1=>Terbuang

7 2 0
                                    

"Aku tau kehadiran ku disini hanyalah sebagai benalu untuk kalian"
__Lisa__

Tes.

Cairan berwarna kristal itu kini mengalir untuk kesekian kalinya, membasahi salah satu makam yang bersebelahan.

Gadis itu menyeka air matanya dengan kasar dan menahan agar dirinya tidak kembali menangis. Tetapi cairan kristal itu tetap saja mendesak keluar dari kedua bola matanya.

"Pah, Mah Aku kangen kalian." lirih gadis itu sambil sesekali sesegukan karena menahan tangisnya. "Aku udah gak kuat lagi jalanin hidup ini." lanjut gadis itu sambil memejamkan matanya membiarkam cairan kristal itu keluar tanpa perlu mendesak lagi.

Gadis itu pun tersungkur diantara kedua makam tersebut sambil mengingat kejadian beberapa jam lalu.

Flashback on.

Lisa berjalan ke arah meja makan namun langkahnya terhenti karena tidak sengaja mendengar percakapan kedua orang yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya sejak 10 tahun yang lalu.

"Mas, lebih baik kita jual saja anak itu." usul seorang wanita yang tidak lain Ibu angkat Lisa.
"Lagi pula usaha kamu kan mau bangkrut, lebih baik anak itu kita serahkan saja sebagai ganti hutang-hutang kamu."

Lelaki dihadapanya kini sedang menatap lurus kedepan sambil meletakkan kedua tangannya ke belakang kepala sebagai penyanggah,pikiran tercampur aduk. "Tapi jika nanti kita serahkan Lisa kepada rentenir itu, apakah Lisa mau?" 

"Bilang aja itu sebagai ganti uang selama dia tinggal di rumah kita," ucap wanita itu dengan entengnya. "sekarang kamu pilih mas, kamu lebih baik kehilangan Anak darah daging kamu sendiri atau anak pungut itu? " Ujar wanita itu memberikan pilihan.

Lisa langsung buru-buru menutup mulutnya agar tangisnya tidak pecah saat ini juga, Lisa pun langsung berlari ke arah kamarnya dan mengemasi barang-barangnya.

Flashback off.

Kini Lisa tidak tau lagi harus kemana, yang ia tau hanyalah menangis dan meratapi hidupnya.

'kenapa? kenapa harus aku yg merasakan ini semua?' tanya Lisa pada batinnya sendiri.

Lisa melirik ke arah jam tangannya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 22.36 . ia tidak tau harus menginap di mana malam ini, karena saat ini Lisa sama sekali tidak memiliki saudara maupun kerabat dekat lagi.

Lisa pun teringat dengan sahabatnya yang sudah 2 tahun lebih ini menemaninya di kala susah maupun senang. Tapi Lisa takut jika meminta bantuan lagi kepada sahabatnya Nanti malah akan merepotkan, Karena selama ini sahabatnya itu selalu menolongnya.

Karena Lisa tidak mau sahabatnya kebebanan akhirnya Lisa memilih diam di makam kedua orang tuanya.

Baru saja Lisa memejamkan matanya tiba-tiba ponsel yang berada di kantong celana jeansnya berbunyi, Dengan setengah sadar Lisa mengambil ponsel yang ada di kantong celananya tersebut.

"Manda." gumam Lisa.

Lisa pun langsung menerima panggilan dari sahabatnya itu.

"Kenapa Man?"

"Lo dimana aja Lis? nyokap bokap lo nyariin lo," ujar Manda di seberang sana dengan suara khawatir.

Apakah kupingnya barusan tidak salah dengar? Kedua orang tua angkatnya mencemaskannya?  yang benar saja. Lisa pun hanya tersenyum getir mendengar ucapan dari Manda.

"Lis, lo masih denger gw kan? "

"Iya gw masih denger kok,"

"Lis sekarang lo di mana? kasih tau gw. kasian nyokap bokap lo."

"gw baik-baik aja kok,lo gak usah khawatir."

"ishh, gimana gw gk khawatir ini udah tengah malem Lisa dan gw gak tau lo ada di mana. Lis lo kalo ada masalah cerita sama gw, jangan lo pendem sendiri gw udah ngangep lo kaya adek gw sendiri."

Tes.
Lagi-lagi cairan kristal itu mengalir dengan sendiri dari mata Lisa. Sepeduli itu kah Sahabatnya? Sedangkan orang tua angkatnya saja tidak peduli dengan dirinya.

"Gw di tempat biasa Man," ucap Lisa menahan tangisnya.

  "Gw otw,"

Tut.. Tut..

Manda yang tau maksud Lisa 'tempat biasa' langsung melesat ke tempat tersebut.

20 menit.

"Lisa," Teriak Manda dari kejauhan.

Lisa yang merasa namanya di panggil langsung menoleh ke sumber suara sambil sedikit tersenyum.

Manda pun sedikit berlari kemudian langsung memeluknya dengan erat, "Lis, badan lo panas banget," tegur Manda,lalu melepas pelukannya.

Lisa hanya tersenyum, " Gw gak papa kok," ujar Lisa meyakinkan Manda.

"Gak, ini badan lo panas banget. Trus itu apaan?" ucap Manda karena melihat ada koper besar juga tas yang lumayan besar.

"Jangan bilang lo kabur dari rumah?" Tebak Manda.

Lagi-lagi Lisa tersenyum, tetapi detik berikutnya Lisa langsung menangis, pandangannya sedikit demi sedikit mulai mengabur dan semuanya pun mulai gelap.

"Lis, yah elah nih bocah pake acara pingsan."  Gerutu Manda.  "Lis, bangun Lis," ujar Manda sambil sesekali menepuk pipi Lisa dengan pelan.

Mau tidak mau Manda harus menggotong Lisa sendirian ke dalam mobil.

"Yah elah malah sepi banget nih kuburan," kesal Manda.

Setelah bersusah payah mengangkat Lisa beserta barang-barangnya ke dalam mobil, Manda bersender di kursi pengemudi sambil menyekah keringat yang ada di dahinya, Lalu mengstater mobilnya untuk menuju rumahnya karena waktu semakin larut.

Beberapa menit kemudian Manda sampai di rumahnya, kemudian Manda meminta bantuan Bi Jum-pembantu di rumahnya.

Dengan cepat Bi Jum langsung menemui Manda, " Ya Allah,Non ini Non Lisa kenapa?" tanya Bi Jum sambil membantu mengangkat Lisa.

"Tadi si Lisa pingsan di makam orang tuanya. "  ucap Manda sambil mengangkat tas dan juga koper milik Lisa.

Bi Jum yang melihat majikannya mengangkat tas langsung mencegahnya, tetapi Manda bilang itu sama sekali tidak merepotkan baginya, Bi Jum pun mengangguk mengerti.

"Bi, nanti Lisa taro di kamar Manda aja ya," Pinta Manda. Bi Jum pun mengerti kemudian meminta bantuan Mang Ujang yang bekerja sebagai sopir pribadi Keluarga Manda.

************************

Gimana guys bagus gak nih ceritanya?

Jangan lupa vote and comment ya:)

DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang