prolog

27 8 18
                                    

                           Chapter 0

New york, 07 september 2004

Tanggal 10 september 2004 adalah dimana perang dunia terjadi. Semua orang berlari kesana - kemari untuk mencari tempat perlindungan yang aman. Seuara tembakan peluru dan suara bom yang meledak terus saja menggema di kuping masyarakat New york. Para tentara sedang sibuk mengefakuasi masyarakat yang tertimpah reruntuhan bangunan, pada hari ini adalah hari yang di benci masyarakat New york. Tapi tidak semua warga New york yang beruntung diselamatkan oleh tentara, ada juga masyarakat yang tersesat karena terbawa arus para manusia yang berlalu lalang. Contohnya adalah para anak - anak yang terpisah oleh orang tuanya dan mereka terpijak, dan terhimpit karena berusaha mencari orang tuanya yang entah kemana.

'DUARRR'

"MAMA, TOLONG! "

"TOLONG AMPUNI KAMI! "

'ZRATSS'

'BOOM'

Suara teriakan, jeritan, dan permohonan terus saja terdengar di tahun ini semua masyarakat New york tidak tentram seperti dulu. Tidak ada canda tawa, pesta, ramai - ramai orang di pasar, dan teriakan anak - anak yang di jewer kupingnya karena terlelu lama bermain, semua itu, semua itu tidak ada lagi di sini, di sini hanya ada suara orang yang teriak minta tolong, suara tembakan, bom, dan masyarakat yang di siksa abis - abisan. Tidak ada yang bisa menolong mereka kecuali mereka berserah diri kepada tuhan mereka dan tetap berusaha untuk menyelamatkan diri.

*******

"saya melaporkan, telah terjadi pengeboman di kota glen cove pada hari ini jam 07:30 pagi tadi. Banyak warga yang meninggal akibat pengeboman itu. " ujar reporter tv. "sekarang saya sedang bersama jendral Revolver colonbus. Bagaimana pendapat anda jendral tentang pengeboman yang terjadi di kota glen cove? " lanjut reporter itu.

"hm.., bagaimana ya, kasus ini tidak bisa dijelaskan dengan kata - kata," ujar lelaki yang bernama jendral Revolver colombus itu dengan ragu dan gugup.

"yasudah, cukup sekian berita dari saya, saya tutup kembalu bersana andaliana sentasos. " kata reporter itu.

"hm..., sepertinya New york sekarang tidak aman lagi," kata seorang pria berambut coklat beriris hijau coral yang tengah duduk bersama seorang wanita yang tengah hamil tua itu.

"iya, Stevian," jawab wanita yang tengah mengandung itu, pria yang dipanggil wanita tadi yang bernama Stevian itu membelai rambut wanita itu dengan lembut.

"kamu harus jaga anak kita Xie dengan baik." kata Stevian lagi sambil memeluk Xiana dan mengecup pelan keningnya dengan lembut. Kemesraan mereka tidak bisa berlangsung lama kerena tiba - tiba muncul sebuah gas air mata dan sebuah bom yang terlempar masuk kedalam rumah mereka.

"uhuk, uhuk, XIANA! ISTRIKU! KAMU DIMANA?!! " teriak stevian mencari istrinya Xiana.

"ak-a-aku disini Stev, uhuk, " jawab xiana dari reruntuhan bangunan rumahnya.

"BERTAHANLAH SAYANG! AKU AKAN SEGERA KESANA! " teriak Stevian sambil berlari terbatuk - batuk menuju ke arah asal suara istrinya.

"Sayang kamu baik - baik saja? " tanya Stevian kawatir sambil mengangkat rak yang menimpah kaki kiri istrinya itu. Setelah mengangkat rak yang menimpah kaki kiri istrinya itu di mulai mengendong istrinya itu keluar dari rumah.

"YAMPUN KAMU BERDARAH SAYANG!" teriak Stevian saat merasa tangannya menyentuh cairan merah dari kaki istrinya.

"Ti-tidak perlu khawatir, aku baik - baik saja, " jawab xiana dengan nada yang lemas dan muka yang sudah mulai pucat.

"ASTAGA KITA MELUPAKAN MAX!! " teriak Stevian saat ada seseorang yang dia lupakan.

"SIR! SIR TOLONG KAMI!! " teriak Stevian sambil menggendong istrinya.
"CEPAT! CEPAT! " kata tentara itu. Stevian pun berlari dengan capat ke arah tentara itu sambil menggendong Xiana istrinya yang sudah mulai lemas kehabisan darah.

'BOOM'

Stevian dan Xiana terpental cukup jauh akibat ledakan bom yang cukup dasyat.

"Au hah! dimana Xiana? " ujar Stevian seraya melihat kanan kiri.

"are you okey sir? " tanya tentara itu saat melihat Stevian tergeletak di tanah. sambil membantu Stevian untuk berdiri dan mulai merangkul Stevian.

"yes, i'm okey. " jawab Stevian lemas. tentara itu langsung menuju mobil sambil merangkul Stevian yang sudah kelihatan lemas itu.

"sir, tolong bantu aku, " ujar Stevian lemas di tengah - tengah perjalanan menuju mobil.

"ada apa? " tanya tentara itu.

"tolong bantu aku menemukan istriku, kumohon tolong aku, " ujar Stevian memohon kepada tentara itu, dan untuk menjawab tentara utu hanya mengangguk, setelah itu tentara itu pergi meninggalkan Stevian dan yang lainnya di dalam mobil.

"DAD! DAD WHERE ARE YOU?"

"DAD! "

"Dad apakah ini kamu? " tanya anak laki - laki berambut coklat berumur 6 tahun itu. Stevian pun menoleh ke asal suara itu dan seketika jantungnya terhenti sebentar, dia tidak menyangka yang nenanyakannya tadi adalah........ Anaknya Maxen.

"MAX ANAKKU! " teriak Stevian sambil memeluk anaknya itu.

"Dad," ujar Max

"yes son, " jawab Stevian.

"diamana ibu dan adik? " tanya Max cemas.

"hm...,itu ibumu, " jawab Stevian ragu. Tidak lama kemudian datanglah tentara tadi sambil menggendong seorang wanita yang tengah mengandung itu ke arah mobil. Tentara itu mulai meletakkan Wanita itu yang ternyata adalah......xiana. Xiana kelihatan lebih pucat dari sebelumnya, wanita itu memiliki banyak luka di dahi, pelipis, dagu,dan tangan kirinya. Luka - luka itu mengeluarkan darah yang cukup banyak.

"TIM MEDISS! " teriak tentara itu kedalam mobil yang lumayan besar itu. Setelah menunggu selama sepuluh menit akhirnya datang juga tim medis.

"minggir - minggir, " suruh tim medis itu. Setelah berada didepan Xiana dokter dari tim medis itu mulai melakukan penanganan khusus untuk orang yang sedang melahirkan. Dua puluh menit pun berlalu, telah lahir di dunia anak perempuan cantik beriris hijau coral, berambut coklat, dan berbibir mungil.

"Hah, mau berinama apa anak kita?" tanya Xiana lemas.

"bagaimana kalau Rex mom? Aku sangat suka film T-Rex mom," tanya Max dengan polosnya, dan untuk menjawab Xiana hanya mengangguk pelan.

"dan bagaimana kalau aku menambahkan namamu sayang? " tanya Stevian sambil terus menimang anak perempuamnya itu, dan yang kedua kalinya Xiana hanya mengangguk untuk menjawab.

"jadi nama anak ini adalah Rexxiana vanlos," ujar Stevian sambil mengangkat anak perempuannya yang baru lahir itu.

'DOR, DOR, DOR'

"akh..,"

"Dad, mom kalian kenapa? " tanya Max dengan polosnya.

"M-Max to-to-tolong jaga adikmu ini, mom and Dad akan mengawasi kalian dari langit, " ujar Xiana.

"i-iya Max tolong jaga adikmu ini, uhuk. T-t-tolong jagalahh," kata Stevian sambil menyerahkan anak perempuannya yang bernama Rexxiana vanlos itu ke tangan Max, dan Max pun memerimanya. Setelah menyerahkan anak perempuan mereka, tiba-tiba Stevian dan Xiana terjatuh dari mobil, saat mereka terjatuh mereka berpelukan satu sama lain.

"TIDAAAKK!!" teriak Max saat melihat kedua orang tuanya terjatuh dari mobil, untung saja para tim medis menghalangi Max untuk melompat dari mobil bersama adik yang digendongnya.

Vote dan comment ya, biar dapat memeperbaiki lagi cerita saya.

See you ^▽^

Continue

SurrexeruntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang