Bab 22

2.5K 278 50
                                    

"Gue gak apa-apa dan akan selalu gak apa-apa."

※※※※※

Pagi ini menjadi hari yang berbeda bagi Afreen. Biasanya sebelum berangkat, ia akan membuka gorden kamarnya dan melihat ke arah pintu pagar. Biasanya, saat Afreen melakukan hal itu ia bisa melihat Davka yang tengah berdiri di sana sembari sesekali memainkan skateboard miliknya. Dan biasanya, saat Afreen melihat semua itu paginya seketika menjadi ceria.

Tapi pagi ini berbeda. Pagi ini tak ada skateboard. Yang ada hanyalah kendaraan besi beroda empat. Ia bisa melihat seorang cowok keluar dari sana dan melambai ke arahnya. Afreen tersenyum manis membalas sapaan cowok itu dan segera berjalan keluar rumah.

Saat Afreen bergerak memasuki mobil itu, ternyata ada satu lagi penumpang di kursi belakang. Siapa lagi kalau bukan—

"Davka?" ujar Afreen tak percaya yang segera dibalas lambaian tangan dari Davka serta cengiran lebarnya.

"Tumben lo mau bareng abang lo naik mobil," ujar Afreen yang masih keheranan.

Mendengar hal itu, Davka memberengut kesal. Ia kembali memasang headphone yang ia letakkan di belakang kursinya dan merebahkan tubuhnya di kursinya kemudian memejamkan kedua matanya.

"Dia gak boleh naik skate lagi sama bunda," sahut Raehan dari balik kemudinya.

Afreen yang sejak tadi memandangi Davka kini pandangannya beralih kepada Raehan yang tengah berada di sebelahnya. "Loh, kenapa?"

"Lo gak lihat kalo di bagasi belakang ada tongkat?"

Afreen kembali melirik ke belakang dan mendapati keberadaan tongkat yang diletakkan di bagasi belakang.

"Kemarin waktu dia ke Seaworld sama bunda, dia nyelamatin anak kecil yang hampir jatoh. Sialnya, dia gak memperhatikan langkahnya sendiri dan akhirnya ya gitu. Pergelangan kakinya patah."

"Patah? Seserius itu?"

"Gak juga, sih. Ya, retak dikit deh. Gak parah banget. Kata dokter gitu, sih," sahut Raehan santai. "Ini aja aslinya gak diijinin sekolah sama bunda. Tapi dia ngeyel."

"Ceroboh banget ya, dia."

"Iya. Gue sampe susah jagain dia."

Dan suasanya seketika menjadi hening. Raehan yang fokus dengan jalanan, Afreen yang masih terpaku pada ponselnya serta Davka yang entah sejak kapan benar-benar tertidur pulas.

"Gue sayang banget sama dia," ujar Raehan tiba-tiba yang membuat Afreen menoleh ke arahnya dengan kedua mata yang membulat.

Raehan melirik ke arah Afreen dan terkekeh. Sejak pertama kali ia mengenal cewek dingin ini, baru kali ini ia melihat wajah Afreen yang begitu lugu dan nampak menggemaskan. Tangan kiri Raehan menarik pipi Afreen sehingga membuat cewek itu mengaduh kesakitan.

"Pipinya dikondisikan dong, neng."

"Ih apaan sih? Sakit tau!" ucap Afreen sembari mengelus pipinya yang memerah.

Sedangkan Raehan masih tetap tertawa. Apalagi wajah Afreen kini semakin terlihat lucu di matanya. 'Gue beruntung bisa dapetin lo,' gumamnya.

"Ehem! Kalo pacaran bisa nanti aja, gak? Sekolah udah kelewatan, by the way," sahut Davka yang ternyata sudah terjaga dan seketika membuat Raehan panik.

Afreen pun bereaksi tak jauh dari Raehan. Ia menjadi salah tingkah. Terutama bila ia memikirkan apa yang mungkin Davka pikirkan bila ia melihat hal tadi.

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang