Chen merangkak mengikuti Xiumin untuk melewati lorong bawah tanah yang lebarnya tidak lebih dari ukuran terowongan biasanya. Terlalu kecil bahkan Xiumin mengatakan ini seperti sebuah lubang tikus meskipun ia sendiri meyakini bahwa mungkin jalan ini dibuat untuk tempat perlindungan atau semacamnya.
Meski dorongan untuk saling berbicara begitu kuat di antara mereka, tetapi Chen maupun Xiumin lebih memilih diam. Menghemat tenaganya untuk merangkak dibandingkan untuk bicara yang berakhir dengan umpatan dan keluhan tentang kecil dan pengapnya terowongan ini.
Mereka bahkan tidak bisa menghitung berapa jarak yang telah ditempuh. Harapan untuk bisa menemukan ujung terowongan ini jauh lebih besar dan kesenangan itu tidak dapat mereka sembunyikan ketika dilihatnya sebuah cahaya yang cukup terang di paling ujung posisi mereka saat ini.
Dengan semangat mereka kembali merangkak cepat dan harus berhenti beberapa saat untuk melihat situasi yang mungkin terjadi di ruangan lain yang mereka kunjungi.
Chen mendesah tak sabar ketika Xiumin masih memerhatikan keadaan luar.
"Apakah ada orang? Cepatlah aku tidak kuat berada disini terus!" keluhnya.
"Tidak, hanya saja aku seperti merasa ada di laboratoriummu."
"Eh? Laboratorium?"
Setelah memastikan kondisi ruangan itu aman. Xiumin dengan hati hati meloncat turun. Chen mengikutinya dari belakang dan seketika terpana melihat berbagai macam alat canggih, monitor layar besar, beberapa tumpukan buku dan beberapa suku cadang menumpuk di setiap meja. Ini bukan sekedar laboratorium penelitian biasa, ini juga adalah ruangan peneliti tekhnolog sama seperti dirinya.
"Kau bercanda tentang laboratorium ini yang mirip dengan laboratoriumku?" tanya Chen dan Xiumin hanya mengangkat bahunya acuh.
"Entahlah, ruangan ini sama berisi alat-alat yang aneh hanya saja ini lebih terlihat rapih dan juga bersih, oh tentunya mahal."
Chen berdecak dan Xiumin hanya terkekeh untuk itu.
Untuk beberapa saat mereka berdua hanya berkeliling untuk mencari tahu tentang tempat yang mereka kunjungi saat ini, hingga lupa dengan tujuan mereka berada disini. Terlebih mereka seolah tidak mencurigai sedikit pun dengan keberadaan lorong yang menyambungkan antara sel tahanan dengan laboratorium ini.
Mungkin mereka juga terlalu lengah untuk mengawasi apakah ruangan ini memiliki pemilik atau tidak karena saat itulah seorang pria menodongkan sebuah senjata kepada mereka berdua bersamaan dengan xiumin yang siap melawan dengan senjata yang ada ditangannya.
"Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan disini?!" tanya pria itu dengan suara sedikit bergetar.
Xiumin hanya diam memerhatikan lantas mengamati bagaimana cara pria itu menggenggam senjatanya. Tangannya terlihat tak siap atau mungkin hampir bergetar karena ketakutan. Saat itulah Xiumin sadar bahwa pria itu bukanlah ahli senjata seperti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ace; All Is Hell That Ends Well
Научная фантастикаIni kisah tentang sekelompok pemuda yang hidup normal dalam sebuah komunitas sosial disebut masyarakat. Hidup dalam dunia yang hampir porak poranda. Dibalik gemerlapnya kota Gangnam, terdapat nyaris separuh warganya tertindas dalam kemiskinan dan ke...