Sejak kapan iblis itu merasuki jiwanya? Atau ke mana gerangan akalnya itu berada, mengapa demikian ia terjebak dalam hasutan-hasutan yang menyesatkan. Tak ada waktu yang ingin ia putar, sejak lama ia memang berharap untuk mati saja. Toh hidup pun sama sekali tak membuatnya bahagia.
Haruskah ia salahkan ibunya sebagai dalang dari hidupnya yang teramat kacau? Tidak, ibunya tidak bersalah sama sekali. Ia yang menyedihkan karena terlahir ditinggalkan seorang ayah yang tak bertanggung jawab, ini semua salahnya karena tak dapat memenuhi segala ingin dari ibunya. Tentu semua ini adalah salahnya.
Jenny mengedarkan pandangannya, ia amati tempat yang sudah lama ada dalam benaknya itu. Ia tahu pada akhirnya tempat ini adalah rumah ternyaman untuknya. Kejadian kemarin sudah sangat jelas menunjukan siapa dirinya, seorang monster yang patutnya tak pantas hidup.
"Jenny! Jenny! Kau mendengarku?"
Ahn Seoyeon mencoba membangunkan Jenny dari lamunannya, sudah setengah jam putrinya itu tak menanggapi semua pertanyaan yang ia ajukan. Ahn Seoyeon sudah kesal, kini semua orang tahu bahwa putrinya seorang pembunuh, lantas karirnya terancam musnah. Tentu saja, karir tetap ia nomor satukan. Sudah buta dia soal kasih sayang sebuah keluarga.
"Sebaiknya dia kita bawa ke psikiater, melakukan pembicaraan seperti ini tidak akan berhasil."
"Kau menganggap putriku gila?" pekik Ahn Seoyeon tak terima.
"Dia memang sudah gila, kau tak pernah sadar seberapa depresinya putrimu ini?" bentak Kim Sangyeob kepala detektif yang menangani kasus Jenny.
"Aku bisa berbicara dengannya, ini semua tak bias dibiarkan."
"Semua berkas kasus ini sudah diajukan ke pengadilan, kita hanya perlu menunggu panggilan untuk sidang pertama. Sebaiknya kau menyerahkan perkara ini pada pengacaramu."
"Jenny cepat jawablah.. Kim Jenny!"
Dengan tatapan kosong Jenny hanya menyeringai, ia mendengar semua teriakan ibunya itu. Tetapi apa yang harus ia jawab sekarang? Bukankah ibunya yang paling tahu apa sebenarnya jawaban yang tengah ia gali itu. Percuma, sudah percuma untuk memberikannya perlindungan saat ini.
***
Operasi sudah berlangsung selama 5 jam lamanya, Hyeri kini tengah berjuang di dalam sana. Semua keluarganya menunggu dengan gelisah bahkan ibunya sama sekali tak berhenti menangis, ia beberapa kali jatuh pingsan karena tak sanggup menerima keadaan putrinya yang sekarat. Terlebih saat pertama kali Hyeri dibawa ke rumah sakit, gadis itu telah kehilangan banyak darah, dokter pun menambahkan jika terlambat beberapa menit saja nyawa Hyeri tidak akan tertolong.
Taehyung menunduk, darah masih memenuhi tangan dan baju miliknya. Jimin sempat memberitahu Taehyung untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu, tetapi lelaki itu menolak. Ia tak bisa pergi ke mana pun saat ini, tidak selangkah pun. Ia jadi menyalahkan dirinya sendiri, kalau saja ia tak membiarkan Hyeri sendirian semua ini tidak akan pernah terjadi.
Saat melihat Hyeri terkapar dengan berlumuran darah, sesaat ia kembali teringat pada Seohyun. Kala itu ia bahkan tak sanggup untuk menggendong kakaknya, tak sempat untuk membawanya pergi ke rumah sakit. Ia hanya terduduk dengan penuh kebingungan, ia tak bersuara ataupun menangis, ia hanya berdiam diri. Kenangan-kenangan itu berputar silih berganti, ia sungguh tak dapat bertahan jika Hyeri tak ada di sampingnya.
"Taehyung kau harus pergi menemui pengacaramu.." Suga duduk tepat di samping Taehyung. "Kau adalah saksi mata bagaimana kau melihat kakakmu meninggal dunia, kali ini buktikan apa yang selama ini mengganggumu. Selesaikan semua ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Brother and Boyfriend - KTH [END]
Fiksi PenggemarLee Hyeri harus merelakan cinta pertamanya yang berakhir menyedihkan. Ia pun pindah ke seoul untuk memulai hidup baru dengan Ayah serta kakak tirinya. Namun, sang kakak sangat sulit ditemukan. Berbagai kejadian berlangsung di sekolah barunya. Ia sec...