Setelah hampir setengah jam Kyoko pingsan, akhirnya dia tersadar juga. Matsumoto menyesap teh yang baru saja diseduh. Melihat pasiennya membuka mata, lelaki itu memutar tubuhnya yang sedari tadi menghadap jendela.
Kyoko membangunkan badannya lantas bersandar di sofa. Dia menyapu sekeliling. Dia menangkap Matsumoto tengah berdiri dekat jendela. Wajahnya terhalang sinar matahari. "Sensei?" ucap Kyoko dengan nada ragu.
Matsumoto maju selangkah. "Bagaimana keadaannya?"
Kyoko memegang kepalanya. Masih terasa pusing. Kyoko mendesis. "Masih pusing."
Matsumoto mengambilkan segelas air putih untuk Kyoko.
Usai meneguk air putih, Kyoko mengerutkan keningnya. Ada keanehan yang dia rasakan. "Sensei, ada apa dengan saya?" tanyanya bingung.
Matsumoto kembali duduk di kursinya. " Anda tidak ingat sama sekali?"
Kyoko menggeleng.
Matsumoto meraih rekaman yang direkam sewaktu kejadian di bangsal Ikeda Aoi. Dia menyerahkannya kepada Kyoko.
Kyoko masih tidak mengerti maksud psikiater muda itu menyerahkan alat perekam kepadanya. "Maksudnya?"
Matsumoto kembali duduk. "Silakan didengar!" pintanya.
Kyoko sedikit ragu tapi diapun penasaran dengan isi rekaman itu. Dengan keyakinan bulat, gadis itu menekan tombol play. Di dalamnya, Kyoko mendengar suaranya sendiri. Tentunya dia pun tidak sadar bahkan tidak ingat dengan apa yang diucapkan. "Arina?" lirihnya ketika mendengar nama itu diucapkan oleh seseorang. Kyoko menatap Matsumoto dengan tatapan penuh tanya, "tidak mungkin," ucapnya lagi. "Akiane? Perempuan kemarin?" Kyoko sempat dikejutkan dengan ucapan Arina yang berani kepada Matsumoto. Sedangkan, Kyoko sendiri sangat bertolak belakang sekali dengan cara bicara Arina. "Yamato-sensei? Siapa dia?" Kyoko mengucapkan nama baru yang jelas baru dia dengar, "ah, ternyata benar gaun itu," ucapnya lagi. Kyoko menggeleng tidak percaya. "Aoi? Siapa lagi?" ucapnya semakin bingung. Ketika mendengar cara tertawa Arina, Kyoko menunduk. Dia tidak pernah tertawa sekencang itu. Lalu suara hentakan sepatu saling bersahutan, melatari rekaman tersebut. Sepertinya, saat mereka menuju bangsal Ikeda Aoi. Mungkin Matsumoto lupa mematikannya, "Ini tidak mungkin, Sensei," ucap Kyoko menyodorkan alat perekam. Dia dilanda dilema antara memercayainya atau tidak.
"Dengarkan sampai selesai! Nanti Anda akan mengerti siapa Arina," sanggah Matsumoto.
Kyoko menarik kembali perekam itu. Dia kembali mendengar dengan seksama. Begitu terkejutnya ketika mendengar Arina mengatakan bodoh. "Apa saya sering mengatakan itu tanpa disadari?" Tak lama rekaman pun berakhir. Kyoko masih tertegun dan tidak percaya dengan apa yang didengar tadi.
Matsumoto menyadari Kyoko akan menangis sebab matanya sudah berkaca-kaca. "Kyoko-san, bawa kamera yang saya kasih kemarin?" tanyanya.
Kyoko seakan diajak melupakan sejenak dengan rekaman tadi. "Hai," jawabnya segera sambil merogoh tasnya lantas memberikan kamera kepada Matsumoto, "sepertinya baterainya habis. Maaf."
Matsumoto membalik-balikan kamera tersebut. "Berarti belum lihat hasil rekamannya?"
Kyoko menggeleng. "Dan, Yamami-san juga belum lihat."
Matsumoto menyabut memorinya dan menyalakan laptop. "Yamami-san tahu?"
Kyoko mengangguk. "Dia yang menyuruh saya ke sini segera. Tapi ternyata ...." Ucapan Kyoko terhenti. Dia tidak tahu harus berkata apa atas kejadian hari ini.
Matsumoto kembali menangkap ekspresi menyedihkan Kyoko. Rasanya dia tidak tega. "Kyoko-san, Anda yakin ingin mengungkapkan semuanya?"
Kyoko diam sejenak, antara berpikir dan takut. "Hai."
Matsumoto meletakkan laptop di atas meja kecil samping sofa. Kemudian dia menarik kursi dan duduk di depan Kyoko. Mereka melihat bersama-sama. "Kita mulai, ya," ucapnya seraya memainkan videonya.
Sekian menit, video tersebut tidak memberikan gambar yang aneh. Hanya Kyoko yang tertidur di atas futon. Namun setelah lima belas menit kemudian, Matsumoto mempercepat video itu. Tepat di menit lima puluh sembilan, terlihat Kyoko bangun dari tidurnya. "Dia! Dia!" ucap Kyoko panik. Kyoko melihat dirinya duduk terdiam di atas futonnya. Selang sepuluh menit berdiri. Hanya mondar-mandir sekitar futon seperti orang resah. "Doushite?" Kyoko mengangkat sebelah alis melihat video itu. 'Bagaimana caranya saya pergi ke Hiroshima?' ucap Arina dalam video. "Heh, Hiroshima?" Kyoko mulai bingung. Dia memiringkan kepalanya seperti memikirkan sesuatu. Mendengar nama kota itu, rasanya Kyoko tidak asing. Arina mendekat dinding kamar. Di sana dia bersandar, dengan tangan mengepal. Kemudian Arina memegang kepalanya lalu merintih kesal. Seperti ada amarah dalam dirinya. Kyoko meremas kedua tangannya melihat rekaman itu. Ada ketakutan yang hinggap dalam pikirannya.
Matsumoto mengerutkan kening. Dia tidak sepenuhnya menonton isi rekaman. Matsumoto menyisipkan solusi apa yang tepat untuk pasiennya. Dia berpikir ada permasalahan pada diri Arina.
Tak lama video pun usai. Mungkin saat itu baterainya habis. Sebelum video mati, Arina masih mondar-mandir seraya terus meracau. Kalimat apa yang diucapkan terdengar samar dalam video. Mungkin karena letaknya sedikit lebih jauh dari Arina berdiri.
"doushite?" Kyoko menenggelamkan wajahnya.
"Heh?" Matsumoto menyadari Kyoko sudah menunduk.
"Doushite, Sensei? Kenapa harus saya yang mengalami ini?" Kyoko kembali mulai frustasi. Dia menangis setelah beberapa hari mulai kuat.
Matsumoto menghela napas panjang. Dia menutup laptop lantas kembali duduk di kursinya. "Kyoko-san ...." Ucapan Matsumoto disela Kyoko yang mulai bangkit.
Matanya begitu nanar. Wajahnya pun sudah mulai sembab. "Selama ini banyak yang saya lakukan dan saya tidak tahu apa yang terjadi." Kyoko berdiri gemetar di salah satu sudut ruangan. Kedua tangannya mencengkram roknya.
"Kyoko-san, kalau boleh saya bertanya ...." Matsumoto ikut berdiri dan mendekati pasiennya, "bagaimana pertama Anda menjadi geisha?" lanjutnya.
Kyoko mengangkat wajahnya. Kedua bola matanya bergerak tak beraturan. Nampaknya dia tengah berpikir. Mungkin tidak benar-benar berpikir. Lebih tepat bingung.
"Kyoko-san!" Matsumoto kembali menyebut namanya ketika beberapa saat gadis itu tidak menjawab.
Kyoko menggeleng pelan dengan mata masih bergerak berantakan. "Saya tidak tahu," jawabnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Me
Mystery / ThrillerTAMAT Rank #1 of hashtag geisha: 1-18 Mar 2019 Rank #1 of hashtag dua kepribadian: 19-26 Mar 19 9-12 Apr 19 9-13 Jun 31 Jul-5 Aug 2020 Yang sedang bebicara dengan kamu bukanlah orang yang kamu kenal Bukan pula dengan karakter yang kamu ketahui Dia s...