Reva baru saja selesai mengajar matematika murid bimbel di tempatnya bekerja. Ia pun meninggalkan kelasnya dan menuju ke ruang tentor untuk menyimpan kembali buku modulnya.
"Mas Reva diminta menghadap pak Lukman!"
Admin bimbel mengingatkan Reva.Reva menuju sebuah ruangan yang terpencil dari ruangan lain. Ruang khusus kepala cabang bimbel. Reva masuk dan melihat wajah Lukman yang nampak cerah. Nampaknya Lukman benar - benar sudah menunggunya.
"Bagaimana bimbingan skripsimu? Lancar."
Mas Lukman mengawali obrolan mereka dengan sebuah pertanyaan."Alhamdulillah mas, revisi bab 2."
Reva melaporkan perkembangan skripsinya tersebut pada mas bos nya.Mas Lukman mengangguk - angguk sambil tersenyum. Kemudian mas Lukman mengulurkan sebuah map.
"Kamu pelajari ini ya! Besok jam 7 malam kamu yang memimpin rapat dan presentasi."
Reva melirik berkas di depannya. Kebiasaan bimbelnya kalau mendekati masa - masa ujian nasional pasti akan sibuk berkeliling untuk mengadakan try out. Tujuannya sih untuk promosi. Hampir setiap tahun, sejak bergabungnya Reva di tempat itu, ia selalu direkrut untuk ikut menjadi tentor keliling. Meskipun Reva sedang ada perkuliahan, mas Lukman selalu berhasil membujuk Reva supaya mau membolos kuliah.
"Aku membutuhkan pesonamu untuk menarik abege - abege itu supaya mau mendaftar ke bimbelku."
Dan ternyata memang itulah tujuan mas Lukman, karena pada akhirnya kelas matematikanya lebih banyak terisi murid - murid perempuan daripada murid laki - laki.
Tapi yang tidak Reva mengerti, mengapa dirinya ditunjuk untuk memimpin rapat? Bukankah itu tugasnya mas Lukman."Mau ya! Harus mau lho. Pokoknya mau nggak mau kamu harus mau!"
Akhirnya ketahuan kan? Sifat pemaksaan Reva tularan dari siapa lagi kalau bukan Lukman, Bos nya Reva.
Nasib jadi kacung!
Reva mengeluh dalam hati.കകകകകകക
Seharian ini Reva kelewat sibuk, jadi ia tidak sempat mengirim pesan untuk Asha. Reva juga tahu, Asha sedang sibuk. Belum tentu gadis itu akan membalas pesannya.
Reva membuka berkas yang kemarin diberikan oleh mas Lukman. Rencana try out di SMA xx kota xx tahun 20xx.
Reva tampak berpikir. Setahu Reva bos nya belum membuka cabang bimbel di kota yang menjadi tujuan tryoutnya kali ini.
Reva kembali menekuni berkas dihadapannya. Lalu ia melihat halaman paling akhir. Sebuah fotocopyan proposal untuk membuka cabang baru.
Owalah.... pentesan!
Tapi yang masih belum Reva mengerti adalah, mengapa dirinya harus memimpin rapat malam ini?Terbiasa memimpin rapat singkat dengan poktannya, membuat Reva mampu memimpin rapatnya kali ini dengan percaya diri. Tatapannya menyapu seluruh peserta rapat, dan sekilas ia melihat mas Lukman bersama seorang pria yang umurnya lebih tua dari ayahnya mengangguk kemudian keluar ruangan dibimbing mas Lukman.
Reva mengakhiri rapat dan mengucapkan salam. Jam menunjukkan hampir pukul sembilan malam saat Reva keluar dari ruang rapat. Di luar ruangan Mas Lukman menyambutnya dengan sebuah jabat tangan serta senyuman.
"Good job!"
Reva nyengir. Ia sudah hafal bagaimana cara mas Lukman memimpin rapat. Jadi ia tidak begitu kesulitan saat presentasi tadi.
"Aku cuma copas gaya mas Lukman aja kok."
Reva membalas jabat tangan mas Lukman."Jadi beneran kita mau buka cabang baru?"
Reva mulai berani kepo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷
Historia Corta"Kamu siapanya Reva?" Pertanyaan pak Dosen pembimbingnya itu membuat Asha bingung. Seharusnya Asha tidak perlu bingung lah, karena selain mendapatkan Acc untuk skripsinya. Asha juga mendapat Acc untuk dijadikan calon menantu. Ini berkah atau musibah...