Little Sequel.

563 60 9
                                    

Dua tahun kemudian.
.
.

"Selamat atas kelulusanmu." Park Woo Jin, pria yang sudah menjadi saudara dekatnya pun memberi ucapan selamat. Tak lupa uluran tangan pada pemuda di hadapan.

Ji Hoon menyunggingkan senyuman tulus. Tangannya terulur guna membalas jabatan sekaligus memberi ucapan selamat. "Aku juga harus memberi selamat untukmu, hehe."

Selesai melakukan acara jabat tangan, mereka melangkah berdampingan. Banyak wanita yang menanti kedatangannya sepanjang koridor sekolah. Woo Jin tertawa dalam hati sembari mengatakan sesuatu. "Ji Hoon, aku iri padamu. Makin lama kau makin tampan. Lihat! Banyak yang menunggumu sepanjang koridor."

Ji Hoon menoleh arah kanan-kiri seraya membalas senyuman para gadis. Benar, sebagai bukti ia membawa hampir sepuluh bucket bunga pemberian siswi kelas dua. Bukan hanya itu, Ji Hoon juga menerima hampir lima belas cokelat batang dari penggemar setianya di sekolah.

"Untukmu, Kak Ji Hoon. Selamat atas kelulusan kakak." Gadis kini menginjak kelas dua itu menyodorkan lima tangkai mawar untuk pria di depannya. Dia tersenyum malu mendapat tatapan manis dari kakak kelasnya, Park Ji Hoon.

Pria itu mengambil benda yang sudah terlilit pita dari wanita berkuncir kuda. "Terima kasih. Belajar yang giat, ya! Jangan buat orang tuamu kecewa." Katanya sambil memperlihatkan senyumannya.

Anak itu kembali melangkah. Mendengar deringan telepon, Ji Hoon segera mengangkatnya. "Ada apa, Min Ji?"

Baru sepatah kata, Ji Hoon menjauhkan ponsel sebab mendengar teriakan dari dalam telepon. "I-Iya baiklah. Kau tunggu saja di sana."

Cepat-cepat Ji Hoon mengantongi ponsel ke dalam saku celananya. Pertama yang dilakukan, yakni meminta izin pada teman di sebelahnya. "Woo Jin, aku pergi dulu." Dia berlari menuju luar sekolah.

Sedikit informasi; Ji Hoon dan Min Ji adalah teman seangkatan, namun dengan sekolah yang berbeda. Itulah alasan mengapa Min Ji hanya menunggu sang sahabat di depan pagar sekolah.

"Hwang Min Ji!" Anak itu menderukan napas lelah. Telapak tangannya bertumpu pada kedua lutut, pertanda mengusir rasa penatnya.

"Maaf kalau aku terlambat. Aku—"

"Lupa lagi?"

Ji Hoon terdiam.

"Kau membiarkan gadis-gadis di sekolah memuja ketampananmu lalu melupakanku? Melupakan bahwa hari ini kita akan pergi ke suatu tempat? Benar-benar!" Tak acuh dengan alasan dari pemuda 'Park, gadis itu justru meninju pelan bahu milik Ji Hoon bertubi-tubi.

Sakit? Tentu saja. Ia terus menghindar dengan cara berlari menjauh. Dalam hati, Ji Hoon berkata. 'Biarkan saja kalau Min Ji kelelahan karena berlari. Toh, dia yang mulai duluan, hehe.'

Sampai di halte, semua mengeluarkan napas lelah juga mengelap peluh masing-masing. Serius! Jarak sekolah dengan halte bus memang lumayan jauh.

Terlanjur kesal, Min Ji hanya berkata sarkas untuk pemuda yang terus bersamanya. "Ji Hoon! Kau menyebalkan. Mengapa harus berlari, sih?!"

Ji Hoon tertawa lepas. Dia menatap wanita di sebelah sambil melontarkan seringai ledekan. "Pasti kau cemburu, kan? Mengakulah segera. Setiap ada wanita yang memujaku, kau selalu marah seperti nenek lampir."

Wanita marga 'Hwang melebarkan kedua matanya, menunjukkan dirinya tak dapat menerima perkataan barusan. Min Ji harus protes. "Apa kau bilang?! C-Cemburu? Hey dengarlah! Aku ini bukan kekasihmu, tahu!"

Tepat. Bus datang usai Min Ji berkata. Ia buru-buru masuk ke dalam, persetan dengan pria yang dia tinggali.

Sadar melihat pergerakan sang gadis, Ji Hoon ikut masuk sambil bergumam. "Kau memang tak pernah menjadi kekasihku. Namun kujadikan kau sebagai calon istriku nanti, hehe."

Lullaby || Park Ji Hoon ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang