"Cepat sedikit Ka, kita bisa ketahuan sama Pak Sodi kalau kayak gini. Bukannya bebas yang ada kita malah terjebak di ruang tahanan kalau sampai ketahuan," bisik Deni pada Arka yang sedang berusaha memanjat pagar belakang sekolah.
Arka Putra Pramudika. Cowok berparas tampan itu langsung memberikan tatapan tajamnya pada Deni, sahabat yang katanya sohib sedari dalam kandungan.
"Lo bisa diem nggak? Gue lagi baca doa supaya rencana kita untuk bolos berjalan lancar. Daripada lo ngebacot lebih baik lo ikut gue berdoa," kata Arka dengan polosnya.
"Terkadang gue bingung Ka, lo itu lebih banyak pintarnya atau begonya sih?"
Arka terkekeh mendengar perkataan Deni. "Setidaknya gue pintar. Lah elo satu tambah satu aja masih nanya sama gue."
Arka lalu melanjutkan kegiatan memanjat pagarnya yang sempat terhenti karena proses membaca doa tadi. Tapi sepertinya doa Arka hari ini kurang panjang. Baru saja dia mengucapkan amin, tiba-tiba terdengar suara Pak Sodi yang memanggil namanya dan Deni dengan indahnya.
"Den, barusan lo dengar Shawn Mendes manggil nama gue nggak? Wah nggak nyangka gue, ternyata kepopuleran gue mengalahkan kepopuleran Manu Rios ya. Buktinya Shawn Mendes aja sampai tahu nama gue."
Perkataan Arka membuat Deni yang tadinya panik menjadi ingin menguliti sohibnya yang kelewat bego itu.
"Dosa apa Deni Ya Allah, dapat teman pintar-pintar bego kayak Arka. Tenggelamkan saja Arka di rawa-rawa Ya Allah," kata Deni penuh penghayatan.
"Nggak apa-apa kalau gue yang ditenggelamin ke rawa-rawa, lo jangan. Gue ditenggelamin ke rawa-rawa tetap aja ganteng. Kalau lo juga ditenggelamin kasihan, udah jelek nanti jadi tambah jelek."
Tolong ingatkan Deni untuk memasang saringan yang biasanya digunakan emaknya untuk menyaring santan di mulut sahabat dari oroknya itu.
"1... 2..." Arka menatap Deni bingung, seharusnya kan sahabatnya itu membalas bacotannya bukannya menghitung seperti anak TK.
"Eh ponakannya mimi peri, lo kenapa malah menghitung dah? Ini kita lagi mau bolos bukan mau belajar matematika."
"3..."
"ARKA PUTRA PRAMUDIKA!!!"
Dan akhirnya Arka tahu alasan Deni menghitung
***
Pada akhirnya, aksi bolos yang Arka dan Deni rencanakan membuat mereka berakhir dalam ruang tahanan sebelum berhasil melakukan rencana tersebut.
Di hadapan mereka, Pak Sodi dengan semangatnya menceramahi kedua anak itu.
"Kalian itu sudah kelas 3, sedikit lagi lulus. Mau sampai kapan kalian begini terus? Saya sudah capek mengurus kalian. Mau jadi apa kalian nanti? Terutama kamu Arka, kamu mau jadi apa nanti kalau kerjaannya bolos terus? Saya tahu kamu pintar tapi bukan berarti kamu bisa bolos sesuka hati kamu," ceramah Pak Sodi yang terdengar bagaikan Taylor Swift yang sedang menyanyikan lagu Last Kiss.
"Saya mau jadi dokter, Pak. Nanti kalau bapak sakit datang saja ke tempat praktek saya, nanti saya kasih diskon kok Pak. Saya kan anak murid yang baik dan tidak sombong," kata Arka sambil menaik-turunkan alisnya.
Mendengar perkataan Arka, Pak Sodi dan Deni langsung melihat anak tunggal keluarga Pramudika itu dengan tatapan tidak percaya.
Ganteng tapi bego, pikir mereka berdua.
"Arka, saya sudah pertimbangan sebaik-baiknya. Saya memutuskan menghukum kamu-"
"Bapak timbangnya pakai apa?" tanya Arka memotong perkataan Pak Sodi.
"Arka! Kamu diam dulu, saya belum selesai ngomong."
Arka langsung menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan pertanyaan yang mencoba keluar dari mulutnya itu.
"Kamu harus membersihkan toilet guru selama seminggu dan kamu juga harus masuk ekskul musik. Setelah ujian semester nanti kamu harus menampilkan sebuah pertunjukkan musik," kata Pak Sodi.
Arka yang mendengar vonis Pak Sodi langsung memasang tampang traumanya yang terkesan lebay.
"Kok Deni nggak dihukum Pak? Dia kan juga ikutan bolos. Bapak nggak adil, bapak pilih kasih."
"Deni tidak dihukum karena dia baru dua kali ketahuan bolos sama saya."
"Bapak tatap mata saya," kata Arka membuat Pak Sodi menatapnya bingung.
"Bapak tahu..."
Hening.
"Yang bapak lakukan ke saya itu jahat."
Cukup sudah. Arka Putra Pramudika sepertinya benar-benar harus dipecat dari SMA Nusa Bangsa.
***
Dengan langkah gontai Arka menenteng sebuah ember di tangan kirinya dan sebuah tangkai pel di tangan kanannya menuju toilet guru, mengabaikan tatapan kagum dari para siswi yang terarah padanya. Mulai hari ini derajatnya sebagai Prince Charming SMA Nusa Bangsa turun menjadi babu.
"Prince Charming turun derajat ceritanya," sindir Deni sambil terkekeh. Sedangkan yang disindir hanya mendengus kesal.
"ARKA!!!"
Ada apa sebenarnya hari ini? Kenapa semua orang tiba-tiba jadi suka meneriaki namanya? Walaupun setiap hari namanya dielu-elukan para siswi yang mengaguminya.
"GUE DENGER DARI DENI KALAU LO DIHUKUM KA? SIAPA YANG BERANI NGEHUKUM LO? SIAPA?! KASIH TAHU SAMA GUE!" Arka melirik Deni yang sedang pura-pura tuli.
"Shei, suara lo itu sebelas dua belas sama suara panci mak gue. Gue kadang berpikir lo itu sebenarnya sepupuan sama panci emak gue atau sama gue sih? Dan gue mohon dengan segenap jiwa raga jangan teriak-teriak. Kalau bisa nggak usah bicara Shei."
"SIAPA YANG BERANI NGEHUKUM LO?!" Sheila tetap berteriak tidak mengindahkan perkataan Arka.
"Bapak kesayangan gue."
"SIAPA?!"
"Pak Sodi."
"OKE!"
Shelia langsung berbalik berjalan menjauhi kedua manusia yang bingung dengan kelakuannya itu. Deni yang lebih dulu tersadar dari kebingungannya langsung bertanya pada sang pacar sebelum dia berjalan semakin jauh.
"Gue pengen ajak Pak Sodi makan batagor karena udah ngehukum lo."
Dan jawaban dari Sheila selaku sepupu Arka itu membuat Arka ingin sekali memasukkan cewek itu ke dalam sumur seperti Sadako.
-----Arka-----
Haiii😊
Tolong vote dan komennya ya:)
Stay tuned
KAMU SEDANG MEMBACA
SS (1) - Arkarana
Teen Fiction(Cover by @pujina) Sweet Series 1: Arana Putri Pramudipta. Mempunyai kepribadian yang tertutup dan hati sedingin es membuatnya harus melewati masa putih abu-abu sendirian. Hanya gitar dan piano yang dianggapnya sebagai teman. Hingga suatu hari Arana...