Cindy benar-benar tak ingin melewatkan kesempatan.Bubaran kuliah ia buru-buru ke ruang BEM, apalagi Ryan meyakinkan kalo Mondy sedang berada di sana.
"Hai Mon." sapa Cindy sambil berlari mendekat begitu melihat Mondy keluar dari ruangan.
Detak jantungnya berkejaran, wajahnya langsung memerah manakala Mondy menoleh. Ia begitu bahagia sekaligus salah tingkah merasa Mondy memperhatikannya.
"Hai....," balas Mondy ragu tapi tetap memberikan senyumnya.
Cindy terpana jantungnya berdetak maraton.
"Lo..... Cindy? Temannya Ryan sama Raya kan?" tanya Mondy memastikan lalu berjalan mendekat.
Cindy senyum-senyum kegirangan tanpa kata.
"Dia pake pura-pura lupa nama gue lagi!" gerutu batin Cindy tapi tetap tak merubah senyum di wajahnya."Sendirian? Raya-nya mana?" tanya Mondy setelah jarak mereka cukup dekat. Ia tampak celingukan emncari-cari.
"Kok Raya sih yang ditanyain???" kesal batin Cindy.
Mondy masih celingukan yang membuat Cindy tak nyaman.
"Kok Raya sih yang ditanyain???" kalimat itu akhirnya terlontar begitu saja dari mulut Cindy dengan nada kesal.
Mondy kaget dan sadar mencari pembenaran sekenanya.
"Ya kalian kan slalu bersama terus. Tak terpisahkan gitu. Heran aja liat Lo sendirian. Si Ryan, Miko juga kok gak sama kamu?""Tadi Gue ke kantin kalian juga gak ada?" tanya Mondy lagi. "Lagi pada ngirit atau....." ledek Mondy tertahan.
"Oh... Kita ke kantin bu Jum-nya cuma hari Rabu doang." Jawab Cindy cepat. " Ya, selebihnya kalo pas kelaparan aja hehe... Gue bukan tipe cewek yang suka kongkow-kongkow kok." Cindy cengar-cengir.
Hatinya berbunga-bunga mendapat kesempatan mengobrol sama Mondy, hingga speachless. Ia benar-benar kehabisan ide dan tak tahu harus ngomong apa lagi?
Mondy sedikit menunduk, mengernyit menunggu Cindy bicara.
Tatapan matanya seolah berkata, "Ada apa ya? Bukannya tadi Lo manggil?"Sementara Cindy malah makin terpana dan hanya melongo menatap Mondy tak berkedip.
Mondy yang buru-buru pulang karena ada urusan segera beranjak yang membuat Cindy kaget karena ditinggalkan begitu saja."Eh... Mon. Mondy!" panggil Cindy.
Mondy menghentikan langkah dan menoleh.
"O iya Cin. Titip pesan ke Raya ya? Helm-nya masih di Gue!"
"Maaf, Gue duluan ya?" Mondy tersenyum dan kembali balik badan melangkah pergi.
Cindy hanya bisa melongo menatap pasrah punggung Mondy.Meski kecewa, Cindy cukup puas akhirnya bisa bertemu dan berbincang berdua, meski hanya beberapa detik.
"Kenapa mesti Raya lagi sih???" batinnya penuh emosi.
"Jangan-jangan Raya emang sengaja meninggalkan helmnya, biar ada alesan ketemu Mondy lagi. Hm..." kesal Cindy.
--Nah, lo! Orang kalo jatuh cinta suka membabi buta kan pikirannya? Apalagi kalo cemburu, pasti bawaannya suuzon mlulu.--
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARA CINTA dan PAPA (sudah CETAK)
Fiksi PenggemarTelah tersedia Versi cetak di bukalapak, tokopedia atau DM Author. 18+ RAYA-MONDY, Saat menjadi pasangan, mereka serasi. Tapi tak selalu demikian adanya. bagaimana jika perjalanan mengharuskan mereka memilih antara Cinta dengan sang Papa, sumbe...