Prolog

243 41 33
                                    

"Seperti tinta yang jatuh diatas kertas, akan sulit dihilangkan.
Demikian pula dengan masa kita, akan sulit dilupakan."

Teriknya matahari membuat Cia mengerutkan dahinya, ia yang sedang menunggu seorang lelaki di depan sebuah gedung SMP WANGUN JATI 01. Dengan kesal mulut Cia langsung bergerutu tak jelas kearah lelaki yang mendekatinya.

"Vino kamu lama banget sih keluarnya?" Tanya Cia.

"Maaf yah Ci! Aku kena hukum tadi gara-gara ketiduran di kelas pas pelajaran matematika." Jawab Vino dengan tangan menggaruk kepala dan wajah kebingungan.

Cia melirik heran wajah Vino dengan senyuman sindirnya.
"Hahahh, kamu kan udah biasa Vin? jadi terima kenyataan aja!"

"Aahh jadi sahabat bukan ngasih optimis malah bikin pesimis." Ucap Vino sambil menjepit kepala Dinda di ketiaknya.

Allysia Febriana atau yang sering dipanggil Cia ini adalah seorang anak yatim piatu yang tinggal di sebuah rumah megah peninggalan orang tuanya bersama pembantunya. Dia juga cerdas, rajin belajar, hingga dari kelas 1 dibangku SMP sampai kelas 3, dia selalu meraih peringkat 1 di kelasnya.
Berbeda dengan Putra Gavino Mahendra alias Vino, sifatnya berbalik fakta dengan Cia. Ya, walau begitu Vino adalah sahabat dekatnya Cia yg juga hidup berkecukupan. Dalam hal belajar dia boleh malas, namun dalam hal yang menyangkut persahabatan mereka, dia maju paling depan.

Hingga suatu ketika di hari pelulusan sekolah mereka, terlihat Cia yang memakai kebaya biru tua dengan kain batiknya sedang berdiri diatas panggung sambil memegang piagam dan sekantung hadiah. Ternyata ia mendapat predikat sebagai peraih nilai tertinggi dari semua murid di sekolahnya.

Dengan pandangan terpukau melihat Cia yang mendapat predikat itu berdiri di atas panggung, Vino berfikir memang tidak mungkin dapat dilakukannya.

Cia pun turun dan duduk di sebelah Vino dengan wajah bahagia.

"Selamat Ciaaaaa, lagi-lagi jadi THE NUMBER ONE AT SCHOOL, jangan lupa traktir lagi ya, kaya waktu kamu juara tahun lalu.. heheh"

Rayuan Vino membuat Cia tidak bisa menolak. Sepertinya sudah menjadi tradisi bagi dua mereka jika Cia juara, ia harus mentraktir Vino. Begitupun sebaliknya, namun karena Vino tidak pernah juara, selalu Vino yang mendapat traktiran.

Terimakasih kepada para pembaca❤

Jangan lupa di vote , kritik dan saran terbuka di comment👍

#goodluck_

When You Said "I Promise"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang