Chapter 21

213 24 5
                                    

Winter sedang asik berkutat dengan laptopnya guna membalas email dari Event Organizer yang ingin mengkonfirmasikan jadwal penataan di Sekolah.

Pemuda itu tidak menyadari kehadiran sosok wanita setengah baya berwajah cantik yang tengah memegang nampan berisi makanan diatasnya

"Winter? Ini makan malam-mu"

Perkataan wanita tersebut membuyarkan fokus Winter dari laptopnya, ia berdecak ketika melihat wanita itu kini sudah berdiri tak jauh dari sofa yang ia duduki

"Bisa ketuk pintu dulu? Anda tahu, seorang wanita tidak bisa seenaknya masuk kedalam kamar pria" Ujar Winter dengan nada ketus.

Wanita itu terdiam lalu kembali membuka suaranya, "Tapi aku ibu-mu Winter" cicitnya dengan nada pelan.

Ya, wanita itu adalah Stace Carmeen Ibu tiri Winter sejak tujuh tahun yang lalu.

"Saya tidak pernah menganggapmu sebagai itu" ujarnya lagi, "Dengar Mrs. Dirga, jangan pernah masuk kedalam kamar saya lagi okay? Saya bahkan sedang bertelanjang dada sekarang" sambung Winter sambil bangkit dan berjalan mendekati wanita itu.

Ketika Winter berjalan mendekati Stace, terlihat sekali wanita itu tengah memperhatikan bekas luka yang terdapat dibagian depan tubuh Winter.

"Tega sekali ibu-mu" Ujarnya lepas kendali.

Winter mengeraskan rahangnya, lalu mengambil nampan yang berada ditangan Stace dengan agak kasar.

"Tega?" Pemuda itu tertawa dengan miris lalu kembali menatap Stace dengan tatapan dinginnya, "Tidak-kah anda sadar bahwa luka ini juga disebabkan oleh anda?" Sambungnya

Stace menatap Winter dengan tatapan tidak mengerti, "Apa maksudmu?"

Winter kembali tertawa, lalu mengusap wajahnya dengan satu tangan
"Apa maksud saya?", dia tertawa lagi, "Apa maksud saya, anda bilang?"

Suara tawa Winter yang terdengar mengerikan, membuat Stace bergidik takut, tapi dia juga penasaran dengan perkataan anak tirinya itu.

"Kalau saja anda tidak berselingkuh dengan papa saya yang terhormat, maka saya tidak perlu mendapatkan ini semua.
Kalau saja anda tidak tidur dengan papa saya, maka mama saya tidak akan melakukan ini semua pada saya. Kalau saja anda tidak pernah menjadi sekertaris papa saya, mungkin saya akan hidup bahagia dengan mama dan papa sampai saat ini" Suara yang keluar dari mulut pemuda itu tampak bergetar, ia benci situasi ini.

Dia berdecak melihat mata ibu tirinya yang berkaca-kaca, "Jangan menangis di depan saya. Karna saya tidak akan buang-buang waktu untuk menenangkan anda" ujarnya lalu membalikkan badan kembali menuju sofa

"Oh, selamat untuk kehamilan anda. Semoga anak itu tidak akan merasakan apa yang saya rasakan. Anda bisa keluar sekarang dan terima kasih makan malamnya" sambung pemuda itu sambil menunjuk pintu dengan gerakan dagunya.

Setelah sang ibu tiri keluar dari kamar, Winter menyandarkan tubuhnya di sofa lalu menatap nampan makanan yang kini berada dipangkuannya.

Ia menghela nafas lalu bangkit menuju tempat sampah, membuang semua makanan itu kedalamnya.

***


Satu minggu berlalu setelah insiden pertengkaraan dengan sang ibu tiri di kamarnya, kini Stace tidak pernah lagi menyapanya atau memberikan makan malam kedalam kamarnya.

Winter bisa menghela nafas lega karna tidak perlu menambah dosa dengan terus menyakiti ibu tirinya tiap kali sang ibu menyapa.

WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang