Hari sudah mulai petang. Hembusan angin menyusuri setiap tempat membuat badan semakin menggigil. Tak peduli seberapa dinginnya malam ini, Winwin tetap melakukan pekerjaannya. Sebuah kafe kecil milik pamannya, dia berusaha giat agar bisa masuk kuliah tahun ini.
"Swit..swit.", meja demi meja terlihat bersih.
"Fiuh..", Winwin mengelap dahinya yang berkeringat.Winwin merekahkan senyum bangga melihat meja-meja itu bersih. Semuanya hari ini sudah rapi dan bersih. Ting!, bunyi oven pertanda kuenya sudah siap. Dengan segera ia dinginkan di meja dan dipajang di etalase kue. Walaupun lelah, ini semua ia lakukan demi cita-citanya.
"Kring..", lonceng pintu berdering.
"Oh, ada pelanggan.", Winwin bergegas ke kasir sambil merapihkan baju.
"Selamat datang.", seperti biasa dia keluarkan senyum terbaiknya.
"Mau pesan apa kak?", Winwin menatap heran.Heran? Iya tentu saja. Laki-laki di depannya sedikit tampak kebingungan. Seperti baru saja pindah rumah. Kaos putih dibalut jaket jeans berwarna navy dan celana jeans terlihat kasual dan trendy dipakai laki-laki itu. Winwin masih menatapnya heran. Semenjak tadi laki-laki itu hanya melihat sekeliling ruang kafe itu.
"Ada yang bisa saya bantu, kak?", dia bertanya pada laki-laki itu.
"Ehm.. Menarik juga.", kata laki-laki itu sambil melihat sekeliling.Laki-laki itu masih saja melihat-lihat tanpa memperdulikan Winwin disana. Tak sabar dan merasa diacuhkan pelanggan itu, Winwin mulai kesal tetapi dia tahu bahwa memarahi pelanggan itu tidak baik bagi kafe ini maupun dirinya.
"Permisi..", Winwin mencoba menahan amarahnya.
"Ada yang bisa saya bantu?", Ia mengulangi pertanyaannya.
Laki-laki itu menoleh dan hanya tersenyum sambil terkekeh."Oh, maaf.", laki-laki itu terkekeh lagi.
"Saya pesan coklat panas satu dan soft cake itu satu.", laki-laki itu menunjuk pada kue di etalase yang baru saja Winwin buat.Senyum manis itu tertera di bibir laki-laki itu. Baru kali ini Winwin melihat senyum yang indah dari pelanggan seperti laki-laki itu. Laki-laki itu langsung duduk di meja nomor empat dan mengambil laptop dari dalam tas yang ia bawa.
Winwin masih merasa kesal akibat pelanggan itu. Ia menghela nafas di dapur yang bahkan terasa lebih panas. Coklat panas sudah siap dibuat. Ditambah topping cream dan waffle di samping cangkir itu. Dia bawa coklat panas dan soft cake ke meja nomor empat dimana laki-laki itu duduk.
"Silahkan kak.", Winwin tersenyum manis walau hatinya kesal.
"Terima kasih.", laki-laki itu tersenyum.Lagi-lagi pelanggan itu memberi senyuman manis itu dan menatap Winwin. Dia segera mengalihkan pandangannya karena handphone pelanggan itu berbunyi.
"Ada apa, Yukhei-ssi?", jawab laki-laki itu.
"Hei, Kun. Kau ada dimana?", sahut suara dari telepon pelanggan itu.
"Aku sedang di sebuah kafe kecil dekat kampus.", menjawab dengan santainya sambil menyeruput coklat panasnya.
"Gawat, Kun. Kita akan dapat masalah. Kau tunggu aku, aku akan kesana." , suara dari teleponnya berhenti.. . .
"Sial, mereka masih mengejarku." , Yukei berlari kencang menuju kafe kecil dekat kampus nya.
"Hei, berhenti disana.", polisi mengejar Yukei yang didepannya.
"Ah.", dia punya ide untuk menyingkat waktu larinya.
Yukei memilih jalan memutar melewati gang sempit perumahan dekat kampus. Bukannya mempersingkat waktu malah menambah masalah. Jalan yang Yukei lalui buntu tertutup tembok. Dia harus berpikir cepat."Kau sudah tertangkap anak muda.", dua polisi gembul merasa bahagia bertemu Yukei.
"Wah, paman polisi ini. Kalau kalian ngefans tak perlu begini. Aku akan beri tanda tanganku. Tenang saja,paman." , kata dia sambil memikirkan cara melarikan diri dari dua polisi gembul itu.
"Oh, kau seorang idol. Baiklah. Kau akan jadi idol di persidangan nanti.", polisi itu tertawa.
Ini menjadi kesempatan Yukei lari dari dua polisi itu. Dia memanjat tembok itu dengan cepat. Yukei berhasil melarikan diri. Bahagia menghiasi wajahnya.. . .
"Yukei belum sampai juga?", Kun mulai cemas.
Winwin menatap Kun kasian. Winwin mendekati laki-laki itu."Ada yang bisa saya bantu, kak?", Winwin bertanya perlahan.
"Apa kau bisa kemari sebentar.", Kun menarik tangan Winwin membuat mata mereka bertemu.Hati Winwin berdegup kencang tak terkendali. Tangan Winwin masih digenggam oleh Kun. Selang beberapa menit, bunyi keras dari luar kafe. Seseorang menabrak pintu kafe itu.
"Gubrak...", membuat Kun dan Winwin terkejut.
"Ah, kepalaku.", keluh Yukei.Genggaman itu perlahan lepas. Kun dan Winwin serempak melihat ke arah pintu. Terlihat seorang lelaki muda dengan rambut coklat berkulit sawo matang sedang memegang kepalanya yang terbentur pintu kafe.
"Yukei..", Kun memanggil dengan lantang menghampiri Yukei.
"Ah, pintuku.", Winwin mengeluh takut pintu kafe itu rusak.
"Hahaha...", sambung Kun tertawa terbahak-bahak menertawai Yukei.
"Apakah tuan baik-baik saja?", Winwin sambil mengulurkan tangan pada laki-laki berambut coklat itu.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih.", Yukei menundukkan kepalanya tanda terima kasih.Winwin yang sedari tadi di samping Kun mulai tersenyum. Entah apa yang sedang ia rasakan saat itu. Sebelum khayalannya semakin menjadi, Kun memanggil Winwin.
"Hei, coba cek pintu itu rusak atau tidak?", Kun menunjuk ke arah Winwin.
Winwin mengecek pintu kafe dan semuanya baik-baik saja, tidak ada yang rusak. Perasaan Winwin sedikit lega.
"Untung tidak rusak atau pecah. Aku kasian pada pintu itu harus bertemu jidatmu, Yukei.", Kun mengejek jidat lebar Yukei.
"Enak saja, begini juga banyak yang suka denganku.", Yukei mulai membanggakan dirinya sendiri.
"Oh, hai cantik. Siapa namamu?", sapa Yukei pada Winwin.
"Winwin.", Winwin tersenyum.
"Oh. Kenalkan aku Lucas dan ini temanku Kun.", Yukei memperkenalkan diri.
"Hei, namamu itu Yukei kan?", Kun menyadarkan Yukei.
Yukei merasa tidak terima, "Sudah kubilang jangan panggil Yukei, panggil aku Lucas biar keren sedikit."
"Ya deh, iya. Kau ingin bertemu denganku ada perlu apa?", Kun menyikap pundak Yukei.
"Gawat Kun, kita akan kena masalah. Kita harus bagaimana?", Yukei mulai cemas.Bagaimana menurut kalian tentang FF ini?
Ini karya pertamaku. Mohon bimbingannya dan reviewnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Encouragement
FanfictionKisah antara Kun dan Winwin. Berawal dari pertemuan disebuah kafe milik paman Winwin. Seorang namja bernama Kun mulai terpikat pada Winwin saat pertama datang ke kafe tersebut. Winwin bekerja di kafe pamannya agar bisa masuk kuliah. Tapi Kun bersama...