Bab 13: Pesan Terakhir

8.6K 1.2K 152
                                    

Selama sisa terakhir jam pelajaran Gastra merasa kepalanya sangat pusing, beberapa kali dia hampir tersandung akibat penglihatannya yang semakin memburam. Begitu sampai ke mobil, di dalam perjalanan menuju tempat les lelaki itu tertidur sebentar.

Tidak butuh waktu yang lama baginya untuk masuk ke dunia mimpi. Gastra merasakan tubuhnya lebih ringan dari saat dia masih berada dalam keadaan sadar. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya, dia mencari mobil sedan hitam yang biasanya terparkir di dekat trotoar.

Namun, alih-alih menemukan sopirnya Gastra justru melihat seorang bocah perempuan mengenakan seragam SD sedang berlarian di trotoar seberang tempatnya berdiri, lebih tepatnya anak itu ada di depan tempat les Gastra.

Anak kecil itu menggunakan tas putih dengan tanduk unicorn warna-warni berdiri mengenai rambutnya yang terkunci lalu di tangan kirinya dia membawa balon kelinci, dia melambaikan tangan pada seseorang di belakang Gastra, ketika anak itu berlari menyeberang jalan dia tertabrak mobil.

Sontak Gastra terbangun, dia sampai terantuk kaca saking terkejutnya dengan apa yang baru saja hadir di mimpinya itu. Gastra berusaha menarik napas dan menenangkan dirinya sendiri, Gastra tidak tahu siapa anak itu, dia juga tak pernah mengenal atau melihatnya, tapi kenapa perasaan ngeri menyaksikan lumuran darah di sekujur tubuh anak itu terasa nyata? Seakan Gastra benar-benar menontonnya, seperti dulu ketika Irish dan Nilam meninggal di depan matanya.

"Den, kita sudah sampai."

Gastra segera mengalihkan perhatiannya ke luar jendela. Dia melihat gedung bertingkat lima yang parkirannya tampak ramai oleh kendaraan.

"Tunggu di tempat biasa, ya, Pak."

Setelah sopir menganggukan kepalanya Gastra pun turun dari mobil seraya menenteng tas hitam miliknya. Sedikit meringis karena cahaya matahari yang langsung tertuju padanya, diam-diam Gastra memeriksa sekitar, dia ingin memastikan soal mimpinya itu dan syukurlah tidak ada anak yang memiliki ciri-ciri seperti di mimpinya.

Meski masih linglung Gastra memutuskan untuk segera naik ke lantai atas lalu masuk ke kelas dan berusaha fokus di tengah penjelasan materi.

Tapi, bayang-bayang tentang mimpi itu terlalu mengusiknya karena semenjak Nilam dan Irish meninggal dia sering diimpikan oleh kematian. Kadang-kadang dia mengulang hari di mana keduanya meninggal. Namun, beberapa waktu dekat ini Gastra jadi tidak nyaman sebab tak hanya mereka yang datang ke bunga tidur melainkan orang lain, seperti anak kecil tadi.

Gastra menghela napas panjang dia mengulurkan tangan dan meminta mentornya menjelaskan ulang. Seketika kelas pun sunyi karena di antara siswa les lainnya, Gastra merupakan sosok yang cemerlang mendengarnya menyuruh mentor mengulangi materi seperti aneh di telinga mereka. Biasanya tanpa dua kali pembicaraan Gastra sudah dapat memahami.

Namun, karena sulit berkonsentrasi Gastra jadi tidak bisa mendengar dengan jelas materi yang disampaikan. Lelaki itu mengusap mata, sebetulnya Gastra lelah, dia ingin sekali tertidur, tapi Gastra tidak berani. Jika dia terlelap maka mimpi menyeramkan itu hadir lagi, lebih baik Gastra selalu terjaga mengerjakan apa pun.

Dua jam terlewati akhirnya les telah berakhir, Gastra mendapati supir mengirimkan pesan kepadanya jika bensin mobil habis dan dia lupa mengisi. Gastra menyuruh supir agar membeli dahulu sedangkan lelaki itu akan menunggu di kafe seberang tempat les.

Waktu itu dia pernah mendengar dari mentornya kalau kafe di depan gedung memiliki cita rasa makanan dan minuman yang enak. Oleh karena itu Gastra ingin membeli minuman dan kue red velvet saat teringat Dara akan datang ke rumahnya.

Tepat pada saat Gastra sedang memilih kue melalui jendela kaca di samping etalase dia melihat bayangan sosok yang familiar di ingatannya, anak perempuan memakai seragam SD bertubuh kurus dengan membawa balon kelinci ada di seberang jalan persis seperti di mimpinya.

Naka's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang