5 Iya

13 0 0
                                    

"Bagaiamana bu?"
"Kalau ibu setuju, saya akan datang kerumah ibu" ucap Dani

"Mh,,, soal iti,, biar nanti saya bicarakan dulu dengan orang tua saya pak"
"Bapak tidak keberatan?" jawab Naya

"Oh,, tentu tidak bu,, silahkan bu Naya mempertimbangkan dan membicarakanya dengan orang tua ibu"
"Mhh,,apa ada hal lain uang ingin disampaikan? Apa bu Naya baik - baik saja?"

"Mhh,, boleh saya ijin pulang pak, rasanya saya kurang enak badan, kebetulan juga, saya tidak ada jam mengajar lagi hari ini"

"Baiklah, kalau sudah tidak ada jam mengajar lagi, saya beri ijin bu Naya untuk pulang lebih awal"

"Terimakasih pak, saya permisi assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"
"Semoga ini bisa jadi awal yang baik" batin Dani

......

"Naya,,, "
"Kamu kenapa? Keluar dari ruangan pak Dani langsung pucat? Habis dimarahi?" tanya Keke

"Nggak, ehh aku mau pulang dulu ya, kapan-kapan aku jelaskan, assalamualaikum" Naya segera mengambil tas dan berjalan keluar kantor. Sedangkan Keke merasa heran dan hanya bisa geleng-geleng kepala.

.....

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"
"Eh, nduk, tumben pulang pagi?"
Sapa ibunya

"Iya bu, Naya agak nggak enak badan, Naya langsung kekamar ya bu"

Sesampainya dikamar Naya lekas duduk diranjang dan memikirkan ucapan pak Dani.
Tak dipungkiri, hatinya pun merasa menghangat ketika mendengar akan ada yang meminangnya, senang, dan wahhh,, tidak bisa dideskripsikan saat ini.

Namun seolah Naya mengingat sesuatu
"Apakah aku terlalu bahagia? Sampai aku lupa siapa keponakan pak Dani?"

Otaknya seolah memutar memori tadi pagi
"Om Dani?"
"Iya, Pak Dani kepala sekolah kamu itu om saya"

Ia ingat, sangat ingat betul bahwa pak Azril yang memberinya tumpangan tadi pagi berkata bahwa ia keponakan pak Dani.

"A apa mungkin pak Azril yang dimaksut pak Dani?"
"Ah,, tapi apa keponakan pak Dani hanya Azril saja? Lantas siapa?"

Naya jadi tersenyum sendiri, seolah ia sedang jatuh cinta, tapi pada siapa? Aneh, entahlah.

"Kamu sudah enakan nduk?"

"Iya bu, bu bolehkah Naya bertanya sama ibu?"

"Lha, memangnga kalau anak mau bertanya pada ibunya harus ijin dulu?" ibunya terkekeh

"Ndak gitu bu, Naya ingin menanyakan kalau...."

"Kalau apa nduk?"

"Kalau....."

"Eh, ngomong itu yang jelas nduk, apa kamu mau mengenalkan pacar kamu pada bapak dan ibu?" ehmm ibunya menggoda

"Ahhh, bukan gitu bu"

"Lantas apa"?

"Mh, kalau ada yang mau meminang Naya, apa boleh bu?"

Seketika mata ibunya mengerjap beberapa kali
Membuat Naya binging

"Ibu,, ibu ndak apa-apa?"

"Ibu ndak salah denger nduk? Kamu mau ada yang meminang? Siapa nduk? Kamu ndak pernah cerita sama ibu?"

"Bu,,, nanya nya satu-satu, gini deh bu, kita duduk dulu,Naya mau curhat sama ibu"

Naya menceritakan bagaimana ceritanya ia mendapat pinangan itu, ibunya hanya manggut-manggut saja sambil mendengar Naya cerita.

Bukan (Salah) CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang