Chapter 1

44 8 3
                                    

          Pagi yang indah, dedaunan dipenuhi embun air setelah hujan terjadi kemaren malam, burung-burung berkicau riang melihat cuaca yang cerah pada pagi ini. Itulah gambaran keadaan diluar jendela kelasku. Berbeda sekali dengan suasana di kelas. Ramai, ricuh, tidak terasa nyaman, aman dan damai seperti keadaan di luar. Keadaan seketika diam karena mengetahui keberadaan guru yang masuk dikelas ini. Wali kelasku membawa 2 murid baru.

“Nak perkenalkan namamu”, kata Pak Gun kepada 2 murid barunya.

“Anyeong, Hallo teman-teman nama saya Jessica. Saya berasal dari Korea Selatan”.

“Dan Saya Natasha annabella”, kata salah satu murid pindahan berambut pirang tsb.

“Daffa......”, teriak Pak Gun agar menyadarkan Daffa dari tidurnya. Ketika semua murid meyimak pengenalan murid baru dia malah enak-enakan tidur dan tidak menghiraukan omongan teman barunya tsb.

Seketika Daffa menggebrak mejanya dan berdiri dari tempat duduknya, “Paaakk.. pesen baksonya 4, gak pakek seledrri, gak pakek bawng goreng, trruss micinnya yang banyak..”katanya sambil mengusap bekas air liur yang ada di pipinya. Waah.. waah si Daffa ternyata generasi micin.

Keadaan kelas dipenuhi dengan tawaan dan Daffa pun tersadar bahwa ia tadi mengigau. “Huuh.. gara-gara Rey nih gak bangunin aku tadi”, kata Daffa sambil menyalahkan teman sebangkunya.

“Lahh kamu udah tak bangunin berapa kali malah ngigau pengen beli es teler”, jawab Rey.

“Ettdah ngimpi apaan tadi, kok makanan semua?”, gumam Daffa.

“Daffa sana cuci mukamu biar seggeeer, gak ngantuk lagi. Jangan lupa nanti sepulang sekolah ada pelajaran tambahan dari Pak Gun”, kata Pak Gun

“Waddduh gusti.. maati aku”, kata Daffa dalam hati.

“Yaudah Jessica kamu duduk disebelahnya Keenan dan Natsha di bangku sebrangnya Jessica”, seru pak Gun.

“Looh pak kok duduk sama dia? Keenan duduk sama bule satunya aja pak”, protes Keenan.

“Hhuuuuhh...”, seketika semua murid bersorak kpd Keenan

“Udah Keenan bapak tidak menerima protesanmu”

“Sekarang mulai pelajaran sejarahnya..”, kata Pak Gun yang mulai menerangkan.

       Setengah jam berlalu, bel istirahat  pun berbunyi. Tempat duduk Natasha dan Jessica langsung diserbu anak-anak. Berbagai macam pun dilontarkan, “Natasha kamu asli orang mana, umurmu berapa, ohh ya Jessica gimana selama ini tinggal di Korea? Pernah ketemu artis Korea gak?”. Mereka berdua kuwalahan menjawab berbagai macam pertanyaan tsb.

Hingga.. “Jess.. ikut ke kantin gak?”, tanya Daffa yang berada di depan bangkunya persis.

“Boleh..”, jawab Jessica.

“Eehh kalian berdua jangan ninggalin aku....”, seru Keenan.

“Natasha.. kamu gak ikut ke kantin juga?”, tanya Keenan.

“Gak usah Keenan aku bawa bekal kok”, tolak Natasha dengan halus.

“Oh oke.. Ayo teman-teman”, ajak Keenan pada kedua temannya.

“Oooi tukuul buku...ehh kutu.. gak ikut ke kantin?”, ejek Daffa kepada Rey.

“Gakk ahh males, lagian ini buku udh nyampek klimaksnya.. lagi seru-serunya ini...”, seru Rey sambil menunjukkan isi buku yang ia pegang dari tadi.

Akhirnya mereka bertiga menuju ke kantin.

“Eehh.. Fayyy”, Silvi tiba-tiba mengagetkanku. “Ngapain nglamun terus?”

Magic of Power (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang