AIRA & BULAN

75 2 0
                                    


AIRA

Senja menyusuri hidup aira saat itu, ia duduk ditepi sungai memandangi penduduk desa yang bersampan seraya menebar jala. Aira gadis remaja ini selalu menghabiskan senjanya di tepi sungai. Ia merasa tenang dan senang ketika perlahan cahaya matahari menggelapkan harinya. Aira adalah anak tunggal ia tak punya ayah. Ia dan ibunya menghabiskan waktu berdua, aira gemar menulis puisi sedari smp hingga kini ia berada di kelas 3 SMA. Aira bukan tipikal gadis yang gemar bermain dan bergaul dengan teman sebaya-nya. Ia gadis yang gemar mnyendiri, menghabiskan waktu menulis dan mengerjakan tugas sekolahnya. 

Aira punya teman perempuan yang bernama bulan. Bulan adalah lawan dari sifat aira. Bulan adalah gadis yang sangat cerewet dan tak bisa diam, ia juga dikenal dengan berandalan sekolah dan merangkap jabatan menjadi preman kampung yang tidak ditakuti warga. Aira dan bulan seakan melengkapi satu sama lain, meski dikenal dengan predika berandalan sekolah bulan adalah primadona di sekolahnya, ia sudah beberapa kali putus cinta, tapi ia adalah pengasmara sejati. Ia menganggap cinta hanyalah mainan, yang bila rusak bisa cari yang lain. Beda dengan aira yang baru satu kali jatuh cinta itupun ketika smp kelas satu, aira berpendapat cinta itu memang mainan, tapi menurutnya kalau mainan itu bisa kita jaga dengan sangat baik, maka sampai kapan pun mainan itu tidak akan pernah rusak.

Sekolah aira kedatangan murid baru seorang laki-laki pindahan dari ibukota, ia bernama arif gayanya yang blangsakan membuatnya kurang mendapat sambutan hangat dari lingkungan sekolah, sulit baginya untuk mendapat kan teman. Namun aira menganggap laki-laki ini adalah jodoh bagi bulan.

"Aku yakin ia preman impor ibukota" bisik bulan kepada aira.

"diam saja, hargai dia" aira menggubris bulan denan cuek.

"aku Cuma takut, kau jatuh cinta padanya ai" ledek bulan

"gak lucu lan, dia lebih cocok sama kamu, liat gayannya blangsakan persis sama sepertimu, sudahlah aku malas bicara denganmu" aira kesal.

Aira duduk dibangku taman sekolah yang bising, ditemani bulan yang bersandar dibawah pohon sembari berpuisi

Wahai pujangga dunia, apa kabarmu?

Sehatkah kau tanpa cinta dan kasih?

Kau masih saja bertahan dengan prinsipmu!

Sementara pemuja cinta sibuk berburu kasih!

Aira tertawa mendengar bulan yang baru belajar berpuisi, ia bertepuk tangan kepada bulan.

"kuharap itu bisa lebih baik, itu tidak cukup untuk mengalahkanku bulan haha" ledek aira


"tenanglah ai, nanti kau akan lihat siapa aku dalam dunia yang fana ini. Aku adalah maestro sesungguhnya" bulan berdiri dan merentangkan tanganya.

Bulan adalah opsi terakhir ketika dirinya buntu dan jenuh dengan dunianya. Baginya bulan adalah pelengkap hidupnya. Sementara bulan menganggap aira adalah suatu jalan kebenaran baginya dikalas ia menuju jalan kesalahan.

Petang tiba, seperti biasa aira duduk ditepi sungai ditemani suara gemericik air dan hentakan tebaran jala nelayan. Dipandanginya langit yang menguning dan ia tersenyum

Kuning cahaya senja, menyapu letih nelayan

Tawa terbit, Lelah hilang.

Ikan-ikan yang lolos dari jalan berteriak riang

Ikan-ikan yang tertangkap tertunduk lesu,

AIRA DAN BULANWhere stories live. Discover now