Mentari pagi begitu hangat menyentuh kulit dengan titipan vitamin D di balik sentuhannya. Teeima kasihku pada Tuhan atas kesempatan yang terus diberikan-Nya untuk merasakan indahnya pagi di hari jumat, hari rehat para pencarj ilmu di bumi santri ini.
Rasa bangga juga hadir waktu sepercik ketika menatap santri dan santriwati baruyang hampir enam bulan resmi menjadi adik kelas yang diwajibkan hormat kapada kami kakak kelasnya. Aku masih sekelas dengan Icut dan Aisyah. Sedangkan Manda, puji syukur Alhamdulillah, salah pada anggapan yang merasa takkan naik kelas, ia tetap menjadi teman seleting kami dengan urutan kelas yang tetap.
"Shil ... dari mana saja kamu? Manda, Icut, dan Aisyah dari tadi sibuk mencari kamu!" sapa Habibah teman sekamarku.
"Memangnya ada apa?" tanyaku penasaran.
"Di lapangan ada Persia Cup! Pesantren kita hadapan dengan pesantren lain dan kabarnya Abu Bakar juga ikut jadi utusan dari pesantren kita," katanya dengan senyuman aneh yang membuatku geram.
Abu Bakar adalah santri putra seleting kami, ia sering menitipkan salamnya kepadaku. Pada saat perpulangan konsulat Abu kecil ini memberikan surat cintanya yang terlebih dahulu telah dibaca para sepepuh pengurus konsulat beserta anggotanya. Konsulat Medan Kota kebetulan menjadi tempat naunganku dengan santri kacil itu. Lalu, seperti dunia entertaiment. Gosip itu begitu cepat mwngalir ke saentro ma'had(pesantren). Bahkan, Aisyah, Mansa, terlebih lagi Icut, sangat gemar meledekku dengan sebutan 'Nyonya Abu'
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA CINTA PESANTREN
RomanceMarShila Silalahi yang terlahir sebagai anak yang cerdas, bahkan mendekati kata genius. Namun, ia memiliki sedikit kenakalan yang menurutnya hanya berbeda sangat tipis dengan kreativitas. meski hidup di pesantren tidak mudah, kegigihan dan kecerdasa...