Zhou mengupdate story weibonya, sekedar pesan tersirat untuk Hun bahwa ia masih di pesta. Sekitar jam 00.30 tamu sudah mulai sepi. Yah Li Hao mengundang DJ amatir sepertinya, yang tidak bisa mempertahankan tamu lebih dari tengah malam. Sebetulnya Zhou sangat bersyukur sih, dengan itu ia bisa pulang lebih awal dan segera menghabiskan sisa suasana ulang tahunnya bersama Hun.
"Wei Zhou!" Li Hao berlari kearah Zhou. Mukanya terlihat panik. "Kenapa Hao?" Tanya Zhou bingung. Zao mengatur nafasnya perlahan "Tamu spesial untukmu di rooftop! Cepat sana temui dia!" Hao mendorong Zhou keluar dari balkon.
Tamu spesial? Hun kah? Lalu apanya yang spesial? Bukan hal yang aneh apabila Hun datang ke ulang tahunnya meskipun ia dilarang bukan? Zhou miliknya, siapa yang berani melarang?
Pintu lift terbuka, Zhou mencari sosok 'tamu spesial'nya itu. Jelas ada disini dengan helikopternya yang terparkir rapi di tanda H. Siapa kenalannya yang rela mengendarai helikopter hanya untuk bertemu dengannya?
"Lama tidak bertemu ya, Wei Zhou" suara dari belakang Zhou mengagetkannya, jelas sekali ia tahu persis suara ini. Zhou segera berbalik ke asal suara "Huang Jing Yu! Ah...wow...tapi bagai—"
"Yah, ini lumayan gampang rupanya. Di darat ada media, di udara terlalu jauh diliput, dan kurasa aku tak perlu menyebrangi lautan untuk bertemu denganmu sekarang bukan?" Jing Yu terkekeh pelan, sudah lama sekali sejak terakhir kali ia menggoda mantan partnernya itu "Kamu tidak banyak berubah" Ia berjalan mendekati Zhou.
"Kamu juga." Zhou tersenyum senang. Bagaimana tidak? Ini si boss Huang itu! Ia tidak pernah mendengar kabar Jing Yu dari orangnya sendiri, selalu dari media. Bahkan mereka dilarang berhubungan di internet juga. "Jadi, kamu habis darimana?"
"Guangzhou". Zhou tertawa "Dimana kamu menyewa ini? Aku tersanjung kamu sengaja menemuiku dari Guangzhou" Zhou naik ke helikopter "Bahkan menyewa helikopter hanya untuk hadir di ulang tahunku"
"Yah, ini bukan hal besar sih. Ini properti syuting sebenarnya." Jing Yu berdiri di depan pintu helicopter "Kau tahu kan dramaku yang baru itu tentang perang? Jelas saja heli seperti ini dengan mudah kupinjam tanpa uang"
Zhou jongkok di kokpit pilot sehingga wajahnya sejajar dengan wajah Jing Yu "Sayang sekali, padahal aku baru saja bernostalgia menjadi Bai Luo Yin" Zhou tersenyum kecewa.
"Dan aku akan selalu menjadi Gu Hai-mu, Yinzi" Jing Yu mencubit pipi Zhou gemas "Hentikan senyummu itu, aneh rasanya setelah dua tahun tidak melihatmu"
Zhou menatap wajah Jing Yu teliti. Ah, alis tebal yang selalu membuat Zhou iri, bentuk wajah yang manly. Partnernya, Gu Hai miliknya. Sahabat terbaiknya. "So, bawa apa untukku? Kau tidak lupa bawa hadiah kan?" mata Zhou bersinar menunggu kado dari tamu spesialnya, berharap kadonya spesial juga tentunya.
Jing Yu mengeluarkan kotak merah kecil berbentuk persegi panjang "Bukalah" Zhou antusias membuka kotak itu dan isinya... "Kosong?" ia cemberut menatap Jing Yu "Ada hadiah lain kan?" tagihnya tak percaya.
"Hahahaha itu hadiahmu Zhou. Tidak ada hadiah lain yang ku siapkan" Jing Yu berfikir sebentar "...kecuali kehadiranku ini, kalau kau menganggapnya sebagai hadiah" ia tersenyum jahil.
Zhou memukul pundak sahabatnya kesal "Lalu maksudmu memberiku hadiah kosong ini apa?"
"Hiruplah" perintah Jing Yu. Zhou ragu-ragu mendekatkan kotak itu ke hidungnya "Sudah. Lalu?" ia masih tidak mengerti apa istimewanya ia bernafas di kado itu?
"Kamu sudah menikmati hadiahku." Jing Yu menahan tawanya "Dan hadiah apa itu...?" Zhou masih bertanya-tanya "Udara Guangzhou. Kamu tidak bisa menghirup udara Guangzhou di Beijing bukan?" Jing Yu tertawa keras. Leluconnya sukses besar.
"Benar-benar sialan kau!" Zhou turun dari helikopter dan memukul Jing Yu. "Hei hei aku benar kan? Hahahahaha" Jing Yu berlari menghindar pukulannya Zhou. Ya mereka kejar-kejaran di rooftop sekarang.
"Kupikir hadiahmu spesial karena kau juga datang dengan cara yang spesial!". Jing Yu menangkap lengan Zhou ketika ia ingin memukul kepala Jing Yu. Jarak mereka dekat sekali "Memangnya kamu tidak merasa spesial?" Tanya Jing Yu memancing Zhou memahami maksudnya.
"Karena apa? Kehadiranmu iya, tapi kadomu tidak" Zhou masih teguh pada kekecewaannya.
"Coba pahami ini, aku datang dari Guangzhou dengan helicopter dan membawamu udara Guangzhou. Tak terpikirkah olehmu kalau aku mengantarkan udara itu dengan penuh pengorbanan? Kau menerima kado dari pengorbananku yang berharga Zhou!" lagi-lagi Jing Yu mencubit pipinya.
"Aaah terserahlah" Zhou melepaskan tangannya dari genggaman Jing Yu. Mereka duduk di kursi sekarang, lelah berlarian. Sudah lama mereka tidak bermain seperti ini.
Jing Yu melirik cincin emas yang berkilau di jari manis Zhou "Cincinmu bagus"
Zhou menyentuh cincinnya "Yah...terimakasih" ucapnya standar
"Hun menjaga sahabatku dengan baik rupanya" Jing Yu tertawa datar "Kau berniat mempublikasikannya?"
Zhou menghela nafas "Aku belum buat keputusan soal itu..." ia menatap langit yang semakin tertutup awan "Orang-orang juga tidak banyak bertanya soal kehidupan cintaku. Mungkin karena aku selalu aktif bekerja sana sini sehingga mereka paham bahwa aku tidak punya waktu untuk hal seperti itu hahaha"
"Beruntung bagimu kalau begitu" Jing Yu tersenyum senang pada Zhou "Hun marah tidak kalau ia tahu kau sedang berduaan denganku?"
Zhou tertawa renyah "Tidak tidak. Dia bukan pencemburu. Mungkin kalau ia ada saat ini dia akan bertanya tentang hal-hal memalukanku padamu, lalu mengejekku habis-habisan hahaha"
Semakin larut udara semakin dingin, terlebih mereka berada di rooftop. Mereka sama-sama menatap langit, menikmati suhu maupun cahaya di sekitarnya bagai menghormati kesunyian yang sengaja mereka ciptakan untuk sekedar sama-sama sadar, bahwa raga mereka akhirnya bertemu.
Zhou memang tidak pernah jatuh hati sekalipun pada Huang JingYu. Sekalipun mereka beradegan intim, tidak pernah. Ia sangat senang apabila JingYu memperdulikannya lebih, dan partnernya itu sering melakukannya. Memberi Zhou extra perhatian sehingga ia beranggapan, sahabat mana lagi yang rela berbuat apapun untuk dirinya? Tidak ada. Pada dasarnya Zhou memang suka menjadi perhatian utama, tapi tidak untuk membalas perhatian itu. Ia hanya suka menjadi penikmat.
Jing Yu sendiri menganggap Zhou sebagai sahabat yang selalu bergantung padanya. Ia memang suka menjadi tumpuan, menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain. Jing Yu juga tidak mengharapkan balasan, hanya gemar membantu. Dan Zhou, selalu butuh bantuannya. Zhou perhatiannya. Meskipun ia tahu Zhou tidak akan membalas jasanya, ia tetap setia memperdulikan Zhou. Seperti Gu Hai, ia mencintai Zhou dengan segala keegoisannya.
Jing Yu berdiri di depan Zhou. Zhou mendongak menatap Jing Yu, menduga-duga apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Pipi Zhou memang menjadi bagian favoritnya, terutama tulang pipinya yang tak tahan ingin selalu ditarik, menggemaskan. "Ayo kuantar kau pulang ke Hun..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerly, Ling Hun.
Ficção AdolescenteDua tahun setelah mereka berpisah, tepat di hari ulang tahun Wei Zhou. Siapa yang menyangka bahwa Zhou tidak lagi bersama JingYu? Siapa Han Ling Hun? Bagaimana bisa, couple yang dipuja seluruh penggemar web series addicted, berakhir kandas? Terlebih...