Full Chapter

63 2 0
                                    

Lisa, nama yang cukup familiar ketika melewati lubang telinga. Mona Lisa, Lisa Nilsson, Lisa Nowak, hingga Lalisa Manoban, semua menjadi tokoh utama dalam cerita masing-masing. Tapi Gadis Berumur 6 tahun ini yang akan menjadi tokoh utama dalam cerita ini.
Namanya Lisa Cahya Harumi. Anak yang lahir pada 11 Mei 2003 ini baru saja pindah ke sekolah yang termasuk bagus di wilayahnya. Bisa dibilang, anak ini sangat pintar, teladan, dan lumayan menawan. Namun di hari pertamanya, dia masih belum punya teman. Ia terlalu malu untuk berkata "Hallo, namaku Lisa" Pada temannya. Ia hanya berdiam diri di sudut ruangan, tanpa mengatakan sepatah kata pada teman sekelasnya.
Hari silih berganti, Lisa masih saja menjadi gadis pendiam. Ia hanya bisa memperhatikan sekelilingnya, dan ditemukannya sesuatu yang sangat menarik. Ya, seseorang yang sibuk menggoreskan pensilnya pada buku gambar. Ia lalu lewat dan menilik pada anak itu. Betapa terkagumnya Lisa pada anak yang berada didepannya. Gambar yang begitu indah, membuat maniknya tak terlepas dari kertas yang berada di atas meja sekolah.
“Wah, kamu suka gambar Manga ya?” ujar Lisa yang sedari tadi masih memperhatikan gambar tokoh kartun jepang.
“Haha, iya. Kalau kamu?” balas gadis dengan rambut yang agak kemerahan. Sepertinya dia suka main dibawah terik matahari.
“Lisa juga suka menggambar Manga,” Lisa beranjak dari meja itu menuju mejanya dan mengambil sebuah buku gambar berwarna pastel dari tasnya.
“Lihat ini, Lisa baru saja menggambar Sailor Moon,” kata Lisa sambil menunjukan dengan bangga karyanya.
“Wah, Lucu ya,” gadis itu mengambil buku gambar itu dan mengusapnya perlahan.
“Oh iya, kita belum berkenalan. Nama ku Lisa Cahya Harumi. Nama kamu siapa?” Tanya Lisa yang masih belum mengetahui teman lawan bicaranya itu.
“Nama ku Jisoo Dewi Alona. Senang bertemu dengan mu Lisa,” balas Jisoo dengan memajang senyumnya yang begitu lebar pada mukanya. Mereka asik berbincang hingga bel istirahat berbunyi dan mereka menjadi teman atau bahkan bersahabat.
***
Sudah 2 tahun Lisa belajar di sekolah barunya, sudah 2 tahun persahabatannya dengan Jisoo berlangsung. Persahabatan mereka membentuk karya-karya yang sangat menawan. Tidak lupa mereka juga mengunggah karya dan kolaborasi mereka ke media sosial. Mereka terlalu sibuk dengan dunianya hingga tidak sadar ada orang yang siap dengan pancing dan kailnya untuk menarik Lisa dari jangkauan Jisoo. Namun Lisa tidak bisa ditarik begitu saja dengan umpan biasa. Lisa memilik rasa simpati yang besar pada Jisoo, tipikal orang mudah iba. Mereka dapat bertahan bersama karena kesamaan nasib mereka, yakni dirundung. Namun Jisoo dan Lisa bukanlah orang yang sama.
Jisoo tidak bisa berkutik saat dia dirundung. Diejek, diganggu, dijahili, itulah yang dirasakan Jisoo setiap hari. Rasa melawan ada dihatinya, namun dia tidak bisa apa-apa. Dirinya tidak punya kemampuan lebih selain menggambar. Dirinya bahkan terlalu takut untuk meletakan tangannya pada orang yang merundung, semacam Haphephobia. Belum lagi Ibunya yang dijadikan bahan ejekan karena cara berpakaiannya yang sangat nyentrik.
Sedangkan Lisa sebaliknya. Apabila dia sedang di jahili, dia justru melawannya. Tidak mengherankan karena Lisa merupakan anggota dari perkumpulan bela diri sehingga dirinya jago dalam perkelahian. Dan yang memukau darinya, ia bisa membuat musuh menjadi kawan, dan dirinya juga dapat membuat siapapun yang dalam cengkraman perangkap milik Lisa tidak bisa membangkang. Dirinya sangat berani, menjadi orang yang terbuka dan suka berbagi ilmu. Dan tentu tidak lupa, dirinya selalu berbagi dengan Jisoo.
Jisoo tidak terlalu mempedulikan perubahan sifat Lisa, selama Lisa masih bisa berada di sampingnya. Mengapa? Lisa lah yang bisa mengusir rasa kosong dan kesepian dalam rongga dadanya. Bisa dibilang Jisoo iri dengan semua kepercayaan diri yang dimiliki Lisa. Ia berusaha mengikuti gadis yang selama ini mengisi hari-harinya, dan bersinar terang disampingnya. Ia pendam semua rasa ketidak sukaan dan bencinya terhadap sisi buruk Lisa, dimana suka melupakan sohibnya
Hari demi hari, silih berganti. Kini Jisoo punya teman baru, namanya Roseanne Garcia. Lisa juga akrab pada gadis yang lahir di New Zealand. Tentu Roseanne mau berteman karena kemahirannya dalam menggambar. Bahkan dia pernah terseleksi untuk lomba membuat cerita bergambar.
Pertemanan mereka semakin terlihat kokoh ketika Jisoo berencana untuk member kejutan ulangtahun pada Roseanne. Saat Lisa sedang berbincang dengan Roseanne, Jisoo sudah menyiapkan sebotol air, begitu juga Lisa yang sudah memegang botol minumnya.
“Selamat Ulang Tahun Roseanne,” ujar Jisoo dan Lisa sembari menyiram Roseanne dengan air
“Kyaa… Yah, cirengku jadi cireng rebus,” canda Roseanne lalu mereka tertawa bersama dan bersiap-siap untuk pulang.
Roseanne kini menjadi tau kebaikan dan keburukan Lisa dan Jisoo. Selain itu, dirinya juga menjadi jembatan dikala keduanya saling berbeda paham. Roseanne yang begitu netral sangat bisa untuk dijadikan pemimpin dalam sebuah musyawarah. Sayangnya, Roseanne ini mudah sekali terpengaruh, sehingga dirinya lebih dekat pada Lisa, walaupun sebenarnya Roseanne lebih akarb pada Jisoo. Mungkin kalian bertanya-tanya, siapa yang berulah dibalik ini. Jawabannya mudah, teman mereka yang bernama Dami tidak terlalu suka dengan Jisoo.
Dami ini orang yang termasuk serakah. Dirinya selalu menempati ranking satu ataupun dua, namun selalu meminta akan atensi dan sorotan. Sedangkan Lisa yang berada di ranking tiga tidak terlalu mempedulikannya. Namun sifatnya yang selalu haus akan sorotan membuatnya menjadi rajin. Ia tidak suka dengan Jisoo karena karyanya selalu menjadi perhatian guru sampai-sampai pernah dipajang dan Jisoo menjadi ternama di kalangan Adik kelas.
Dami sudah berhasil membuat hampir separuh dari warga sekolah membenci Jisoo dengan menyebar gosip gelap. Rencananya untuk menjatuhkan Jisoo sudah berjalan dengan baik, namun peran Lisa tidak bisa dilenyapkan begitu saja agar rencana dapat berjalan. Bukan Dami namanya apa bila dia tidak punya ide licik lainnya. Pasti ada celah diantara Lisa untuk merubuhkannya.
“Sepertinya aku tahu,” seringai tipis timbul pada wajah Dami yang sedari tadi memegang pensil sambil memperhatikan seseorang.
***
“Jisoo!!” Panggil Daniel yang baru saja selesai melaksanakan ibadahnya.
“Ada apa niel?” Balas Jisoo pada panggilan yang disahutkan Daniel tadi.
“Apa kamu yang meneror ku semalam?” Tanya Daniel sembari memastikan kejadian semalam.
***
“Oh Daniel yang tampan, apakah kau mengenal ku? Apakah kau tahu bahwa diriku mencintaimu? Aku bahkan pernah bermimpi berpacaran dengan mu dan mengakhiri hari dengan memeluk satu dan lainnya. Apakah kau mau mewujudkan mimpi mu? Dari JDA,”
“Apakah dia murid dari kelas ku?” Ucap Daniel sembari memeriksa absensi. Sungguh beruntung dirinya menjadi sekretaris.
“Apa dia Jisoo? Siapa dia sampai berani seperti ini,”Monolog Daniel sambil merasa jijik.
***
“Ti..tidak, aku tidak meneror mu” Jisoo merasa dipermalukan. Memang benar dirinya menyukai Daniel. Tapi hanya Lisa lah yang tahu menahu soal itu dan dirinya tidak pernah bermimpi mengenai ‘berpacaran dengan Daniel’.
“Tidak perlu berbohong Jisoo, namamu jelas tertulis disitu,” Daniel masih berusaha untuk meyakinkan Jisoo.
“ Sudahku bilang itu bukan diriku!!” Jisoo berteriak lalu berlari. Emosinya sudah menyulut, diamabang batas. Tidak biasanya Jisoo marah seperti ini. Dengan langkahnya yang gontai, dia pergi mencari Lisa.
“Lisa, apa kamu yang membeberkan rahasia ku hah?” bentak Jisoo sambil menarik kerah baju Lisa.
“Rahasia? Rahasia apa?” Lisa bingung atas tingkah Jisoo yang bringas. Pertama kali ia lihat sisi Jisoo yang ini.
“Kau ingin menjatuhkan diri ku kan? Sampai-sampai kau meneror Daniel dan berkata aku yang mengirimnya,” Jisoo kini mendorong Lisa ke tembok.
“Tapi bukan aku yang melakukannya Jisoo, sungguh,” Lisa menarik rambutnya yang kini berusaha dijambak Jisoo.
“Kalian jangan bertengkar,” Roseanne yang kebetulan lewat segera berusaha melerai keduanya.
“Mana bisa ku percaya orang yang sudah bermain dibelakang ku!?” Air mata Jisoo mulai mengalir dari ujung matanya. Sedih, marah, kecewa, itulah yang dirasakannya. Ia masih terus menjambak rambut Lisa. Lisa yang sudah kesal kini juga menjambak surai Jisoo.
“Tapi bukan aku, Jisoo-ya!!” Lisa menjerit ketika perutnya ditinju oleh Jisoo
“Kalian, berhentilah,” Roseanne kini berusaha untuk memisahkan keduanya agar tidak saling menghujam.
“SUDAH HENTIKAN, KALIAN BERTIGA!!!” Bu Jennie yang baru saja ingin masuk kekelas menitah keduanya untuk berdiri di depan kelas dan berhenti bertengkar.
“Jadi Kalian bertengkar karena apa?” Diam, tidak ada respon dari ketiganya
“Eumm, ini Lisa dan Jisoo bu yang bertengkar,” Roseanne menjawab sembari mengangkat tangan
“Kalian bertengkar mengenai apa?” Bu Jennie kini berdiri lalu berdiri dibelakang keduanya
“Begini bu, tadi Jisoo menuduh pada saya bahwa saya yang membocorkan rahasianya, padahal saya tidak melakukan apa-apa,” Lisa membela diri sambil menatap  buku jari yang ia tautkan.
“Ya tapi hanya Lisa yang saya beri tahu bu,” Jisoo menimpalinya.
“Roseanne, kamu ikut ibu sebentar nanti !” Bu Jennie menatap rose, lalu menatap seluruh isi kelas,“Yasudah, kalau gitu, ayo kita semua bersiap-siap pulang”
***
Ujian Nasional sudah berlalu. Jisoo dan Lisa menjadi jarang berbicara satu sama lain. Roseannelah yang menjadi jembatan antara keduanya. Walaupun tidak menghubungkan satu dengan lainnya, namun ia masih sering berbicara dengan keduanya. Mereka bertiga tidak satu sekolah. Lisa kini satu sekolah dengan kedua temannya, Nahee dan Loona. Sedangkan Jisoo dengan Luiza. Mereka lalu menjalankan kehidupan masing masing.
Lisa yang baru saja membuat ulang akun media sosialnya. Ia masih mencari-cari teman baru. Roseanne tentu sudah terhubung dengan akun Instagram Lisa. Saat mencari-cari, terlintaslah akun bernama Jisoo Dewi Alona. Ia buka akun itu, lalu ia kirimkan sebuah pesan pada orang tersebut
"Hallo" sapa Lisa
"iya?" Balas Jisoo singkat. Lisa yakin Jisoo masih geram dengannya. Namun apa salah Lisa? Dia tidak melakukan hal yang salah
"Tidak, hanya menegur" balas Lisa lalu mengeluarkan aplikasi Instagramnya, dan membuka aplikasi membaca buku online, Wattpad. Saat dia memilih buku berjudul 'My (im)Perfect Idol', muncul sebuah notifikasi dari Jisoo. Sebuah pesan yang panjang terlihat dan ia buka pesan tersebut. Dirinya seakan merasa runtuh membaca pesannya. Sebuah permintaan maaf, namun sangat mendalam sekali.
"Lisa, Maafkan aku. Aku memang sangat bodoh. Aku tidak memikirkan hal itu secara lurus. Sungguh, tidak terlintas hal tersebut di benakku. Keyakinanku padamu sudah termakan emosi saat itu. Aku mohon maaf karena telah menjambakmu, aku mohon maaf karena telah memukul mu, aku mohon maaf karena telah menganggap mu Munafik, aku sangat-sangat meminta maaf atas prilaku ku. Aku tahu semuanya, aku tahu bukan kau yang melakukannya. Aku tahu kamu tidak bersalah, ataupun mengirim terror tersebut. Sekali lagi, aku mohon maaf atas prilaku ku ini," Lisa kini menangis. Ia menjadi merasa salah. Hatinya kacau, bingung. Ia baru menyadari bahwa dirinya lah yang salah. Dirinya mengikuti hal-hal yang buruk. Dirinya telah merundung sahabatnya sendiri. Ia yakin dirinyalah yang salah saat ini.
"Tidak Jisoo, Aku yang meminta maaf. Setelah kejadian itu, Aku yang malah merundung mu. Aku yang menghinamu, aku yang menjauhi mu, aku yang telah membuatmu sedih. Aku sebenarnya tidak mau menjauhimu, tapi aku malah termakan omongan teman-teman. Sekali lagi, aku minta maaf," Lisa mengirim pesan itu, dan terduduk lemas.
"Kapan-kapan, ayo kita bertemu. Ajak Roseanne juga. Aku rindu kalian," Jisoo membalas pesan Lisa. Lisa tentu sangat senang. Lalu dirinya bergumam,"Aku juga rindu kalian, Jisoo, Roseanne"

TAMAT

Awal, Akhir, dan Permulaan kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang