Namanya Perwira Mahesa. Begitu sempurna untuk dikagumi para kaum hawa di sekolahku. Secara fisik, atletis dan jelas saja tampan. Semuanya akan meleleh jika melihat Wira, begitu panggilannya. Entah kenapa, mereka akan histeris ketika cowok itu sedang bermain basket, bermain gitar, atau bahkan hanya sekedar menyapa. Misterius dan dingin, semakin membuat mereka takluk pada karismanya. Tapi, aku? TIDAK. Siapa yang mengira aku baru pertama kali melihatnya dari dekat ketika dia tak sengaja menjatuhkan buku-buku di perpustakaan, aku terpaksa menolongnya.
Pertemuan yang tidak pernah aku inginkan, karena jelas saja menimbulkan efek sirik para fansnya. Ia mengucapkan terimakasih dan memberi undangan acara sweet seventeennya, yang jelas saja sangat limited edition.
Kuperlihatkan undangan dari Wira pada Zia.
“Gila ya, seorang Wira ngundang seorang Nia yang gak famous?” Ledek Zia padaku
“Jahat amat sih lo jadi sahabat ngatain gue," ucapku
“Tapi lo datang kan?”
“Mungkin, tapi gue gak ada couple, lo ikut?"
"Mau banget!"
Kuberikan satu jitakan di kepalanya, Zia memang selalu begitu. Dia sering menjodoh-jodhkanku dengan Wira, karena menurut penilaiannya Wira sering memperhatikanku.Malam ini aku bersiap-siap dengan malas. Sedikit riasan natural dan rambut yang kubuat sedikit lebih anggun. Dress yang dipilihkan bunda sesuai dengan yang kuinginkan, simple dan berwarna biru dongker. Kemudian segera berangkat bersama Zia.
Begitu sampai di Gapura perumahan rumah Wira, aku dan Zia terpana, tak pernah terbayang di otak kami akan datang ke rumah semegah ini, taman yang begitu tertata dengan kolam air mancur di tengahnya, dipercantik dengan bunga, kursi taman, lampu dan juga ayunan.
Kulirik wajah Zia yang memerah, Danar si cowok blasteran tiba-tiba mengajaknya masuk menuju ruang pesta. Acara telah dimulai. Aku terlalu malas untuk berbaris di bagian depan, berdesak-desakan di antara beberapa fans Wira hanya untuk mengetahui kepada siapa first cake itu akan diberikannya.
“Nia Zaura Karunia” namaku dipanggil, aku terkejut. Kulihat Wira membawa sebuah cake ke arahku diiringi oleh tatapan serigala para cewek di belakangnya.
“Thanks lo udah dateng ke acara ultah gue, first cake gue buat lo,” ia menyodorkan cake ke arahku, kupikir ini mimpi, kuterima first cake itu dengan senyum setengah hati.
Acara berlanjut, aku memilih menyendiri di pinggir kolam renang sambil duduk santai di ayunan, setidaknya degup musik tidak membuat kepalaku semakin pusing.“Lo galau?” Seseorang tiba-tiba duduk di sebelahku. Hmm ... ternyata Wira.
“Dikit sih, gue numpang duduk disini deh, bisa budeg gue kalo kelamaan denger musik lo”Wira hanya tertawa, tawa yang dulu pernah sangat ku kagumi. Malam ini dia benar-benar tampan. Tiba-tiba Wira memainkan gitar, sebuah lagu yang mampu menghipnotisku. Pandangan kami bertemu, matanya menatapku dengan lembut sambil terus bernyanyi dan memetik gitar.
“Lo jangan galau lagi, buka mata lo, ada yang memperhatikan lo selama ini. Itu gue!" Ia mengakhiri petikan gitarnya, lalu bangkit dan kembali ke ruang pesta. Meninggalkanku yang bingung dan debaran halus itu kembali menggetarkan hati.
Pesta telah berakhir namun perasaan sayangku pada Wira baru dimulai. Sejak itu kami mulai dekat hingga kelulusan sekolah. Namun, setelah ia memutuskan melanjutkan pendidikan di Ausy dan menutup kisah kasih kami selama putih abu. Baik aku atau Wira, kini telah mengepakkan sayap masing-masing layaknya kupu-kupu.
The end
#TheFighter
#InfinityLovink
#BelajarNulisCerpen
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kupu-Kupu Masa Putih Abu
Teen FictionNamanya Perwira Mahesa. Begitu sempurna untuk dikagumi para kaum hawa di sekolahku. Secara fisik, atletis dan jelas saja tampan. Semuanya akan meleleh jika melihat Wira, begitu panggilannya.