Inisiasi 6 : Memahami Karakteristik Hikayat
Malim Deman
Syahdan hiduplah seorang pemuda yatim piatu pada. Malim Deman namanya. Dia pemuda yang rajin giat bekerja dan baik budinya. Setiap hari dia mengerjakan sawah dan ladang milik ibunya yang berada dipinggir hutan. Dia bekerja membantu pamannya
Di sekitar sawah milik ibu Malim Deman itu tinggal seorang janda tua. Mandeh Rubiah namanya. Malim Deman sangat akrab dengan janda tua itu. Bahkan, Mandeh Rubiah telah mengaggap Malim Deman sebagai anaknya sendiri. Mandeh Rubiah kerap mengirimkan makanan kepada Malim Deman ketika Malim Deman tengah menjaga tanaman padinya pada malam hari.
Pada suatu malam Malim Deman kembali menjaga tanaman padinya. Dia hanya seorang diri ditengah sawah. Dia merasa sangat haus. Malim Deman segera ke pondok Mandeh Rubiah untuk meminta air minum. Belum juga Malim Deman tiba di pondok Madeh Rubiah, Malim Deman mendengar suara beberapa perempuan di belakang pondok Mandeh Rubiah. Dengan berjalan berjingkat-jingkat, Malim Deman segera menuju sumber suara yang sangat mencurigakan tersebut.
Terperanjatlah Malim Deman ketika melihat tujuh bidadari tengah mandi di kolam yang terletak di belakang pondok Mandeh Rubiah. Malim Deman sangat terpesona melihat kecantikan tujuh bidadari itu ketika wajah mereka terkena sinar rembulan yang tengah purnama. Malim Deman juga melihat tujuh selendang tergeletak di dekat kolam itu. Malim Deman menerka, tujuh selendang itu digunakan para bidadari untuk terbang dari khayangan ke kolam itu. Maka, dengan berjalan mengendap-endap dia mendekati tujuh selendang itu dan mengambil salah satu selendang. Segera disembunyikan selendang itu dan dia kembali mengintip tujuh bidadari yang tetap mandi tersebut.
Menjelang waktu pagi datang, tujuh bidadari itu berniat kembali ke khayangan. Salah satu bidadari, yakni bidadari bungsu, tidak dapat menemukan selendangnya. Enam kakaknya telah berusaha turut membantu mencari selendang itu, namun hingga menjelang fajar selendang milik bidadari bungsu tetap tidak ditemukan. Karena matahari sebentar lagi terbit, enam bidadari yang telah mendapatkan selendang dengan terpaksa meninggalkan adik bungsu mereka. Keenamnya menggunakan selendang mereka masing-masing untuk terbang kembali ke Khayangan.
Sepeninggalan kakak-kakaknya, si bungsu menangis. Dia ketakutan untuk tinggal dibumi Malim Deman lantas mendekati dan menghibur si bidadari bungsu. Malim Deman kemudian mengajak bidadari itu kerumah Mandeh Rabiah. Dengan hati gembira Mandeh Rabiah menerima bidadari bernama Putri Bungsu itu dan mengakuinya sebagai anak.
Malim Deman kembali ke rumahnya setelah mengantarkan bidadari bernama Putri Bungsu ke rumah Mandeh Rabiah. Sesampainya di rumah, Malim Deman menceritakan kejadian yang dialaminya kepada ibundanya. Dijelaskannya pula adanya bidadari yang tinggal bersama Mandeh Rabiah. Malim Deman lalu memberikan selendang bidadari itu kepada ibunya untuk disimpan. Malim Deman meminta ibunya untuk menyembunyikan selendang itu selamanya.
Sejak saat itu Malim Deman kian rajin berkunjung ke rumah Mandeh Rabiah untuk menemui Putri Bungsu. Malim Deman dan Putri Bungsu tampaknya saling jatuh cinta. Keduanya lantas menikah. Tidak beberapa lama mereka dikarunia seorang anak laki-laki. Malim Deman memberi nama Sutan Duano untuk nama anak lelakinya itu.
Putri Bungsu semula sangat berbahagia bersuamikan Malim Deman. Namun sejak Sutan Duano lahir, perangai Malim Deman menjadi berubah. Malim Deman malah lebih banyak menghabiskan waktunya di arena perjudian. Dia sangat senang menyabung ayam dengan menggunakan taruhan. Begitu senangnya dia dengan perjudian hingga seringkali dia tidak pulang berhari-hari lamanya.
Putri Bungsu menjadi sangat bersedih melihat perangai buruk suaminya. Dia kadang menangis sendiri meratapi nasibnya. Kerinduannya untuk pulang kembali ke kahyangan kembali muncul. Semakin lama rasa itu semakin besar. Hingga pada suatu saat dia menemukan selendang miliknya di rumah ibu Malim Deman. Dia berpura-pura hendak menjemur selendang itu. Seketika dia membawa selendang itu kerumahnya. Putri Bungsu kemudian menemui Bujang Karim pegawai Malim Deman. “Tolong kau sampaikan kepada Malim Deman, aku akan kembali ke Kahyangan dengan membawa Sutan Duano.” Bujang Karim segera cepat mencari Malim Deman ke arena perjudian. setelah bertemu diceritakannya pesan dari Putri bungsu kepada Malim Deman.
Malim Deman panik dengan terburu-buru dia segera kembali ke rumah untuk menemui istri dan anaknya. Namun terlambat. Sesampainya dirumah, istri dan anaknya sudah tidak ada. Istrinya telah membawa anak kesayangannya kembali ke Kahyangan. Malim Deman hanya dapat menyesali kepergian anak dan istrinya. Benar-benar dia sangat menyesal. Namun penyesalan hanya penyesalan, apa yang telah terjadi tidak dapat diulang lagi. Akibat sikap buruknya dia harus kehilangan keluarga yang dicintainya.
Pemahaman saya dari hikayat tersebut adalah :
Pada zaman dahulu hiduplah seorang pemuda yatim piatu, yang bernama Malim Deman. Malim Deman merupakan pemuda rajin dan pekerja keras. Hari-harinya ia selalu mengerjakan sawah ibunya yang berada di pinggir hutan. Di sekitar sawah milik ibunya itu tinggal seorang janda tua, yang bernama Mandeh Rubiah. Malim dan janda itu sangatlah akrab, bahkan janda tua itu menganggap Malim adalah anaknya. Sampai-sampai Mandeh Rubiah mengantarkan makanan untuk Malim ketika ia tengah menjaga tanaman padinya di sawah.
Pada malam berikutnya Malim tengah menjaga tanamannya seorang diri. Ia merasa sangat haus pada malam itu. Jadi, ia memutuskan ke pondok Mandeh Rubiah untuk meminta minum. Belum saja Malim sampai ke podok janda tua itu, Malim mendengar suara perempuan di belakang rumah Mandeh. Ia pun penasaran dan langsung menuju ke tempat suara itu berasal. Malim Deman sangat kaget ketika melihat bidadari-bidadari cantik yang tengah mandi di kolam. Malim Deman juga melihat 7 selendang bidadari tersebut untuk terbang ke khayangan. Karena Malim terpesona dengan kecantikan pada bidadari tersebut maka, Malim mengendap-endap untuk mengambil salah satu selendang. Setelah mendapatkan selendangnya, maka ia cepat-cepat di sembunyikan.
Ketika waktu pagi menjelang, 7 bidadari itu pun akan kembali ke khayangan. Salah satu dari 7 bidadari tersebut tidak dapat menemukan selendangnya, yaitu bidadari bungsu. Enam bidadari lainnya telah kembali ke khayangan. Setelah enam bidadari lainnya kembali, bidadari yang bungsu menangis karena ketakutan tinggal si bumi. Malim yang melihat itu, langsung mendekati bidadari tersebut lalu mengajaknya tinggal di rumah Mandeh Rubiah. Dengan sangan gembira, Mandeh Rubiah menerima bidadari tersebut dan mengakuinya sebagai anaknya sendiri.
Setelah mengantarkan bidadari tersebut, Malim Deman kembali kerumahnya dan menceritakan kejadian itu kepada ibunya. Lalu selendang yang di ambilnya itu meminta ibunya untuk menyembunyikannya. Sejak saat itu, Malim Deman lebih sering mengunjungi rumah janda tua itu untuk mengunjungi Putri Bungsu. Lama kelamaan mereka pun saling jatuh cinta. Sampai pada akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Dari pernikahan mereka, di karuniai seorang anak laki-laki yang di beri nama Sutan Duano.
Sejak Sutan Duano lahir, perilaku Malim Deman berubah. Ia selalu menghabiskan waktunya dengan berjudi dan menyabung ayam. Putri Bungsu kadang menangis karena sikap buruk suaminya itu. Hingga pada suatu hari, Putri Bungsu sangat merindukan khayangan. Ia berpikir untuk mencari selendangnya. Dan dia menemukan selendang miliknya di rumah ibu Malim Deman. Cepat-cepat lah ia membawa selendang itu ke rumahnya dan langsung menemui pegawai Malim Deman bahwa Putri Bungsu akan kembali ke khayangan . Pegawai Malim Deman pun langsung mencari Malim Deman untuk memberitahukan bahwa Putri Bungsu akan kembali ke khayangan. Malim Deman pun panik dan buru-buru pulang ke rumah. Namun terlambat, istri dan anaknya sudah tidak ada di rumah dan Malim Deman hanya dapat menyesal.