Bagian 10

1.7K 128 5
                                    

"Bunda, kami pamit pulang ya" pamitku pada Bunda sambil menyalim kedua tangannya. "Jaga dirimu baik-baik, dan anakmu juga, Iqbaal tolong jaga Salsha dan kandungannya" ujar Bunda pada Iqbaal. "Iya Bunda" jawab Iqbaal dengan penuh keyakinan.

Menjagaku? Menjaga perasaanku saja tidak bisa. Menjaga kepercayaan yang telah aku berikan saja tidak dapat dijaga. Ini lagi ingin menjagaku, bukan hanya diriku namun kandunganku juga(?) Itu tidak mungkin!! Dengan usia pernikahan yang masih lima bulan saja ia sudah menghancurkan semua kepercayaanku kepadanya, dengan cara selingkuh dibelakangku.

Ah ya, jangan-jangan Chelsea itu hanya satu dari sekian banyak selingkuhannya. Atau jangan-jangan salah satu dari selingkuhannya itu sudah mengandung anaknya Iqbaal. Atau jangan-jangan ------- "Salsha" tiba-tiba suara itu membuyarkan semua pemikiranku. "Ada apa?" jawabku dengan kepolosan yang sangat amatlah bodoh. "Kamu baik-baik aja kan? Kalau kamu masih sakit, kamu lebih baik istirahat dulu" ujar Iqbaal dengan wajah yang penuh kekhawatiran itu. Aku melihat wajahnya yang penuh kekhawatiran itu, apakah Iqbaal benar-benar khawatir? Atau itu wajah yang Iqbaal buat-buat depan Bundaku?

"Salsha" lagi suara itu kembali membuyarkan semua pikiran kotorku mengenai Iqbaal. Entah mengapa aku selalu berfikir negatif kepada Iqbaal. Mungkin ini semua karena aku sudah mengetahui Iqbaal memiliki hubungan lain dengan wanita lain. "Aku tak apa, ayo kita pergi" jawabku dengan pasti. Aku memasuki mobilku dengan pikiran yang masi penuh dengan pikiran kotor tentang Iqbaal. Aku duduk menatap kedepan dengan tatapan kosong.

Dasar wanita jalang! Untuk apa kau memikirkan Iqbaal! Kau kan hanya wanita jalang yang menumpang tinggal dirumahnya! Jadi itu bukan hal aneh lagi jika kau di duakan oleh Iqbaal! Ingat Salsha, kau hanya wanita jalang! Chelsea yang mengatakannya, jika Chelsea mengatakan seperti itu, apalagi Iqbaal. Iqbaal pasti sangat setuju! Kau hanya wanita jalang!! SHIIT!! Mengapa aku harus berfikir seperti ini!!

"Aku tahu, kau masih memikirkan tentang hubunganku dengan Chelsea bukan?" tiba-tiba saja Iqbaal mengatakan hal itu. Aku menatapnya tak perncaya, bagaimana ia bisa tau itu? "Harus berapa kali aku katakan kepadamu Salsha, aku tidak bermaksud melakukannya" jelas Iqbaal sementara matanya masih fokus mengemudikan mobil ini. "Jalang" hanya itu yang keluar dari mulutku. Iqbaal tiba-tiba saja menepikan mobil ini, entah apa penyebabnya. Ia menatapku dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan "Siapa?" tiba-tiba saja ia bertanya padaku. Aku hanya menatapnya dan berkata "Aku" dengan tenangnya. Iqbaal menatapku dengan tatapan meminta penjelasan "Apa?! Siapa yang mengatakannya?" tanya Iqbaal seolah tak terima dengan perkataanku. "Kenapa? Bukankah kau juga berfikiran seperti itu?" tanyaku dengan tenang. "Tentu saja tidak! Bagaimana bisa kau berfikiran seperti itu?" ia terlihat tak percaya dengan ucapankku.

Aku hanya diam dan berfikir darimana fikiran itu muncul "Aku pun tak tahu, tiba-tiba saja pikiran itu berada dibenakku sejak Chelsea mengatakannya kepadaku" jujurku padanya. Aku hanya mengatakan apa yang ada di dalam benakku. "Apa?! Chelsea mengatakan itu padamu? Ba—bagai—akkhh!!" geram Iqbaal. Tiba-tiba saja Iqbaal menarik bahuku dan memelukku dengan erat.
"Aku tak berfikiran seperti itu, jangankan untuk berfikiran seperti itu, terlintas fikiran seperti itu pun tidak, dan tidak akan pernah" kata Iqbaal meyakinkannku. "Aku hanya berfikir bahwa kau akan memikirkan hal yang sama seperti dengan Chelsea, berfikir bahwa aku seorang jalang" jawabku seadanya. Iqbaal melepaskan pelukkannya dan menatap mataku dalam "Aku tak akan pernah berfikir seperti itu" jawab Iqbaal lalu tersenyum kepadaku. Aku menganggukkan kepalaku seolah percaya, namun hati dan fikiranku tak sepenuhnya percaya. Iqbaal kembali mengendarai mobil ini, namun fikirankku masih saja memikirkan hal itu.

"Oh ya, maksud aku, rumah yang baru kamu beliin buat aku, bukan rumah kamu yang kamu beli buat si jalang itu, Salsha"

Kenapa kalimat laknat itu masih saja terniang-niang di dalam otakku? Rumah baru? Iqbaal membelikan rumah baru untuk wanita itu tanpa membicarakannya dahulu dengankku. Jalang? Apa benar aku ini jalang? Atau wanita itulah jalang? Atau bahkan Iqbaal? Siapa yang sebenarnya jalang?

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang