pun menghampiri mereka dan ekspresinya sungguh diluar dugaan.

"Lepaskan tangannya!" Kata Seokjin dengan penuh penekanan. Jimin menunduk dan setelah itu melepaskan tangan Sena.

Sena pun ditarik kebelakang tubuhnya. Kini pergelangan tangan Sena berpindah ke tangan Seokjin.

"Maaf tapi aku masih ada urusan dengan...."

"Kau mengenalnya?" Tanya Seokjin. Sena terdiam. Tidak tahu harus merespon apa.

Padahal ia ingat Jimin adalah pria yang memberikan sapu tangan kepadanya waktu itu.

"Sena-ssi?"

"Sebaiknya kiya pergi dari sini." Ujarnya pelan.

"Kalau begitu permisi." Ujar Seokjin tanpa basa-basi. Ia pun melepaskan Jas nya dan memakaikannya pada bahu polos Sena, kemudian menggiring wanita cantik itu kedalam mobilnya.

Sebelum itu, Sena sempat menengok kearah belakangnya. Menatap Jimin yang juga menatapnya, lalu berkata tanpa suara "Terima Kasih." yang disambut kerutan di dahi Jimin.

Jimin pun bertanya-tanya dalam hati, mengapa wanita itu berterima kasih?

*

Seokjin membawa Sena ke taman pinggir sungai Han. Mereka duduk di bangku panjang kayu yang tersedia taman itu. Ia mengeluarkan tisu dan sebotol air dari dalam plastik yang ia beli tadi dan diberikannya kepada Sena.

"Terima kasih." Sena mulai membersihkan sisa tumpahan wine yang kalau Seokjin tidak memberitahunya juga ia takkan sadar.

"Maaf membuatmu tadi keluar dan menjadikan gaun mu kotor seperti ini." Sena tersenyum,

"Tidak. Tidak apa-apa. Aku juga tadi tidak melihat jika pria tadi akan berdiri dan kami akan bertabrakan. Dan aku sangat suka bunganya, terima kasih Seokin-ssi."  Ujar Sena sambil sedikit mencuci tangannya.

Dengan sigap Seokjin pun mengambil beberapa helai tisu dan mengelap tangan Sena yang basah. Wanita itu cukup terkejut dengan tindakan Seokjin, tapi ia biarkan karena toh hanya mengelap tangan.

"Jadi, ceritanya kencan pertama kita gagal?" Gerakan tangan Seokjin berhenti dan lelaki itu menatap Sena dengan senyum khasnya. Sena yang ditatap seperti itu pun jadi malu.

"Kau tidak perlu menatapku seperti itu, Seokjin-ssi." Seokjin tertawa.

"Kenapa? Kau gugup?"

"Gugup?"

"Ya, gugup karena ditatap pria tampan sepertiku." Sena tertawa kecil, tapi anehnya ia tak melepas genggaman tangan Seokjin.

"Benar. Kau sangat tampan Seokjin-ssi." Jawab Sena.

"Tentu." Balas Seokjin sambil tertawa. Ia pun melepas genggamannya dan mengeluarkan dua buah kaleng bir dari dalam plastik yang lain.

"Saat seperti ini memang cocok untuk minum bir." Ujarnya. Ia pun membuka kaleng minuman itu untuk Sena.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

E M P T YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang