Tante Shinta : Tenang aja,pagi ini tante sama Zidan dan Rere yang jaga. Kamu kerja aja. Kalau ada apa-apa nanti tante kabari
Hari libur telah usai. Cuti bulan madu pun sudah habis. Saatnya untuk pengantin baru kembali bekerja. Nabila menghela nafas sedikit lega membaca pesan tantenya, setidaknya ayah tidak sendirian dirumah sakit. Om Helmi dan saudara yang lainnya memutuskan untuk masih stay di Jakarta. Untung saja om Helmi pengusaha, jadi dia tinggal telpon ajudannya, perusahaan pun beres.
“Kamu yakin mau masuk? Aku bisa telpon Dito kok, minta cuti beberapa hari lagi.” celetuk Bram keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk melilit dipinggang. Atas badannya yang bidang terlihat meneteskan air. Nabila mengusap mata beratnya yang memang akhir-akhir ini susah tidur, dan melanjutkan pekerjaannya membereskan tas kerja.
“Nggak usah, mas. Nggak enak. Udah seminggu libur juga. Kasian pak Dito, nggak ada yang backup datanya.” setelah tas kerjanya selesai, Nabila beranjak untuk menyiapkan pakaian kerja suaminya. Bram melihat semua itu. Dan rasanya menyejukkan, sudah ada istri yang melayani, memilihkan baju.
“Ya kan kamu bisa kasih alasan ayah sakit.”
“Kalau ayah tau, aku pasti malah dimarahin bolos gara-gara dia. Toh dirumah sakit ada tante. Habis pulang kantor, nanti langsung kesana ya?”
Bram mencium kening Nabila sayang dan menerima pakaian yang diberikan.
“Oke.”***
“Nabila, kamu masuk?” sapa Dito pertama kali setelah satu minggu. Nabila tersenyum canggung. Entah kenapa sesampai dikantor, kepalanya mendadak pening. Mungkin sindrom masuk kerja.
“Iya, pak.”
Dito memandangi Nabila skeptis dan ada tatapan sedikit prihatin. Dia tahu kalau ayahnya Nabila masuk ICU. Bram baru saja me-whatsapp.
“Kamu boleh kok kalau izin tiga-empat hari lagi.”“Seminggu sudah cukup, pak. Pekerjaan saya nanti tambah menggunung.” tolak Nabila halus.
“Ya kalau masih ada urusan genting kan nggak papa. Ya udah, terserah kamu. Tapi kalau kamu izin, nanti biar saya approve.”
Nabila mengangguk sopan, merasa menjadi tak enak. Memang Nabila siapa bisa keluar masuk kantor sesukanya.
“Terima kasih, pak Dito.” Dito mengangguk dan masuk ke ruangannya. Nabila langsung duduk dan memijit keningnya. Pusing kian menjadi. Dia mencoba meminum air putih banyak-banyak dan memakan pisang. Tidak berani minum obat pusing, takut ngantuk.Selama satu jam, Nabila terus mencoba fokus menginput laporan walaupun dengan kondisi kepala yang nyut-nyutan. Mencoba mendengarkan Arinka atau Wisnu rekan kerjanya yang menerangkan beberapa data, dan juga menyimak poin-poin penting saat meeting. Hari ini Nabila super sibuk karena pekerjaan selama beberapa hari ia tinggal. Jadi Nabila harus menyelesaikan satu-persatu.
Ketika sekitar jam setengah dua belas, pintu kantor firma Dito terbuka. Arinka terkejut dan tersenyum lebar saat yang datang bukan klien. Melainkan Bram dengan senyum tampannya, walau terlihat lelah juga.
“Waduh, pengantin baru kelihatan ngantuk. Lembur terus nih ye.” goda Arinka terkekeh. Begitu juga beberapa teman kerja yang lain menyapa Bram. Lelaki itu tertawa kecil. Padahal dia lembur bukan karena lembur pengantin baru, tapi menjaga ayah mertua dan juga Nabila.
“Selamat ya, pak Bram. Semoga samawa. Cepet dapet turunan.” kata mereka satu persatu menyalami Bram. Pria itu menyambutnya jumawa. Lalu melirik ke ruangan dalam. Istrinya itu nampak tidak terlihat.
“Nabila lagi dimejanya, pak. Masih kerja.”
“Jadi kesini nyamperin istri nih?”
“Nabila sama kaya bapak. Kayak kurang tidur gitu hahaha.” disoraki begitu Bram langsung malu bukan main. Pipinya sedikit memerah. Lalu dia pamit untuk masuk ke dalam. Para bawahan Dito tersebut mempersilahkan dan mereka kembali bekerja. Saat Bram masuk melewati dinding berwallpaper mewah ala kesukaan Dito, disitulah istrinya tengah bekerja. Fokus pada layar komputer,sampai-sampai ada yang datang saja tak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECTLY IMPERFECT
RomanceSummary Ketika sang Mama sudah mendesak beberapa kali supaya Bram segera membawa calon istri, Bram harus kebingungan mencari wanita yang benar-benar nyata untuk dijadikan pendamping hidup lelaki itu sekali seumur hidup. Ia harus melihat bibit, bebet...