"Gimana kalo Papa keburu pulang?"
"Karena itulah kita harus lakukan sekarang...", jawabnya dingin.
Aku berusaha menolak saat dia menarik tanganku. Kami pun tetap di ruang makan. Tapi dia menatapku dalam-dalam. Aku tahu arti tatapan itu. Bahwa saat ini juga, aku tak punya pilihan selain mematuhinya.
Aku sendiri tak tahu kenapa aku akhirnya pasrah. Apakah karena dia pemain basket populer di kampus? Atau karena aroma khas tubuhnya yang selalu membuatku nyaman? Jangan-jangan, karena aku diam-diam merindukan sesuatu yang menonjol keras di balik celananya?
Ya, telah 5 bulan ini aku menjadi kekasihnya dan selama itu pula dia mengajariku banyak hal. Salah satunya, kenikmatan bercinta.
Biasanya, dia akan mengajakku dinner di resto terbaik di berbagai kota. Lalu, menutup malam dengan percintaan yang dahsyat di hotel berbintang.
Tapi kali ini, berbeda. Sangat berbeda.
Aku sadar aku sedang dalam kondisi berbahaya. Bagaimana kalau kami ketahuan Papa? Aku tak ingin masa depan hubungan ini hancur.
Seolah mengerti kegelisahanku, dia lalu memelukku. Dalam pelukannya, aku merasa aman. Seketika.
Kini, kubiarkan tangannya menyusuri punggung, leher, lalu belakang kepalaku. Lalu, dia sedikit menarik rambutku agar aku mendongak. Aku melihat matanya yang sipit kini memancarkan gairah yang ...
... membuatku takluk.
Aku semakin tenggelam dalam pesonanya saat dengan suaranya yang dalam dan tenang dia bertutur,"You're so pretty, honey."
Aku menatap bibirnya. Seketika aku teringat betapa bibirnya begitu kenyal. Oh, aku ingin diciuminya.
Dan benar, dia langsung melumat bibirku. Jantungku berdebar kencang.
Tanganku menyusuri punggungnya. Merasakan otot otot di balik kulitnya yang lembut.
Saat mulutku terbuka, lidahnya dengan lembut menerobos bibirku.
Lidah kami terus berciuman saat dengan cepat tangan kirinya meluncur ke bawah. Dia remas pantatku. Menampar-namparnya. Ah.
Pelukannya semakin kuat. Sosoknya yang tinggi membuat selangkannya setara perutku. Perutku merasakan tonjolan yang keras. Dia telah begitu terangsang.
Terbayang "adik kecilnya" yang telah membawakanku kenikmatan bertubi tubi selama ini.
3 minggu ditinggal kekasihku untuk berkompetisi di luar kota membuat aku sangat merindukannya. Termasuk liang kenikmatanku di bawah sana.
Sensasi seks apalagi yang akan kau berikan padaku, Sayang? Batinku.
Lalu dia menggamit tangan kananku. Diarahkannya menuju area terlarang miliknya. Kurasakan "sesuatu miliknya" telah begitu keras. Tanganku pun meremas-remasnya. Dia mendesah.
Aku terpejam. Menikmati api nafsu itu membakar diriku.
Semua terjadi begitu cepat.
Tapi esok malamnya, aku baru tahu bahwa dia telah mempertimbangkan semuanya. Dia telah mengunci pintu. Dia pilih lantai 2 karena dari atas, dia bisa tahu lebih cepat bahwa Papanya telah masuk pekarangan rumahnya yang begitu luas. Petualangan seks kami bisa diakhiri sebelum Papanya masuk rumah.
Dan kalau pun Papanya telanjur masuk, kami masih punya waktu untuk menyelamatkan diri dan membereskan sisa-sisa "peperangan". Bahkan, kenapa dia lebih memilih duduk di lantai dan bukan kasur empuk juga telah ia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
At His Castle; Nikmatnya Seks Kilat
Romance...15 detik sebelum Ayahnya pulang, aku mencapai klimaks. Devi sempat menolak keinginan kekasihnya. Tapi serangan aura seksi dari Rio, atlet populer di kampusnya, membuatnya lemah. Dalam kehidupan seksnya kali ini, Devi merasakan sensasi yang berbed...