kenapa?

9.1K 436 22
                                    

Don't like don't read.

Hinata pov

Kenapa mereka selalu menatapku seakan aku ini anak yang tak diharapkan? Sebenarnya apa salahku? Mengapa Otousan dan kaasan selalu keras terhadapku? Tapi tidak dengan kakak dan adikku? Aku juga ingin punya orang tua seperti teman-teman di sekolahku. Ayah yang selalu mengajarinya di saat dia tak mengerti pelajaran sekolah. Ibu yang selalu memberikan kasih sayang dan memberikan tempat sandaran dikala dia sedih. Tapi mengapa di keluargaku, ayah dan ibuku selalu membenciku. Sebenarnya, untuk apa aku dilahirkan di dunia ini? Apa hanya untuk merasakan sakit ini? Kadang aku lelah Kami-sama. Aku lelah dan selalu berfikir untuk pergi dari dunia ini. Tapi aku juga takut jika aku tak bisa melihat mereka lagi. 

End Hinata pov

PLAKK

"Sudah kubilang berulang kali..! Belajarlah yang keras. Kenapa nilaimu hanya mencapai angka 7?" Bentak Hiashi kesal.

Hinata hanya menunduk dan menangis dalam diam. Di umurnya yang 17 tahun ini, bukankah seharusnya kedua orang tuanya menyemangatinya?

"Lihatlah dirimu ini..! Kau lemah, bodoh, tak diuntung. Aku malu punya anak sepertimu." Ucap Hikari sinis.

Hinata masih menunduk dengan menggigit bibirnya kuat-kuat. Hiashi mengambil sebuah kayu rotan yang selalu disiapkannya.

Ctakk...

Hinata meringis mengigit bawah bibirnya kuat. Rasa panas dan nyeri menjalar saat menerima cambukan dari ayahnya.

Ctaakkk...

Kali ini lebih kuat dari yang pertama. Pahanya sangat panas dan sakit. Kali ini Hinata tak bisa menahan airmatanya yang akan terjatuh meski matanya tertutup erat.

Ctaaaakkk...

Hiashi seolah menutup mata melihat anak keduanya menerima cambukannya dengan pasrah. Tangannya terayun kuat dan semakin kuat di setiap cambukannya. Tak ada rasa bersalah di hatinya. Bahkan Hikaru seolah tak perduli dengan rasa sakit dari anak kandungnya.

Ctttaaaakkk...!!

10 cambukan telah melayang ke tubuh Hinata. Rasanya sangat sakit dan dirasa pasti akan berdarah. Matanya tetap menutup erat. Kakinya yang bergetar, tetap dipaksakannya untuk berdiri.

Blamm...

Brukhh...

Hiashi dan Hikari yang telah pergi, semerta membuat Hinata bernafas lega. Kakinya langsung ambruk karna tak bisa menopang tubuhnya. Tangisannya semakin menjadi bahkan kini diiringi isakan.

"Otousan... Kaasan... hiks... kenapa?" Tanya Hinata pilu.

Mengambil sebuah bantal di kasurnya, Hinata segera meredam isakannya yang semakin mengencang. Menumpahkan segala kesedihannya lewat airmata.

Hinata menangis hingga matanya terasa berat. Tanpa terasa, alam mimpi yang indah menyambutnya. Memberikan gambaran indah yang tak pernah dia rasakan di alam nyata.

HELP ME....!! 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang