PG 33 # Tidak di mengerti

765 134 24
                                    

"Halloo..." gumamnya saat aku menutup mulut dan menormalkan kembali ekspresiku.

Tanpa menunggu waktu lama, aku langsung mendengus kasar. Dan menutup pintu dibelakangku, dan mendorongnya menjauh. Lalu berjalan menjauhi pintu itu. Kalau tidak menjauh, Ha-ni dan seyi akan melihatnya, jadi ku tarik dia dan membacanya kedepan pintu keluar cafe, yang jauh dari pandangan orang-orang, Lalu menatap tajamnya.

"Mau apa?" Ku lipat tanganku didada. Melihat dia mengantungi tangan.

"aku membawakan ini." Dia mengekuarkan tangannya kembali, dan memberikan sebuah Foil berwarna perak yang di bungkus, bungkusan kertas transparan.

Aku menatap curiga benda itu, dan menatap kembali pada kim Taehyung. "Apa itu? Apa kau-"

"Ck. Jangan curiga padaku! Atau apapun! Aku hanya ingin memberikanmu obat peredam pusing. Setidaknya, dengan meminum ini. Efek mabuk semalam, berkurang." Dia berceloteh tanpa memberi jeda aku untuk menyelanya.

"Tidak mau!" Tolak ku dan berniat pergi, tapi tanganya mencekal pergelanganku. Membuat ku ke posisi awal ku lagi.

"Jangan menolak!" Dia memberikan bungkusan itu ke tangan ku, dan mengedipkan matanya, "Coba kata, lebih peka siapa. Aku atau Suami tercinta mu itu? Jangan lupa, bahwa dia tukang selingkuh."

Aku tercengang dengan kata-katanya, dan belum sempat aku mencerna semua maksudnya. Dia sudah hilang dari pandangan ku.

Ada berbagai pertanyaan dalam benakku. Pertama; aku tidak bisa paham, mengapa aku bisa berakhir mabuk bersama Taehyung, tapi bangun di kamar kim Myungsoo. Kedua; apa alasan taehyung melakukan hal konyol ini. Ketiga; apa maksudnya bicara seperti itu

Aigoo... Aku pusing sekarang. Rasanya obat ini bukan sekedar meredakan pusing mabuk. Tapi juga semua kepeningan di keplaku!

***

Saat makan siang. Aku di kagetkan dengan kedatangan Kim Myungsoo saat aku dan Sey makan di ruanganku. Dia masih kusut seperti baru saja bangun. Tapi pakaian dan penampilannya super rapi. Memakai kemeja dan celana bahan, dengan lengkap kacamata hitam.

"Ada apa kau kemari?" Gumam ku di sela suapan nasi ku. Sedangkan seyi meregangkan tangan meminta gendongan Myungsoo. Dengan sigap, myungsoo mengangkatnya dan memeluknya dalam gendongan. Dan tak henti menciumi wajah Seyi. Melihat itu, rasa damai yang ku rindukan, hadir kembali. Tapi segera ku buang simpati ku, dan melanjutkan mbali.makanan di meja. Aku masih menyuapi makanan ku saat Myungsoo sudah duduk dengan Seyi di pangkuannya.

"Aku hanya mengkhawatirkan kalian," jawabnya sembari melepaskan kacamatannya.

Sungguh! Matanya sangat merah.

"Ada apa dengan matamu?" tanyaku dengan susah payah di sela telanan ku. Lalu ku jalarkan tanganku di kelopaknya.

Dulu, kalau seo joon mengalami sakit mata seperti ini, aku akan menipunya. Lalu mengelus- ah tidak!

Aku segera menarik tanganku, saat ku sadari, apa yang baru sajanku lakukan.

Tuhan, kurasa pipiku terbakar.

"Ugh, rasanya, tanganmu membuat mataku tak terlalu perih."

Aku langsung menunduk dan kembali mencoba memakan makanan ku, yang entah mengapa, kurasakan seperti sedang mengunyah kerikil.

"Sayang sudah makan?" Tanyanya pada seyi. Dan aku mendorong mangkuk berisi sup ayam jagung, kesukaan-nya seyi.

"Itu, dia sedang menyantap itu..." Gumamku yang sama sekali tak terdengar. Tapi aku tahu, dia mengerti. Dia mengambil mangkuk sup itu, dan menyuapi seyi, tapi Seyi menolak, dengan alasan, dia sudah besar.

Magic CupcakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang