Aku kira setelah kamu pergi cinta juga langsung berhenti, ternyata aku keliru–sampai saat kamu telah bahagia dengan orang lain pun cinta ini masih untukmu.
***
Setelah berjam jam Randi dan Fania bermain perang pegangan yang konyol itu hingga hari menjelang senja. Mereka berdua memutuskan untuk berhenti dan segera mandi. Setelah Randi dan Fania selesai mandi, mereka menuju balkon rumah yang berada di lantai dua. Disana sudah ada Ria dan Felys yang telah menunggu dan telah menyiapkan cemilan serta empat cangkir coklat panas untuk mereka berempat. Mereka semua menikmati pemandangan langit malam yang bertabur bintang dan satu rembulan yang bersinar terang.
"Andai aja gue kaya bulan itu, bisa terus bersinar dan selalu bahagia ditemani jutaan bintang"gumam Fania lirih yang masih dapat didengar oleh kakaknya.
"Lo kan udah bahagia? Kenapa masih minta untuk selalu bahagia?"sahut Randi yang masih belum paham atas apa yang diucapkan oleh adiknya barusan.
"Haha! Makanya kalo nilai orang tuh jangan dari casing nyaaa---"ucapFania yang tertawa miris,lalu terhenti sejenak dan jeda beberapa detik ia kembali melanjutkan ucapannya itu.
"Karena ga selamanya orang yang daru luar kelihatan bahagia belum tentu dari dalam ia juga bahagia, biasanya orang yang terlalu bahagia adalah orang yang terlalu banyak memendam kesedihan"seru Fania dengan mata nanar,hampir saja sebulir air mata nya jatuh ke pipi dan secepat mungkin Fania menghapusnya.Melihat kondisi adiknya Randi merasa kasihan. Kenapa ia tidak bisa membedakan raut wajah bahagia Fania yang asli dan palsu dia merasa telah gagal untuk membuat adik satu satunya itu merasakan bahagia. Begitupun dengan Ria dan Felys mereka berdua ikut merasakan kesedihan yang dialami Fania saat ini. Ria dan Felys sangat rindu raut wajah Fania yang selalu ceria dan gembira tidak seperti sekarang yang terlihat lebih murung, pucat, sedih, lesu, sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dari yang Ria dan Felys kenal dulu. Ria,Felys ataupun Randi tak ada yang bersuara mereka bertiga lebih memilih untuk diam agar pikiran Fania lebih rileks dan tenang. Mereka bertiga membiarkan Fania menangis karena mungkin itu bisa membantu untuk mengurangi beban yang ia rasakan saat ini. Tangisan Fania terus menggebu gebu,dan itu membuat dada Ria,Felys dan Randi merasakan sesak yang begitu dasyat seakan akan ikut merasakan apa yang Fania rasakan. Setelah beberapa menit tangisan Fania mulai mereda dan kini Ria yang angkat bicara
"Fan,gue tau sakitnya ada diposisi lo tapi lo juga harus tau kalo lo itu ga boleh lemah,lo harus tunjukin kekuatan lo bahwa lo itu cewe kuat bukan lemah gini,hanya karena satu cowo lo jadi ga punya semangat untuk menjalani hidup dengan senyuman dan kebahagiaan? Dasar bodoh! Cowo di dunia ini ga cuma Darka masih ada jutaan miliyaran cowo di dunia ini lo harusnya mikir ngapain juga lo harus buang buang air mata lo demi cowo brengsek itu"ucap Ria yang seakan akan ingin Fania berubah kembali seperti dulu.
"Iya bener kata Ria fan,mending sekarang lo ke kamar terus tidur biar pikiran lo lebih tenang"sahut Randi.Perkataan Randi barusan langsung di setujui Ria dan Felys. Mereka bertiga pun meninggalkan balkon dan menuju kamar Fania.
"Dasar cowo berengsek awas aja lo, kalo lo berani nyakitin adek gue lagi bakal mampus lo, bangsatt!" seru Randi yang masih berada di balkon dengan nada emosi yang meluap luap.
Sedangakan Fania dan kedua sahabat nya sedang menuju kamarnya yang berada di lantai dua sesampainya di kamar Fania segera membantingkan tubuhnya sedikit kasar di atas kasur.
"Gue cape ri, fel"gumam Fania lirih dan detik berikut-nya ia sudah terlelap.
"Kasian banget Fania ya ri"seru Felys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Kau dan Dia
Teen FictionKita pernah sama-sama jatuh cinta, sama-sama mengetahui bahwa kita saling memiliki rasa yang sama. Namun pada akhirnya sekeras apapun mencoba semuanya tetap sama, hilang begitu saja. Darka:"Maafin gue Fa! gue janji ga bakal ngelakuin ini lagi. Gue...