Seorang yeoja dengan warna rambut pirang kehijauan terlihat tengah digendong oleh namja berambut coklat di punggungnya. Namja itu menaiki tangga lalu memasuki kamar bertema 'urakan', urakan dalam arti segala sesuatu ada di kamar itu. Berantakan.
Direbahkannya tubuh ramping yeoja itu, lalu tersenyum kecil.
"Mabuk lagi?" Tanya seorang namja paruh baya di daun pintu.
Namja berambut coklat itu langsung membungkuk 90°. "Ne, sajangnim."
"Anak itu memang susah sekali diatur." Ujarnya lalu melonggarkan dasinya.
"Ah, Bambam"
"Ne?"
"Bisa kau awasi dia? Aku takut dia merusak tubuhnya dengan minuman keras lainnya." Ucap namja paruh baya itu, ah itu perintah.
"Ne, sajangnim."
"Awasi juga Jenny, pastikan ia tidak minum-minuman seperti adiknya."
"Arasho, saj-"
"Panggil ahjussi saja, Bam-ah." Potong namja paruh baya itu sambil sedikit tertawa.
Bambam ikut tertawa. "Aniya, kau adalah boss ku." Ujarnya.
"Kau ini." Namja paruh baya itu menatap sang puteri dengan sendu.
"Ku harap mereka menerima Jisoo sebagai pengganti Ibu mereka." Gumamnya. Lalu keluar dar kamar itu.
Bambam membungkuk. Kemudian matanya melirik yeoja yang baru saja di gendongnya.
"Jalja, Lisa-ya~" Ucapnya tersenyum.
***
Seorang namja terbangun dari tidurnya dengan hanya memakai boxer saja. Matanya mengerjap ketika cahaya matahari masuk ke dalam retina matanya.
"Good Morning!" Sapa seorang yeoja manis di samping tubuhnya. Penampilan yeoja itu tak jauh berbeda dengan sang namja, bahkan lebih parah.
Namja itu tersenyum kecil. "Good morning too, sweety." Jawabnya. Sang yeoja memeluk tubuhnya erat seakan takut kehilangannya.
"Neomu saranghae." Ujarnya.
"Neomu."
"Aku lebih mencintaimu." Ujarnya tanpa ekspresi.
Yeoja itu tak melihat raut wajah sang namja karena ia berada dalam pelukan namja itu.
"Aku sungguh tak ingin kehilanganmu, Hanbin. Akan ku berikan segalanya untukmu jika perlu."
"All?"
Yeoja itu dengan yakin menjawab. "All. Bahkan nyawaku bisa kau miliki."
Namja itu tersenyum tipis. "Chessy sekali kata-katamu, Jisoo."
"Aku tak peduli. Dan jangan cari wanita lain lagi, sekarang aku sanggup untuk memberimu segalanya." Jawab yeoja itu dan semakin mengeratkan pelukannya.
***
Bambam memasuki sebuah kamar. Kamar ini memiliki nuansa lautan. Ini kamar Jenny, saudara perempuan Lisa. Keadaan kamar ini jelas berbeda dengan keadaan kamar yeoja berambut pirang kehijauan itu.
Jennie itu feminim sedangkan Lisa itu tomboy
Jennie itu suka warna cerah tapi Lisa lebih menyukai warna gelap
Jennie itu penurut sedangkan Lisa itu pembangkang
Jennie dan Lisa itu bagaikan langit dan bumi, perbedaan mereka banyak sekali
Jennie itu pendiam tapi Lisa tidak
Karena, Jennie tidak bisa lagi memakai pita suaranya
"Noona, kau sudah bangun?" Tanya Bambam ketika melihat Jennie sudah duduk di ranjang dengan senyuman.
Jennie mengangguk. Lalu ia menggerakan jari-jari tangannya. Bahasa isyarat.
'Good morning, Bambam!'
Bambam ikut tersenyum. "Good morning too, noona. Mandilah, sebentar lagi sarapan." Ujarnya.
***
Hanbin memberikan coklat pada seorang yeoja yang berstatus sebagai adiknya. "Ini coklat pesananmu, Rose."
Yeoja yang dipanggil Rose itu tersenyum. "Gumawo, oppa. Besok bawakan aku Jajjamyeon."
"Baik , Capten." Hanbin mengusak surai adiknya.
"Bagaimana kondisimu?"
"Aku baik, oppa. Dokter berkata bahwa hari ini aku bisa pulang."
Hanbin tersenyum. "Itu terdengar bagus."
Rose mengangguk. "Oppa semalam kemana? Kenapa tidak datang?"
"Oppa bekerja Rose. Di club milik Junhoe oppa, kau ingat?"
"Ahhh, aku lupa. Hehe" Rose terkekeh.
"Oppa, hanya karena biaya rumah sakitku mahal, oppa jangan bekerja terlalu keras, ya? Aku tak mau oppa sakit."
"Arasho, My Rose. Kau juga berusaha, hm? Oppa yakin kau akan sembuh." Ujar Hanbin lalu mengelus pipi adiknya.
"Kau jelek jika tirus begini."
"YAK! OPPA!" Teriak Rose kesal.
Hanbin terkekeh. "Arasho, arasho. Rose cantik." Ujarnya.
Rose mencubit hidung oppanya. "Oppa kan bekerja di club Junhoe oppa, tapi aku tak ingin kau menjadi namja yang suka menjual tubuh kep-"
"Sst! Darimana kau tahu hal semacam itu, eoh? Pasti bajingan itu yang meracuni fikiran mu kan? Argh. Dasar Junhoe kepar-"
"Oppa jangan mengumpat! Ini rumah sakit. Lihat, pasien-pasien itu melirik kita."
Hanbin nyengir. "Kau tenang saja Rose, oppa bukan tipikal namja seperti itu." Jawab Hanbin sambil menuntun Rose menuju kamar pasien nya.
"Tapi, apa gajimu sangat besar menjadi seorang bartender? Biaya rumah sakitku tak sedikit, oppa. Tapi, selama ini kau selalu bisa membayarnya."
Hanbin dengan tersenyum menjawab. "Oppa punya pekerjaan lain selain itu dan pekerjaan itu bisa memenuhi kebutuhan kita lebih dari cukup."
"Apa? Kau bekerja sebagai apa?" Tanya Rose penasaran.
Hanbin tiba-tiba mencubit pipi adiknya. "Kau tak perlu tahu, Rose. Yang oppa fikirkan hanyalah kesembuhanmu." Ujar Hanbin.
"Jja, sekarang tidurlah."
Rose merebahkan tubuhnya. "Arasho, aku akan sembuh agar oppa tidak bekerja keras lagi." Ujarnya tersenyum.
"Jalja, Hanbin oppa~"
"Hm. Jaljayo, Rose~" Hanbin mengelus kembali surai adiknya.
"Oppa menyayangimu."
***
-To be continued-
Adakah yang penasaran dengan cerita gue yang satu ini? #hope
Gue harap kalian jawab 'aku sih iya' 😂
Voment 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
ZESTFUL - HANLIS
FanfictionHanbin bekerja dengan sangat semangat juga penuh gairah. Hal itu dirinya lakukan demi pengobatan adiknya yang sangat ia sayang. Tak pernah punya hati untuk para wanita yang ia layani. Lisa hobby menghambur-hamburkan uang dan suka memerintah kepada s...