40

2.1K 68 0
                                    

Vania sedang menemani Nathan untuk mngerjakan tugasnya.
Vania memperhatikan wajah Nathan yang serius mengerjakannya. Sesekali berpikir mencari jawaban yang tepat untuk soalnya.

Vania tersenyum bertopang dagu dengan satu tangannya.
Nathan terlihat tampan jika sedang serius begitu.

Sadar diperhatikan oleh kekasihnya, Nathan tersenyum sambil menolehkan pandangannya ke Vania.

"Aku tau aku ganteng, biasa aja dong ngliatinnya." goda Nathan membuat Vania malu dan salah tingkah.
Secepatnya Vania mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Nathan terkekeh menoel pangkal hidungnya

"Tugasnya udah selesai?" tanya Vania mengalihkan pembicaraan.
"Nggak usah ngalihin pembicaraan deh. Aku belum selesai ngomong." gerutu Nathan.

"Apaan sih?" sela Vania melirik Nathan tajam. Nathan tersenyum jahil.
"Kamu daritadi merhatiin aku terus kan?" tanya Nathan dengan senyum jahilnya.

"Siapa juga yang merhatiin kamu. Aku ngelihat tugas kamu. Jangan geer deh." ujar Vania berbohong.

"Kalau merhatiin tugas aku nggak mungkin dong tatapan kamu terpesona gitu sampe berbinar matanya." pipi Vania bersemu merah menahan malu.

"Iyakan?"

Frustasi, Vania mengacak rambutnya pelan lalu mendengus.
"Iyadeh ngaku. Aku merhatiin kamu terus." jujurnya menunduk.

Nathan tersenyum kemenangan. Sementara Vania pasrah dengan apa yang akan dilakukan Nathan untuknya nanti. Sekarang Vania tercyduck memperhatikan Nathan.

"Nggak pesen makanan? Aku laper nih." tanya Nathan mengusap perutnya lapar.
"Tunggu disini. Aku pesenin dulu." pamit Vania lalu beranjak meninggalkan Nathan.

Vania kembali dengan membawa nampan berisi dua bakso dan dua es teh, sesuai pesanannya.
"Nih makan dulu. Udah dipesenin." perintah Vania mengulurkan baksonya untuk Nathan.

Nathan tersenyum sumringah lalu mengambil bakso yang diberikan Vania. Perlahan Nathan menyeruput kuah baksonya yang masih srdikit panas.

"Aaahh segernya. Asinnya pas, rasanya enak." pujinya menggelengkan kepalanya.
Vania juga mulai memakan perlahan baksonya.

"Makasih ya sayang baksonya." ucap Nathan tersenyum lebar hingga matanya menyipit dan terlihat deretam gigi rapihnya.

Vania mengangguk lalu menyuapkan bakso yang sudah dipotongnya menjadi dua bagian.

"Tugas kamu gimana udah selesai?" tanya Nathan.
"Udah kok udah aku kerjain dari semalem. Tadi juga udah dikumpulin." jawab Vania menjelaskan.

Nathan hanya mangut mangut lalu kembali menyeruput kuah bakso yang sangat segar baginya.
"Tugas kamu sendiri udah?" Nathan mengangguk.

Nathan tidak menjawab karena mulutnya sudah penuh dengan baksonya, jadi ia hanya mengangguk.

"Udah selesai kok tinggal tunggu dosen dateng atau nggak." sahut Nathan setelah menelan bakso yang sudah dikunyahnya.

"Aku masih ada kuliah lagi. Pulang aka dulu, aku bisa naik taksi." tutur Vania meminum es tehnya.
Nathan menggeleng kuat.

"Nggak."

"Aku bakal nunggu kuliah kamu sampai selesai. Kamu berangkat sama aku, pulangnya juga harus bareng sama aku, ya?" timpal Nathan.

Vania akhirnya hanya mengangguk.
"Yaudah aku tinggal ya, Nana pasti udah nungguin aku dikelas." Vania beranjak.

"Baksonya masih?" Vania mengangguk. Nathan menyengir tanpa dosa.
"Buat aku ya, hehehe. Mubazir nggak dimakan." kekeh Nathan.

Vania mendengus memutar bola matanya malas.
"Makan aja tuh. Dasar serakah." cibir Vania memelan dan langsung pergi meninggalkan Nathan.

Nathan dan Vania[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang