Bab 20

2.6K 256 72
                                    

"Dan tugas gue untuk membahagiakan lo selesai."

※※※※※

Akhir-akhir ini banyak hal yang berubah dari diri Afreen. Cewek dingin bermulut pedas ini bahkan beberapa kali terlihat tersenyum. Ada pancaran aura kebahagiaan di wajahnya. Ia sudah tidak menghiraukan pertengkaran kedua orang tuanya lagi dan memilih untuk menghabiskan waktu di Panti Asuhan milik bundanya Davka.

Bermain bersama anak-anak disana membuat Afreen lebih mensyukuri apa yang telah ia miliki sekarang. Meskipun jujur ia merasa frustasi dengan keadaan keluarganya, tapi setidaknya ia masih memiliki keluarga, bukan?

Dan seperti hari ini. Seusai pulang dari sekolah dan diantar oleh Raehan, Afreen lebih memilih untuk singgah di Panti Asuhan itu terlebih dahulu. Ia memang sengaja tak memberitahu Davka karena ia merasa sehari penuh ini Davka menjauhinya. Ia pikir mungkin ia melakukan kesalahan dan ia akan meminta maaf pada Davka besok. Sebelum ia memenuhi janji dengan Raehan di taman.

Mengingat Davka membuat hati Afreen terasa berdebar. Bagaimana Davka membuatnya melupakan berbagai masalahnya membuatnya merasa bahagia. Bagaimana Davka meyakinkannya untuk menghadapi segala masalahnya membuat Afreen semakin bersyukur karena telah berhasil menemukan Davka di dunia ini.

"Eh, gue kok malah mikirin Davka sih?!" ujar Afreen sembari merutuki dirinya sendiri.

"Hey, Afreen kesini lagi," sahut Dinar yang memyambut kedatangan Afreen di depan pintu. Dinar menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan hingga akhirnya ia menatap wajah Afreen. "Loh, sendirian aja? Gak sama Davka?"

Afreen menggeleng seraya tersenyum miris. "Enggak, tante. Tadi Davka pulang duluan sama Diego Kailasha. Tadi sih Diego bilang mau ke rumah sahabat lamanya gitu."

"Oh gitu. Yaudah yuk, masuk. Anak-anak lagi main di belakang. Tante lagi siapin kue coklat di dapur. Afreen mau bantu?"

"Boleh banget tante," sahut Afreen girang seraya mengekori Dinar ke dapur.

Afreen begitu bersemangat. Sudah lama sekali ia tak pernah memasak bersama mamanya di rumah. Dan tak dipungkiri lagi, memasak dengan Tante Dinar membuatnya seakan memasak dengan sang mama.

Afreen tengah siap dengan berbagai bahan-bahan kue di depannya demikian juga dengan Dinar. Kegiatan memasak kali ini terasa begitu menyenangkan. Pasalnya, Dinar selalu membicarakan hal konyol yang dilakukan oleh Davka sewaktu kecil. Dan ketidakhadiran Davka disini membuat Dinar semakin leluasa untuk menceritakan semuanya.

"Kamu tau, gak? Waktu Davka 4 tahun. Dia itu bandel banget. Jadi tuh, dia gak mau tante suruh buang air kecil sebelum tidur. Dan kamu tau besok paginya dia bangun karena apa?"

"Pasti ngompol ya, tante?"

"Iyalah. Hahaha Dan waktu itu tante bilang sama dia, 'hayo, Davka ngompol ya?' Gitu."

"Terus dia balas apa tante?"

"Dia bilang gini, 'Bukan Davka bun yang ngompol. Yang ngompol itu kasurnya.' Dia gak mau ngaku.haha"

"Haha udah tau malu juga ya tante si Davka tuh."

"Tau banget. Dia juga gak mau mandi di taman lagi tuh waktu umurnya 3 tahun. Padahal dari umur 1 tahun dia suka banget main air di taman sambil tante mandiin."

"Kenapa tuh tan, gak mau lagi?"

"Soalnya kita punya tetangga cewek seumuran dia lagi main di depan rumah. Pagar rumah tante dulu pendek banget soalnya. Jadi keliatan jelas deh si Davka mandi di sana.haha"

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang