Di ruang duka, Naka melihat seorang ibu menangis terisak-isak. Setelah berbicara dengan Chan beberapa waktu lalu lelaki itu pun setuju membawa anak itu untuk terakhir kalinya bertemu sang ibu. Sebab itu adalah keinginan terakhirnya.
Perlahan Naka mendekati wanita tua itu yang terduduk lesu di bangku ruang tunggu. Tenaga medis tampaknya sudah memberitahukan tentang kematian anaknya, dia tidak bisa diselamatkan karena langsung meninggal di tempat.
Berdeham pelan Naka mendaratkan bokongnya di sebelah wanita itu kemudian berusaha berbicara padanya.
“Permisi ...."
Ibu itu langsung menoleh, dia pikir Naka adalah suster, tapi ketika melihat sebuah tangan berkulit putih susu menyodorkan balon yang dipegangnya ke depan wajah ibu, sontak dia pun terkejut dan menghentikan tangisannya.
“Apakah ini punya Ibu?”
“Ba—bagaimana bisa? Aku mencari balon ini dari tadi, tapi tidak ketemu,” ujarnya linglung.
Naka tersenyum kecil. “Anak Ibu yang menitipkannya pada saya.”
“Apa?”
Naka ragu-ragu, tapi dia mencoba untuk menggerakan tangannya membentuk bahasa isyarat seperti yang tadi sudah disampaikan oleh sang anak padanya. Seketika ibu itu membelalakkan matanya.
“Darimana kamu mengetahui itu? Hanya putriku yang akan mengatakan itu.”
Benar. Ibunda cantik dan baik hati adalah malaikat di kehidupanku. Itu adalah panggilan dan pujian yang diberikan anaknya karena dia hanya hidup berdua tanpa ayah yang mau menafkahi mereka. Setelah tahu kondisi anaknya, suami si ibu memilih bercerai karena dia tidak sudi membesarkan anak yang memiliki kekurangan atau keterbatasan fisik.
Naka melirik ke samping tubuh si ibu. “Karena dia ada di sini.”
Mulut ibu itu terbuka tak percaya. “Apakah kamu bisa melihatnya?”
“Ya ...."
Air matanya mengalir kembali. “Bisakah kamu menjelaskan padaku seperti apa wujud anakku saat ini?”
Naka tentu saja bisa melihat wujud asli dari anak itu yang telah dibuka oleh Chan. Penuh darah dan wajahnya rusak total karena tergesek aspal. Naka sedikit meringis, tetapi dia berusaha memasang ekspresi sebaik mungkin. Meski perutnya sudah mual karena bau anyir yang menyengat serta potongan daging yang menempel di kulit tubuh anak itu.
“Dia dalam keadaan yang sangat cantik, mengenakan baju yang bagus dan tersenyum cerah,” dusta Naka agar sang ibu tidak semakin tersiksa bila mengetahui kondisi terakhir anaknya bagaimana. Setidaknya dengan begini Naka berharap dia bisa tenang merelakan putrinya pergi.
“Oh, putriku ...."
Ibu itu menekan dadanya sendiri, sesak yang dia rasakan ini melebihi dari apa yang pernah dia alami sebelumnya ketika suami brengseknya itu menalak dirinya yang baru saja melahirkan.
Baginya tidak masalah dia diceraikan yang paling penting adalah kesehatan putrinya itu, selama ini dia sudah hidup dengan baik-baik saja. Bekerja siang dan malam untuk bisa memberikan kehidupan yang layak dan belajar bahasa isyarat agar bisa berkomunikasi dengan anaknya.
Bahkan dia berencana akan membuat pesta ulang tahun ke sepuluh dan sepeda baru yang terus dia inginkan dari tahun lalu. Namun, semuanya pupus sudah karena anaknya telah tiada. Satu-satunya harapan serta alasan wanita itu hidup kini sudah pergi jauh dari dirinya.
Naka menyentuh pundak sang ibu kemudian menggerakkan tangannya lagi. Kali ini Naka memberitahu bahwa anak itu sangat menyayangi ibunya, sebesar dan sedalam lautan samudra yang dia pelajari. Lantas ibu itu semakin menangis keras.
“Ibu juga menyayangimu, putriku.”
Anak itu juga ikut menangis. Beberapa kali dia berusaha memegang ibunya, tapi tidak bisa, hingga Chan tersenyum tipis dia mengeluarkan seberkas cahaya putih yang dia lemparkan kepada anak itu. Dia mengirim telepati pada Naka bila Bari telah memberikannya perintah untuk mengizinkan anak itu berbicara dan menyentuh ibunya sebab emosi dalam dirinya sudah bersih dari dendam berkat Naka.
Chan memberi kode pada Naka untuk menepuk sekali lagi bahu ibu itu dan menyuruhnya membuka mata. Tepat saat dia mengangkat kepalanya sang anak muncul dengan rupa yang dijelaskan Naka.
Ibu itu terkejut bukan main. Dia sampai terjatuh dari bangkunya dan terus meraung memanggil si anak. Dia menangis hebat sambil menatap anaknya yang sangat bercahaya terang dan meminta maaf karena sudah membiarkan dirinya menderita sampai akhir hayat.
Namun, anak itu menggeleng, dia tersenyum dan untuk terakhir serta pertama kalinya ibu bisa mendengar suara anaknya yang mengatakan, “Ibu aku mencintaimu. Sekarang giliran Ibu yang bahagia dan terima kasih telah menjagaku.”
Naka menemani ibu itu yang tidak mau berhenti menangis. Di sela isakannya, dia menceritakan kehidupannya yang tentu saja sudah Naka ketahui dari Chan.
Sedikitnya Naka merasa dia memiliki kesamaan dengan sang anak, yang dibuang orang tua. Bedanya Naka merasa anak itu jauh lebih beruntung dan jauh lebih tangguh karena di umurnya yang masih belia dia sama sekali tidak pernah mengeluh dan selalu berusaha untuk mandiri, meskipun tidak bisa bicara dia anak yang sangat pintar. Satu-satunya keinginan anak itu adalah membuat ibunya bahagia dan tidak dipermalukan lagi.
Sungguh anak yang berbakti.
Naka menepuk tangan sang ibu dan menyemangatinya. “Meskipun dia tidak ada di sini lagi, dia tetaplah seseorang yang hebat, bukan? Sampai akhir pun yang dia cari dan cintai tetaplah ibunya. Dia menginginkan Ibu untuk bahagia dan ini ...." Naka memberikan surat yang tadi diberikan anak itu atas seizin Chan dia menuliskan surat menggunakan kekuatan Chan. “Ada hal yang ingin dia katakan sekali lagi pada Ibu.”
Isi dari surat itu adalah bukti, rupanya Chan membantu anak itu untuk menangkap pelaku yang sesungguhnya. Orang yang mengendarai mobil merupakan orang suruhan keluarga ayahnya, dia sengaja melaju dengan cepat.
Chan juga memberikan beberapa bukti berupa foto kejahatan yang direncanakan keluarga mantan suaminya itu. Mereka menginginkan anak itu mati karena prestasinya tersorot, mereka khawatir anak itu bisa jadi bumerang bagi keluarga besar. Sang ibu untuk kesekian kalinya menangis dalam pelukan Naka.
Dia tidak tahu bahwa dunia akan sekejam ini padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naka's Mission
Teen Fiction[CERITA INI AKAN TERSEDIA GRATIS PADA 17 SEPTEMBER 2021] Naka dihidupkan kembali oleh seorang Knight-malaikat maut-bernama Chan, tetapi hanya sampai 100 hari ke depan dan selama itu Naka harus membantunya menemukan roh nomor 666 yang memberontak dan...