Sore itu, seperti biasa gue mengusahakan untuk pulang tepat waktu. Ya melenceng beberapa menit dari jadwal sedikit, lalu beres beres barang dan pamit sama orang orang seruangan.
"Besok jangan lupa ya. Meeting." Kata atasan gue sebelum gue keluar ruangan dan balas dengan acungan jempol tanpa menoleh. Karena sedang sibuk memesan kendaraan online. Setelah melakukan absen jempol, menuju lobby dan menaiki kendaraan online yang sudah menunggu.
Sesampainya di stasiun, langsung bergegas menuju peron tempat kereta arah tujuan gue. Saking fokusnya sama handphone, gue gak sengaja nabrak seorang pria yang tingginya jauh di atas gue. Muka gue tepat di dadanya yang bidang. Sepintas tercium wangi badan yang sudah gak asing buat hidung gue yang peka dengan wewangian.
"Maaf." Kata itu yang langsung gue ucapkan tanpa menoleh atau melihat wajah pria tersebut.
"Hei. Apa kabar?" Katanya mengangkat dagu guekearah nya. Senyumnya membuat gue seakan akan sedang ada di adegan sebuah film, dimana seluruh kegiatan di stasiun tersebut berhenti sejenak.
"Hei! Baik. Lo gimana?" Balas gue setelah tersadar dengan nada suara yang mungkin cukup tinggi.
Tanpa aba aba, dia menarik gue ke arah peron. Astaga gue baru sadar dari tadi gue di tengah jalur.
Dia mengajak gue duduk dan berbincang sebentar."Lo gak pulang? Tumben ketemu disini." Kata gue mencoba mencairkan suasana dan menenangkan hati gue.
"Gue mau pulang. Cuman gue mau ngobrol dulu sama lo. Boleh kan?" Katanya sambil mengeluarkan handphone nya dan mengetik sesuatu dengan cepat.
Selang 5 menit perbincangan, kereta gue tiba.
"Yaudah gue balik ya. Sampai ketemu lagi." Kata gue sambil berdiri dan melambaikan tangan. Dia ikut berdiri. Tidak berdiri dan berbalik badan untuk pulang. Tapi dia berdiri di belakang gue.
"Gue anterin lo sampe rumah. Masa gak ketemu setahun tapi cuman ngobrol 5 menit?" Diakhiri dengan senyum. Gue cuman mengangguk bingung. Gila ini orang. Yang ada di otak gue. Tapi hati gue seneng.Selama di perjalanan kita ngobrol banyak banget. Sampai ada di titik akhir yang mungkin tidak gue harapkan terjadi. "Bulan depan gue mau lamaran. Lo dateng ya?" Omongan menohok itu langsung merusak suasana hati, pikiran dan segalanya tanpa permisi.
"Wah selamat. Kapan? Kalo gue kosong, gue usahain dateng." Hambar. Nada hambar yang keluar dari mulut gue yang sebelumnya banyak intonasi naik turun. Lo yakin dateng? Ucap gue dalam hati. Lo siap emang? Kata kata itu berputar terus di kepala.Setelah 1 jam perjalanan, akhirnya tiba juga dirumah gue. Gue langsung masuk ke dalam rumah dan pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman. Orang tua gue menemani dia di ruang tamu. Mereka ngobrol dengan akrab. Setelah minuman gue sajikan, gue permisi untuk ke kamar kecil dan berganti baju.
Selama di kamar mandi, kalimat yang diucapkannya tadi terus terngiang. Tanpa sadar gue nangis. Iya nangis. Anak jutek dan pendiem ini bisa nangis hanya karena seorang pria yang sudah mengisi hatinya selama 5 tahun akan meminang wanita lain.