Dihukum Bersama

163 5 0
                                    

"Dihukum pun gue rela asal bisa deket sama loe"

--Dylan Gunawan--

"Selamat pagi anak-anak?" tanya bu Riska.

"Selamat pagi bu." jawab murid serentak.

"Segera kumpulkan tugas fisikanya di depan!" ucap bu Riska dengan tegas dan tatapan yang tajam setajam silet.

"Mampus gue, Din bentar dong, belom selesai nih." ucap Nindi sambil menulis salinan dari buku Dinda.

"Cepetan dong, bakal dihukum nih kalau ketahuan." kata Dinda dengan panik.

"Eh, iya bentar nanggung dikit lagi Din." ucap Nindi sambil mempercepat goresan tinta di atas buku fisikanya.

"Sedang apa kalian? Apa saya mengajari kalian untuk saling mencontek?" Tiba-tiba suara bu Riska mengagetkan Dinda dan Nindi.

"Mampus gue, kita ketahuan nih." bisik Nindi pada Dinda.

"Loe sih, kelamaan jadi ketahuan kan." ucap Dinda jengkel.

"Ya sorry deh." Tukas Nindi.

"Kalian berdua ngapain malah ngobrol? Ayo sekarang keluar, ibu hukum kalian untuk hormat bendera sampai jam kedua!"

"Tapi bu..." ucap Nindi dan Dinda serentak.

"Cepat laksanakan apa hukumannya akan ibu tambah!"

"Baik bu, sekarang bu?" tanya Nindi polos.

"Ya sekarang masak tahun depan!" Bentak bu Riska.

Dinda dan Nindi segera keluar dari kelas menuju halaman sekolah. Meraka berdiri di depan tiang bendera. Cuaca hari itu tidak bersahabat. Meskipun hari masih pagi tapi matahari terasa begitu teriknya dan membuat keringat Dinda dan Nindi bercucuran.

Dylan tanpa sengaja melihat Dinda sedang dihukum. Dylan merasa iba dan kasihan melihatnya sangat kepanasan dan kelelahan.

Kasihan Dinda, pasti dia kepanasan tuh.

"Bruug...duar..."

Dylan menendang bola dengan kencang dan mengenai kaca jendala ruang guru dan membuatnya retak. Guru-guru berlarian untuk melihat apa yang terjadi.

"Siapa yang menendang bola sampai kaca jendelanya retak?" tanya pak Broto dengan geram.

"Saya pak." jawab Dylan santai.

"Kamu lagi, kamu lagi. Kapan sih kamu itu berhenti membuat keonaran di sekolah. Kalau saja bapak kamu itu bukan..."

"Donatur terbesar di sekolah ini? Maksud bapak gitu kan?" ucap Dylan sebelum pak Broto meneruskan perkataannya.

"Sudah-sudah, sekarang kamu bapak hukum hormat bendera di halaman sekolah!" perintah pak Broto.

"Baik." jawab Dylan.

Sebenarnya alasan Dylan menendang bola adalah supaya ia bisa dihukum dan bisa bersama Dinda.

Dylan segera berlari mendekat ke arah Dinda.

"Dihukum?" tanya Dylan.

Dinda menoleh dan melihat Dylan sedang berdiri di sampingnya. Segera Dinda memalingkan wajahnya lagi.

"Menurut loe?" ucap Dinda ketus.

"Mau minum nggak? Gue ada nih," Dylan menyodorkan sebotol air mineral kepada Dinda.

Dinda melirik sebentar ke arah botol air mineral dan meneguk air liurnya. Ingin rasanya ia mengambil air itu dan segera menenggaknya, namun ia merasa jaim dan menahan rasa hausnya yang sangat.

"Buat gue aja airnya kalau Dinda nggak mau." celetuk Nindi seraya merebut botol air meneral tersebut dari tangan Dylan.

"Apa-apaan sih loe Nin, bikin malu aja." bisik Dinda.

"Orang gue haus kok, ya gue minum aja. Loe nggak mau nih?"

"Gue nggak mau minum air dari orang munafik, Nin." Seru Dinda seraya melirik ke arah Dylan.

"Yaudah gue minum ya, loe beneran nggak mau kan?"

"Nggak, loe minum aja sepuasnya, tapi jangan anggep gue sahabat loe lagi."

Glek...glek...
Nindi menenggak minuman tersebut dan membuat Dinda jengkel setengah mati.

"Ih, kok loe minum sih Nin?"

"Gue beneran haus Din, gue nggak mau mati konyol di sini gara-gara dehidrasi, sorry gue harus korbanin persahabatan kita, hehehe..."

Dylan terkekeh mendengar jawaban Nindi.

"Apa loe ketawa-ketawa?" tanya Dinda ketus.

"Gue kagum aja sama kesetiakawanan temen loe." jawab Dylan.

***

Panas matahari semakin terasa menyengat kulit. Beberapa kali Dinda mengusap dahinya yang penuh dengan butiran keringat. Dylan sebenarnya ingin membantu Dinda namun sikap Dinda yang masih dingin terhadapnya membuat ia mengurungkan niatnya.

Dinda tidak kuat lagi, wajahnya pucat, kepalanya mulai pusing dan matanya berkunang-kunang, badannya pun menjadi tidak seimbang.

"Brugg"

Badan Dinda terjatuh ke tanah.

"Dinda!" teriak Dylan saat mengetahui Dinda jatuh pingsan.

"Dinda, bangun Din. Loe kenapa?" Kata Nindi panik.

Dylan segera mengangkat tubuh Dinda dan menggendongnya untuk dibawa ke ruang UKS.

"Dinda, bertahanlah. Nggak akan terjadi sesuatu sama loe, ada gue disini." Bisik Dylan.

***

Sesampainya di UKS Dinda segera dibaringkan di kasur dan mendapatkan penanganan dari petugas.

"Tenang, tidak ada sesuatu yang serius pada Dinda, dia hanya dehidrasi saja dan kelelahan karena hukuman itu. Sebentar lagi juga sadar." kata petugas UKS.

"Terimakasih kak, kira-kira berapa lama Dinda akan sadar?"

"Kamu tunggu saja disini, sebentar lagi Dinda juga sadar. Saya tinggal sebentar ada anak kelas lain yang jatuh dan terluka, jadi harus saya tangani."

"Iya kak, tenang aja. Eh Nin, loe balik aja ke kelas, bilang sama guru loe kalau Dinda pingsan dan nggak bisa lanjutin pelajaran."

"Iya, Dy. Nitip Dinda ya, kabarin gue kalau Dinda udah sadar."

"Ok, gue bakal hubungin loe kalau Dinda udah sadar."

Nindi meninggalkan ruang UKS dan menuju ke kelasnya. Dylan menunggui Dinda di samping tempat tidurnya. Dylan menggenggam erat tangan Dinda.

Din, cepat sadar ya. Gue mau lihat senyum loe lagi.

Terimakasih sudah membaca
Kira-kira apa yang akan terjadi dengan Dylan dan Dinda ya?
Apa kabar juga sama Randy?
Tunggu kelanjutannya ya...

Because of You [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang