Bab 15: Renungan Malam

8K 1.1K 46
                                    

Naka terduduk lemas di taman rumah sakit. Setelah beberapa menit Chan meninggalkannya sendirian,  lelaki itu pun kembali lagi usai mengantar anak itu ke akhirat.

“Hei, mengapa kamu masih di sini? Tidakkah kamu takut di tempat gelap?” tanya Chan menghampiri Naka.

Dedaunan yang tadinya berserakan serentak menyingkir begitu terkena sapuan angin dari jubah Chan yang tersibak.

Naka menggoyangkan kakinya yang menjuntai turun. “Aku sedang merenung.”

Tangan Chan menjentik. Dengan mudahnya Chan mengusir para hantu yang mengintip untuk mengganggu Naka hingga mereka terpelanting dan tidak berani mendekat lagi.

“Apa yang kamu renungkan?”

Chan duduk di ayunan sebelah Naka. Laki-laki itu meluruskan kedua kakinya yang panjang kemudian menatap Naka yang tampak cantik walau tidak menggunakan riasan apa pun.

“Bahwa mempunyai keluarga itu sungguh menyebalkan.”

"..."

Kepala gadis itu tertunduk dalam, dia terlihat sedang menghirup napas berusaha menguatkan dirinya sendiri lalu kembali mengangkat kepala dan memandangi langit malam.

“Aku melihat banyak hubungan keluarga yang tidak baik. Bahkan di panti pun, Bunda ditinggal oleh suaminya karena wanita lain yang jauh lebih muda. Pria tua bangka itu tidak pernah membiayai Kinara ataupun Hira, dia membuang mereka seenaknya.”

Tidak ada yang bisa dilakukan Chan selain mendengar dan memastikan Naka nyaman sehingga dia bisa mengeluarkan segala keluh kesahnya.

“Kupikir, itu mungkin hanya kesalahan pria, tapi ketika aku bertemu Gastra. Hal menyedihkan yang aku tahu adalah bahwa keluarga tidak selamanya bisa jadi sandaran untukmu.”

"..."

“Kamu tahu apa alasan mereka begitu perhatian padaku, tetapi mereka mengabaikan Gastra? Turunan asli keluarga tersebut.”

"..."

“Itu karena mereka menganggap Gastra adalah monster, sementara aku yang mirip dengan mendiang Irish itu lebih baik darinya.” Bibir Naka sedikit terangkat, dia tersenyum miris.

"..."

“Aku sudah menyaksikannya sejak kecil. Ketika Gastra terus-menerus dihina oleh keluarga dan dicibir tentang kematian ibu serta adiknya. Tidak ada seorang pun yang membelanya.”

Chan sudah mencari tahu tentang Gastra guna mengetahui apakah dia diikuti oleh roh nomor 666, tapi Chan tak menemukan informasi apa pun kecuali keluarga lelaki itu memang kacau, tapi dia tahu ada satu orang yang tampaknya berpihak pada Gastra.

“Bukankah Sandur selalu dipihaknya?”

“Benar, tapi Kak Sandur tidak pernah membela, dia cenderung diam.” Naka tidak lagi kaget mengetahui fakta Chan mengenal Sandur, dia bisa menebak kalau Chan mencari datanya sendiri di akhirat.

"..."

“Semakin kupikirkan, semakin memuakkan. Mengapa Gastra harus menerima semua kesalahan yang tidak pernah dia lakukan?”

“Aku pikir mungkin itu bisa terjadi karenanya.”

Segera Naka menoleh. “Apa kamu juga berpikir jika Gastra salah?”

Chan mengedikkan bahu, dia menatap bulan yang berbentuk sabit. “Tidak, aku hanya berusaha memandang dari sudut para orang dewasa yang kehilangan sosok dicintainya.”

"..." Gantian Naka yang terdiam.

“Gastra mendorong adiknya ke sungai lalu dia meninggal karena dimakan oleh buaya, tak lama ibunya menyusul karena Gastra yang memaksakan diri untuk bertemu, dipenuhi rasa trauma ibunya terjatuh dari lantai tiga karena ingin menghindari Gastra. Jika kamu menempatkan diri jadi ayah Gastra, kamu mungkin berpikiran yang sama.”

Naka's MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang