"Hey, apa menurutmu dia membenciku?"
Aku terkejut dengan perkataan Aldo. Tak kusangka dia memiliki sisi gelap seperti ini. Aku hanya terdiam, mengeluarkan keringat dingin. Aku tak tahu harus menjawab apa. Cerita mulai menjurus ke arah yang lebih horor.
"Ke-kenapa kau ber-tanya seperti itu padaku?" Jawabku sedikit gagap.
Ia hanya tersenyum, namun bukan senyum yang bersahabat bagiku terutama di situasi ini. "Kupikir mungkin saja kau tau perasaan bersalah atas kehilangan seseorang". Senyumnya makin tak mengenakan.
Sepersekian detik aku langsung teringat ibuku. Wajah ibuku tiba-tiba muncul dikepalaku setelah ia mengatakan itu.
Jauh didalam lubuk hatiku, ada perasaan bersalah membiarkan ibu meninggal. Bahkan beliau mengorbankan nyawa dan tubuhnya.
Situasi ini tak mengenakan bagiku. Baru sehari aku melupakan insiden di kota, aku kembali diingatkan oleh Aldo.
Aldo bagaikan telah tau apa yang kupikirkan. Ia seperti tau sesuatu tentangku dan tentang insiden kota.
Aku hanya mengaga, rahangku sulit ditutup, keringat dingin bercucuran. Senyum Aldo makin tak mengenakan.
"Apa maksudmu?!" Gertak ku sambil terbawa emosi yang masi bisa sedikit kupendam.
"Seharusnya kau tak meninggalkannya". Ujar Aldo mencoba memprovokasi.
Keputusanku sudah bulat. Tangan kananku telah memegang sebilah pisau makan di meja. Ingin sekali aku menutup mulutnya dengan pisau ini.
Aku langsung berdiri kemudian mengayunkan tangan kananku yang memegang pisau. "Berhenti bicara!!".
"Tapi untung saja aku datang disaat yang tepat ketika menyelamatkanmu". Gerakanku terhenti.
Jika diingat kembali memang benar, kalau tidak ada Aldo mungkin aku sudah menjadi korban perang di kota.
"Kenapa kau terbawa emosi?" Tanyanya melihat posisiku yang hendak menusuknya dengan pisau.
Aku memperbaiki posisi duduk dan menaruh pisau ke tempat yang aman di atas meja.
"Hanya bercanda. Jangan dimasukan ke dalam hati ya". Kali ini dia balik tersenyum dengan senyum sok manisnya yang membuatku jengkel.
Kali ini pula aku meraih kerahnya hendak menghajarnya habis-habisan.
"Argh... ampun.. baiklah aku salah maafkan akuu!!".
Kuperbaiki lagi posisi dudukku. "Apa sebenarnya maumu?".
"Hhmmm.... apa ya? Aku hanya ingin kau tau bagaimana masa lalu kelamku. Sepengamatanku dua hari terakhir kau seperti menganggapku laki-laki yang menyebalkan. Dari cerita ku tadi kuharap kau paham tentang diriku yang sebenarnya. Ini juga berguna untuk membangun rasa saling percaya satu sama lain karena kita tidak tau seberapa lama kita akan bersama kedepannya karena perang masih baru saja dimulai."
Kali ini aku terdiam. Apa yang dikatakan Aldo ada benarnya.
Orang macam apa aku ini? Aldo sangat percaya padaku, tapi bahkan aku tidak menganggapnya sama sekali. Dia adalah orang yang menyelamatkan ku di kota. Apa yang bisa kuperbuat?
Apakah aku akan terus berharap seseorang melindungiku?
"Baiklah sudah larut saatnya kembali-"
"Anu". Tegasku memotong ucapan Aldo.
"Mungin ini agak terlambat, tapi aku akan memperkenalkan diri. Perkenalkan namaku adalah Naila".
"Dan juga, terima kasih telah menyelamatkanku dari ancama di kota tempo hari. Selama disini mohon bimbingannya agar aku menjadi lebih kuat". Kali ini aku memohon sambil membungkuk.
Apa yang kukatakan? Dengan spontan aku menyebut nama Naila sebagai namaku. Aduh gawat Aldo pasti akan marah dan menganggapku aneh setelah mendengar cerita tadi.
"Begitu ya jadi namamu juga Naila. Bilang dari kemarin dong. Wah kebetulan macam apa ini?".
Ternyata dia memang bodoh.
Kuputuskan untuk menjadi lebih kuat. Setelah melihat pertarungan Aldo melawan pasukan bersenjata dua hari lalu, aku yakin Aldo adalah orang yang kuat.
Untuk itu aku putuskan untuk berguru dengannya. Agar kedepan aku bisa melindungi diriku sendiri tanpa mengharapkan perlindungan orang lain.
"Yang penting salam kenal ya Naila". Kami berjabat tangan.
"Tolong ajari aku teknik bertarung itu padaku".
"Tapi latihan yang diberikan Paman Tom berat lo, kamu bisa bertahan?"
"Tunggu dulu, apa? Paman Tom?" Apa aku tidak salah dengar? Aldo berguru pada Paman Tom?
"Hn, benar. Paman Tom yang mengajariku tentang segala aspek kehidupan termasuk bela diri."
Aku tidak percaya ini. Sebenarnya mereka berdua ini apa?
Dan beginilah malam ini berakhir. Mulai besok aku akan berlatih menjadi lebih kuat. Tapi, latihan yang kuhadapi bukan latihan fisik biasa. Latihan ini memiliki sangkut paut dengan human-droid.
****
Maaf ya... malam minggu kemaren gak bisa post karena kesibukan author di dunia nyata😂
Sebenarnya juga rada gak semangat nulis juga karena inspirasi buntu😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Is it Wrong if I Expect Someone to Protect me?
Science FictionPada tahun 2039 manusia berhasil menciptakan obat yang bernama human-droid. Dengan obat ini penggunanya dapat mengoprasikan droid hanya dengan mengirimkan sinyal melalui otak atau sugesti. Droid sendiri adalah alat yang lebih canggih dan modern diba...