(31) Thirty First

404 17 2
                                    

Just vote and give your comment about this part :)

Enjoy 💞

***

Author POV

"Excuse me.."

Affan mendongak disusul sepasang mata yang membulat saat bertaut dengan mata milik wanita tersebut.

"Nice to meet you, Affan," sambungnya sembari mengulum senyum.

Wanita itu memilih untuk duduk di samping Affan. Menikmati dinginnya angin malam sangat tidak bagus untuk kesehatan dirinya yang hanya mengenakan tosca blouse lengan pendek dan rok hitam selutut.

"Aku harus pulang," ujar Affan yang kemudian bangkit dari tempat duduk, namun dicegah oleh sang wanita.

"Kenapa buru-buru, Affan? Sudah lama kita tidak bertemu. Aku merindukanmu," ucap wanita tersebut yang dihadiahi tatapan jijik dari Affan.

"Sial sekali hari ini bagiku!" umpatnya.

"Justru ini adalah keberuntungan bagiku," balas wanita yang tak tahu malu itu.

"Pulanglah, Bee! Jangan muncul di hadapanku lagi!"

"Kau pasti berharap Zamo yang menyapamu, kan? Kau hanya bisa menggerutu saat tahu bahwa akulah yang duduk manis bersamamu," sindir Belinda yang tepat sasaran dan membuat Affan tak berkutik.

"Namanya rumah tangga pasti ada masalah yang menimpa. Jangan jadi benalu dalam kehidupan mereka, Affan. Zamo juga tak sudi menerimamu lagi. Lihat ada aku yang masih single."

"Apa yang kulakukan bukan urusanmu!" Affan bangkit untuk kedua kali dan melangkah menghindari sang wanita penggoda yang semakin mengacaukan moodnya.

"The game is start, Affan," batin Belinda disertai senyum khasnya.

***

Sebenarnya hari ini bukanlah hari libur saat worknya menumpuk. Affan butuh ketenangan dari segala rutinitas yang membuatnya lupa untuk memerhatikan diri.

Setelah keluar dari kamar mandi, Affan memilih outfit mana yang akan ia pakai pagi ini dengan handuk putih yang melilit sempurna dari pinggang hingga sedikit di bawah lutut. Rambutnya masih basah dibuktikan dengan setiap tetes yang jatuh.

Lari pagi adalah kegiatan yang bagus untuk melepas stresnya. Affan mengambil jalur di luar apartemen yang tidak terlalu ramai ketika pagi berselang. Udara cukup terasa asri dan membuatnya mulai berpeluh, padahal baru 15 menit ia berlari.

"Aduhh!"

Sumber suara terdengar dari arah belakangnya. Dia tak tahu secara pasti alasan orang itu merintih kesakitan dan memutuskan untuk berbalik badan. Akhirnya, mata Affan langsung tertuju pada sesosok wanita yang terjatuh di trotoar.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Affan sembari menghampiri wanita itu.

"Kakiku terkilir. Ahh, sakit sekali!" pekiknya dan mendongak mendapati wajah tampan Affan.

"Zamo.." gumam Affan tak percaya.

Wanita yang bernama Zamo tersebut melupakan rasa sakit kakinya sejenak. Dia pun tak percaya pagi ini berpapasan dengan pria yang seharusnya ia jauhi.

"Pergilah! Aku bisa berdiri sendiri," usir Zamo yang mencoba bangkit. Sayangnya, kepura-puraan yang ia lakukan dengan cara sok kuat malah mudah terbaca oleh Affan.

"Apa kau yakin? Baiklah, aku duluan," ujar Affan acuh dan hendak pergi, walaupun tak tega meninggalkan seorang wanita yang kesakitan. Apalagi jika itu Zamo.

Perfect StormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang