Fate - Mianh

415 59 62
                                    

*****




Sunggyu POV




Sudah lama rasanya sejak terakhir kali menginjakkan kaki di tanah Seoul. Suasananya, kondisi kotanya, bahkan sepoi anginnya sangat berbeda dengan Busan. Usiaku masih belia saat dulu ayah memboyong kami sekeluarga ke luar kota karna dipindahkan tugas kerjanya.

Seminggu yang lalu, aku dapat tawaran kerja. Agak jauh memang tapi aku ingin berkembang. Kalau hanya berdiam diri hanya sibuk dengan kegiatan panti, aku tidak akan mendapat pekerjaan. Meskipun anak-anak berat melepasku, tapi niatku sudah bulat. Dan akhirnya aku pun berangkat ke Seoul dengan menaiki bis.

Berbekal pengalamanku mengurus penghuni panti asuhan, pekerjaanku sebagai pelayan harusnya tidaklah sulit. Apalagi mengurus orang yang sedang sakit. Ya, aku melamar pekerjaan sebagai pelayan baru keluarga Nam untuk menjadi pelayan pribadi anaknya yang lumpuh.

Kabar buruk tentang kondisi pewaris Nam Corps sangat cepat beredar. Siapa yang tak mengenalnya? Pemuda tampan, anak bungsu Nam Sungil, di usianya yang masih muda dia sudah sukses sebagai penerus bisnis keluarga. Meski lebih muda dibandingkan aku, sosoknya menjadi role model panutanku. Dan kecelakaan yang menimpanya menjadi pukulan batin juga untukku.

Nam Woohyun, putra bungsu Nam Sungil, namanya terdengar sangat familiar. Mengingatkanku pada sosok bocah lelaki kecil yang jadi adik sekaligus sahabat kecilku dulu saat tinggal di Seoul. Aku masih ingat jelas percakapan singkat nan lugu kami waktu itu,



"... Aku menyayangi hyung jadi besar nanti kita harus menikah."



Lucu bukan? Saat anak usia tujuh tahun memikirkan tentang rencana pernikahannya. Anak itulah alasanku berhari-hari menangis dan merengek pada eomma untuk kembali ke rumah lama kami. Woohyunie kecilku.

Dan aku sama sekali tak berharap kalau Nam Woohyun itu adalah Woohyunieku.

*****

Tas ranselku hanya berisi beberapa potong pakaian ganti. Kudengar tidak semua yang melamar jadi pelayan akan diterima. Calon yang mendaftar harus menemui langsung Nyonya Nam dan mendiskusikan beberapa hal. Jadi kalau saja diterima aku akan kembali ke Busan baru berkemas.

Setelah menumpangi taksi, aku sampai di depan sebuah rumah besar nan megah. Menurut si pengemudi alamat yang kutunjukkan sudah tepat. Berarti benar ini istana keluarga Nam. Dan seketika itu perkiraanku bahwa Woohyunieku adalah Nam Woohyun menguap begitu saja. Karna aku masih ingat betul kalau daerah perumahan kami dulu berada jauh dari posisiku saat ini.

Kedatanganku disambut hangat. Setelah menunjukkan tanda pengenal, seorang pelayan wanita mengantarku ke ruang kamar utama. Katanya disanalah Ny.Nam sedang menunggu kedatangan calon pelayan baru untuk anaknya.

Ketukan pelanku pada pintu berbalas sahutan dari dalam, "masuklah." Maka aku beranikan diri untuk memutar knob pintu untuk masuk.

Jangan minta aku jelaskan betapa luas, dan nyamannya yang disebut ruang utama itu. Sepertinya ini kamar sekaligus ruang kerja. Karna bisa kulihat keberadaan ranjang besar dengan matras yang tebal dan juga meja kayu berukiran yang diletakkan di tengah ruangan.

Di belakang meja, terdapat kursi besar yang membelakangiku. Dari suara sahutan aku yakin bahwa benar Nyonya Nam yang sedang duduk di kursi itu.

"Annyeonghaseyo, Nyonya Nam, Kim Sunggyu imnida."

Aku membungkuk setengah badan, memberikam salamku yang paling tulus. Tak mendengar jawaban, aku belum berani kembali ke posisiku semula.

"Angkat kepalamu anak muda."

[DISCONTINUED] Fate On Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang