PROLOG

41 6 4
                                    

Seorang gadis kini tengah berlari diantara ramainya kota dengan wajah yang sangat cemas. Berkali kali pula ia melirik arloji di pergelangan tangannya, memastikan masih ada cukup waktu untuknya sampai di tempat yang sangat penting baginya sekarang.

"Excuse me, excuse me," ucapnya kepada orang-orang yang ada di depannya.

Ia mempercepat langkahnya ketika melihat ada sebuah taksi di depan sana. Setelah sampai tepat di samping taksi tersebut, Saras- begitulah ia kerap dipanggil- langsung menyebutkan alamat tujuannya, dibalas dengan anggukan dari sang supir.

Ia pun langsung membuka pintu taksi tersebut, dan duduk di dalamnya. Masih sangat terlihat kecemasan di wajahnya. Ia kembali melirik arlojinya. "Ya Tuhan, sudah lewat 10 menit," ucapnya dengan keringat yang mulai membasahi pelipisnya.

"Semoga dia masih disana."

Kemudian ia bersandar di kursi taksi tersebut. Berusaha untuk tetap tenang, meskipun kini jantungnya berdetak sangat kencang dan keringat terus saja mengalir.

Setelah sampai di tempat tujuannya, Saras langsung memberikan beberapa lembar uang kepada sang supir. "Thank you, Sir."

Ia pun turun dari taksi dan langsung berjalan memasuki gedung di depannya. "Please help me God."

Namun, ketika ia sudah berada di dalam gedung tersebut, ia hanya melihat beberapa orang yang sedang merapikan panggung, kursi-kursi, dan peralatan lainnya.

"Jadi, acaranya sudah selesai," sorot wajahnya kini menunjukkan kekecewaan sekaligus kesedihan.

Namun, bukan Saras namanya jika menyerah begitu saja. Ia pun menghampiri meja receptionist, "Hmm, excuse me."

"Yes, can I help you miss?" Balas receptionist tersebut sambil tersenyum.

"Can I meet with Mr..." belum sempat Saras menyelesaikan pertanyaannya, tiba-tiba....

"Saras,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang