"Kamu selalu berhasil ngebuat aku seneng dan bahagia." tutur Vania.
"Iya dong, Nathan." kekeh Nathan, dan mereka berdua pun tertawa bahagia.
"Aku beruntung punya kamu, Nath. Kamu selalu punya banyak cara buat bikin aku seneng. Selalu punya cara buat ngehibur aku saat sedih dan banyak masalah. Makasih satu tahun ini kamu mau nemenin aku. Tetep setia sama aku, walaupun mata kamu suka jelalatan ngeliatin cewek yang bening dimana mana." ucap Vania panjang lebar.
Nathan terkekeh lalu telunjuknya menyentuh poni Vania dan menyibakkannya lembut ke telinga.
"Aku juga beruntung punya kamu. Seseorang yang terima aku apa adanya. Nggak pernah marah marah sama aku walaupun aku bandel. Selalu nasihatin aku. Perhatiin aku. Aku nggak pernah sebahagia ini sebelumnya saat pacaran dulu." sahut Nathan tersenyum.
"Aku boleh nggak minta sesuatu dari kamu?" tanya Vania dengan mata berbinar.
"Apa?"
"Jangan pernah tinggalin aku ya. Jangan pernah diantara kita ada yang menyakiti. Jangan pernah ada yang menghianati." pinta Vania menyentuh jambul Nathan lalu merapikannya.
Nathan mengangguk dengan mata terpejam. "Aku janji, Van." tekadnya.
Bima dan Nana yang melihat kemesraan Nathan dan Vania pun turut bahagia.
"Gue seneng deh liat mereka bahagia gitu." tutur Bima tersenyum memandang dua pasangan yang tengah berbahagia.
"Apalagi gue." timpal Nana menyenderkan kepalanya kebahu Bima.
"Beberapa minggu lagi kita mensive juga loh. Lo nggak mau sesuatu gitu sama gue? Gue bakal kabulin permintaan lo." ujar Bima memandang lurus kedepan.
Sontak Nana menoleh kearah kekasihnya lalu tersenyum.
"Gue nggak minta apapun dari lo. Cukup lo selalu disisi gue, gue udah bahagia.Bima memandang wajah Nana yang tersenyum teduh. Ia tersenyum bangga memiliki Nana sebagai gadisnya.
"Lo pengertian banget sih. Tapi serius lo mau minta apa ke gue?" kekeh Bima memijit pangkal hidungnya.
"Gue juga serius. Nggak minta apapun sama lo. Cukup lo selalu disamping gue, selalu ada saat gue butuh. Selalu jadi tempat berlari gue saat gue ada masalah nantinya." terang Nana menggenggam tangan Bima.
Bima melirik tangannya yang digenggam Nana.
M
ereka berdua pun berpelukan dan keduanya tersenyum bahagia. Bima mencium kening Nana sekilas lalu mengelus rambutnya lembut.
"Sekarang aku anter pulang ya. Udah malem ntar camer aku nyariin." ajak Nathan membuat dahi Vania berkerut.
"Camer?"
"Calon mertua," jelas Nathan menepuk pelan pucuk rambut Vania. Vania hanya terkekeh lalu mencubit pelan pinggang Nathan.
"Kan suatu saat juga kamu bakal jadi istri aku." goda Nathan hingga berhasil membuat pipi Vanis memanas.
"Apaan sih. Kuliah dulu yang pinter, baru mikirin nikah." sungut Vania.
"Aku malah pengen nikah muda sama kamu." Vania melototkan matanya kearah Nathan."Wkwkwkwkwk. Nggak kok, Van bercanda. Aku bakal nunggu kamu sampai siap untuk nikah dan jadi ibu dari anak anak aku kelak." ucap Nathan memegang kedua tangan Vania lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathan dan Vania[END]
Teen FictionDon't judge a book by its cover Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita saya🙏 Cerita kedua sih sebenernya, karena yang pertama "cinta 100 hari" saya berubah pikiran. Akhirnya bikin lagi dan hasilnya ini deh hehehe. Maaf jika ada t...