Pesawat dari Berlin tujuan Jakarta sudah mendarat dengan selamat walafiat. Turunlah beberapa penumpang. Termasuk seorang pemuda dengan pakaian yang lumayan terlihat nyentrik. Kemeja pink polos dengan jaket kuning yang ia sampirkan pada pinggangnya. Tak lupa celana training hitam dan sepatu berwarna abu dengan tali neonnya. Pemuda itu melenggang menuruni pesawat dan masuk ke bandara. Ia tak menghiraukan pandangan setiap orang yang melihatnya. Toh ini memang style nya, apa salahnya.
Johan, pemuda berpakaian nyentrik tersebut menggeret koper miliknya pada tangan kirinya sementara tangan kanannya ia gunakan untuk memegang handphone miliknya yang sedari tadi ia letakkan samping telinganya. Ia berjalan menuju keluar bandara, untuk menunggu seseorang yang kabarnya bakal menjemputnya.
Sesekali ia melihat jam pada pergelangan tangannya dan memajukan bibirnya sangat lucu. Johan tidak suka menunggu, ia sangat benci menunggu. Karena menunggu itu melelahkan, bukan hanya raga saja tapi hati juga, eh.
"Lama sekali!"
Johan kembali menelpon seseorang yang akan menjemputnya untuk segera datang.
"Yes baby,"
Johan bernafas lega, akhirnya panggilannya kali terangkat.
"Lo kemana aja sih? Gue telpon dari tadi juga. Gue capek nunggu tau,"
"Ututututu adek gue tersayang kecapean, tenang ya baby bantet gue. Bentar lagi ada yang jemput lo kok,"
"Hah? yang jemput gue? Bukannya elo kak?"
"Bukan cintaku, bentar deh ya gue kirimin foto orang yang jemput lo,"
"Eum,"
Johan mematikan handphone nya. Menunggu kiriman foto sang penjemput dari kakaknya.
tring
Pertanda bahwa ada sebuah pesan masuk pada handphonenya. Awalnya Johan hendak membukanya, namun ia mengurungkan niatnya tersebut. Ia lebih memilih untuk menuruti panggilan alamnya. Dan segera berlari masuk ke dalam bandara mencari toilet setelah sebelumnya memasukan handphone kesayangannya ke dalam saku celananya.
Johan telah sampai dalam toilet, namun keadaan disana kala itu lumayan ramai. Bilik toilet tertutup semua. Johan menahan rasa sakit perutnya dengan sambil memegang sebuah pinggiran bilik didepannya yang memisahkannya dengan bilik lain.
Ini gegara makan banyak di pesawat~ Tapi bagaimana gue ga bisa nahan, ada ayam goreng lagi disana- Johan
Johan menggurutu dalam hati dan menyesali perbuatannya yang tak bisa menahan nafsu makannya apalagi jika sudah berhadapan dengan ayam. Makanan favoritnya sedari kecil. Johan meringis kesakitan menahan rasa sakit perutnya itu.
Tok tok tok
Johan mengetuk bilik di depannya. Mengisyaratkan agar seseorang yang sedari tadi di dalam sana cepat keluar. Namun tidak ada tanda-tanda apapun dari dalam.
Tok tok tok
Johan mengetuk bilik tersebut sekali lagi. Namun kali agak keras. Siapa tahu saja orang yang di dalam bilik tersebut agak sedikit tuli atau memang sengaja tidak mendengar. Johan sudah kehilangan kesabarannya. Kali ini ia mengetuk bilik itu lebih keras dari yang sebelum-sebelumnya.
" Iya tunggu sebentar"
Baru setelah itu terdengar suara dari dalam bilik yang sedari tadi Johan tunggu tidak terbuka. Johan mendengus kesal. Setelah beberapa menit kemudian pintu bilik tersebut terbuka dan menampilkan sosok pemuda yang tingginya melebihi tinggi Johan. Pemuda itu menatap Johan dengan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Dadakan - DEEPWINK [✓]
FanfictionJohan Anggasta Wijaya Arjuno Satya Wirasastra Dua onggok manusia, yang diharuskan menikah menggantikan kakak mereka yang tetiba kawin lari dihari pernikahannya.