Kalau lo mau, lo bisa gunain bahu gue sepuas lo, kalau lo mau, lo juga bisa nangis di atasnya. Gue gak keberatan.
-The Fake Class Leader
******KANAYA membalut tangan Alvaro yang berdarah. Kini darahnya mulai mengering, namun kembali basah karena barusan Kanaya saja membalurkan alkohol ke atasnya. Kanaya melirik Alvaro, dia bingung karena Alvaro sama sekali tidak kesakitan dengan luka separah ini. Hal yang membuat Kanaya prihatin adalah lagi-lagi dia harus melihat kesedihan dari pelupuk mata tajam milik cowok di depannya itu. "Udah selesai," Kata Kanaya sembari menjauhkan kotak P3K kecil yang ada di tangannya dari Alvaro, "udah baikkan?" Tanyanya.
Ekor mata Alvaro melirik sekilas ke arah tangannya yang sudah terbalut perban berwarna putih, lalu dia mengangguk, "thanks." Katanya singkat, suaranya serak, akhirnya Kanaya bisa mendengar suara cowok ini setelah sekian lamanya dia terdiam.
Kanaya menghela napas ringan, sebelum akhirnya kembali memusatkan pandangannya terhadap Alvaro, "sebetulnya, lo tuh kenapa sih? " matanya ikut melirik ke tangan Alvaro yang diperban, "kenapa bisa tangan lo sampai berdarah begitu?"
Alvaro masih diam, menyandarkan tubuhnya ke penyangga kursi di belakangnya, lalu menatap lurus ke taman kecil milik Kanaya. Nyaman.
Merasa dicuekkin, Kanaya kembali bergumam, "Al, jawab dong." Pinta Kanaya.
Alvaro menghela napas berat, setelah hening selama beberapa saat, Alvaro bergumam, "Bukannya, manusia itu ditakdirin buat hanya memiliki satu pasangan yang akan menemaninya sampai mati ya?" Ujar Alvaro tanpa menoleh.
Kanaya mengernyit, tidak mengerti, "maksudnya? Gue gak ngerti."
"Bokap gua mau nikah lagi." Kata Alvaro yang sontak membuat Kanaya tersentak kaget.
"Ap-apa? Lo serius?" Celetuk Kanaya dengan sedikit kencang, sadar keadaan, dia menutup mulutnya, takut kalau orang tuanya atau kakaknya akan mendengarnya.
Alvaro hanya mengangguk singkat sebagai jawabannya. Kanaya mengigit bibir bawahnya, lalu kembali bertanya dengan sedikit ragu, "bokap lo.. mau nikah sama siapa?" Gumam Kanaya pelan.
"Perempuan yang tadi lo lihat di rumah gua," kata Alvaro, "jadi, waktu tadi dia datang ke rumah dan ngajakin makan bareng itu sebenarnya ingin membahas mengenai masalah ini." Lanjut Alvaro lagi.
Kanaya menatap Alvaro nelangsa. Dia mengerti perasaan Alvaro saat ini. Ini terlalu tiba-tiba. Kanaya tau Alvaro sangat mencintai ibunya dan membenci perempuan itu. Keputusan seperti ini pastilah sangat berat untuk Alvaro hadapi sendirian.
"Gue ikut prihatin, Al, ini semua pasti berat buat lo." Ucap Kanaya penuh simpati.
Alvaro mengacak rambutnya asal, emosinya kembali menjalar, untungnya dia masih bisa mengendalikannya mengingat ada Kanaya di sisinya, "dia bahkan ngusir gua dari rumah, gua gak peduli, dari awal gua emang gak pernah dianggap ada sama dia." Kata Alvaro penuh penekanan.
"Ssstt, Al, jangan ngomong gitu dong," bisik Kanaya, "mungkin bokap lo kesepian, dia butuh teman untuk hidup dan gue yakin lo pasti mengerti itu, kan?"
Alvaro menggeleng, "dia hanya mikirin tentang dirinya sendiri, dia gak mikirin gua, gua gak ngelarang dia untuk menikah, asal jangan sama perempuan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake Class Leader
Novela Juvenil[TAMAT] Dia itu pengganggu, pengacau, gue gak peduli seberapa pinter dia atau seberapa tenar dia di sekolah ini, bagi gue dia itu penghancur mood. - Kanaya. Gua gak tau kenapa gua selalu pengen ngancurin mood dia, seorang cewek berisik yang gak t...