[01] Malam Malapetaka (17+)

206K 6.5K 482
                                    

"Satu malam yang menghancurkan malam-malamku berikutnya."

-Raveira Livira Shabira-

-Raveira Livira Shabira-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________

Orang-orang percaya bahwa setiap apa yang terjadi di dunia ini pasti ada alasannya.

Tuhan mempunyai 1001 alasan atas semua yang terjadi, awal pertemuan, serangkaian perpisahan, dan akhir dari segalanya. Namun, yang perlu diketahui, tidak ada seorang pun yang tahu alasan itu sampai semua berlalu dan menjadi sebuah pelajaran yang tak ternilai harganya.

Kenyataan yang terjadi dalam hidup ini seperti mimpi, benar dan salah, baik dan buruk, cinta dan benci. Semua hal itu akan terkubur seiring berjalannya waktu dan menghilang tanpa meninggalkan jejak.

Tidak ada yang bisa tahu apa yang akan terjadi dalam hidup ini.

Perempuan dengan rambut cokelat tergerai itu berjalan dengan tergesa-gesa seakan ia sedang dikejar sesuatu.

Ia melangkahkan kakinya dengan cepat menaiki eskalator, tangga berjalan. Pandangannya langsung tertuju pada dua perempuan yang sedang duduk bertopang dagu sambil mengaduk minuman coffe latte miliknya.

"Maaf ya. Gue telat," ucapnya meminta maaf. "Kalian mau ngomongin apa sih? Emang penting banget ya?"

"Duduk dulu kali, Vei." Rahma menepuk pelan kursi di sebelahnya yang kosong.

"Gue nggak ada waktu,"

"Cuma bentaran doang." Mau tidak mau Vei duduk di samping Rahma. Lebih tepatnya Vei duduk diantara Rahma dan Livi.

"Jadi, kalian mau ngomongin apa? Gue cuma punya waktu 30 menit."

"Sebegitu sibuknya ya elo?" tangan Livi masih sibuk mengaduk-aduk minumannya. "Gue nanti malem ada acara."

"Terus?" Vei memerhatikan alat pengukur waktu yang melingkar pada pergelangan tangannya. "Gue nggak ada waktu, Liv."

Bagi Vei, setiap waktu yang berlalu itu sangat berharga. Dan ia tidak mau waktunya terbuang percuma. Waktu adalah emas, itulah prinsipnya.

"Gue mau nanti lo dateng,"

"Kan lo tau sendiri gue nggak bisa."

"Bisa nggak sih sekali ini aja?" pinta Rahma. "Lo jarang banget ikut hangout sama kita lagi."

Vei menghela napasnya secara kasar. "Kehidupan gue udah beda sama kalian berdua."

"Gue tau,"

"Gue nggak bisa lagi berfoya-foya bareng kalian berdua," bola matanya menunduk memerhatikan tali sepatunya yang terlepas. "Gue sibuk cari uang untuk nyambung kebutuhan hidup gue."

"Gue tau,"

"Kalo kalian berdua tau kenapa kalian masih pengin gue ikut hangout bareng kalian?" tanyanya dengan suara serak, sekuat tenaga ia berusaha agar tidak menangis sekarang ini. "Kalian tahu nggak sih? Gue juga pengin kayak kalian berdua. Jalan, nonton, pergi ke sekolah tanpa harus memikirkan apa yang terjadi besok, sedangkan gue? Gue masih harus mikir untuk ngelakuin itu. Gue besok makan apa? Gimana besok gue bayar sekolah? Apa yang harus gue lakuin besok?"

The FaultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang