Day – 3
Semua berjalan baik pada awalnya, atau setidaknya begitulah menurutku.
Ayahku selalu pergi bersama dengan Nyonya Min, tentu saja karena Nyonya Min mengikuti pelatihan yang sama dengan Ayah. Mereka akan keluar rumah setelah jam 9 pagi, dan akan kembali setelah jam 8 malam.
Jujur, aku sedikit berharap Yoongi mau sedikit saja bicara padaku dan mengajakku jalan-jalan. Bagaimanapun ini adalah kali pertamaku di Daegu dan aku tidak kenal siapa-siapa disini. Kedua orang tuaku tidak punya saudara di Daegu.
Namun apa yang kulihat sekarang?
Min Yoongi, lelaki yang aku tau ternyata lebih tua satu tahun dariku, sedang duduk dan bermain game karpet ruang tamu, tidak bergerak sedari kedua orang dewasa pergi dari rumah.
Dan sekarang waktu sudah menunjukan jam makan siang yang artinya, SUDAH TIGA JAM YOONGI TIDAK BERGERAK DARI TEMPATNYA.
Aku bisa gila jika harus menetap dirumah! Aku butuh jalan-jalan!
Aku menyerah, menunggu Yoongi sama saja menunggu tanggal 30 untuk muncul di kalender februari. Maka dari itu aku memutuskan untuk mengambil tas dan ponselku dikamar, hendak pergi keluar rumah sebelum ia memanggilku dari ruang tamu.
"Mau kemana?"
"Keluar. Aku bosan."
Dan bodohnya aku berpikir bahwa ia akan menghentikan aktivitasnya dan berjalan ke arahku untuk ikut pergi jalan-jalan. Namun pria bodoh ini malah naik ke salah satu sofa panjang, dan memeluk bantal sebelum akhirnya pergi tidur.
SUNGGUH, AKU BERSYUKUR AKU TIDAK PUNYA SAUDARA SEPERTINYA.
Saking kesalnya, aku bahkan menutup pintu yang bukan pintu rumahku dengan keras. Dan pergi tanpa arah tujuan yang jelas. Kebodohan lain yang aku lakukan adalah, nekat pergi dengan bus umum yang ada disana, tanpa tau akan berhenti dimana.
Hingga akhirnya bus itu membawaku pada tujuan akhir ke sebuah taman yang tidak terlalu terurus, namun masih memiliki bunga-bunga indah disekitarnya, pinggiran taman itupun masih dialiri sungai yang jernih, menandakan taman ini jarang dikunjungi oleh banyak orang.
Pemandangan langka ini mengundangku untuk berfoto, dan melakukan banyak hal seperti ikut memancing dengan beberapa orang tua di sungai, ikut bermain dengan anak-anak kecil di ayunan, hingga tertidur di bawah pohon sampai seseorang petugas membangunkanku di saat matahari hampir terbenam.
"Maaf, sebentar lagi kami akan tutup."
Aku mengangguk, dan mencoba pergi dari sana dengan keadaan setengah sadar. Hingga akhirnya mataku benar-benar terbuka seutuhnya saat menyadari bahwa, aku lupa berada dimana, dan pergi kesini dengan bis apa.
"Sial!"
Dan kebodohan berikutnya yang dilakukanku hari ini adalah, aku tidak pernah repot-repot bertanya dimana alamat rumah Yoongi.
Jung Hoseok, seorang remaja laki-laki berumur 17 tahun yang tersesat sendirian di Daegu.
Untungnya, aku cukup berpikir jernih untuk menelpon ayahku.
"AYAH! AKU TERSESAT DAN TIDAK TAU BERADA DIMANA SEKARANG!"
Ayahku berpikir aku pergi keluar dengan Yoongi, karena terakhir kali aku berpamitan pada ayah di telepon aku bilang akan keluar rumah, dan mereka mengira Yoongi akan ikut.
"Aku sudah mencoba menghubungi Yoongi, tapi tidak diangkat."
Hingga ayahku menghubungiku untuk kedua kalinya, ia membawa kabar lebih buruk bahwa Yoongi juga tidak tau ada dimana, sehingga ia tidak bisa membantuku untuk pulang.
Aku sangat takut hingga hampir menangis, taman ini ternyata menjadi sangat seram dimalam hari, dan tentu saja aku takut jika ular dan mahluk-mahluk aneh bermunculan dari balik semak. Karena faktanya, aku sangat membenci ular.
Beberapa saat kemudian, aku melihat semak-semak itu bergerak sendiri, padahal musim panas tidak menyebabkan frekuensi angin yang besar. Aku tidak mau tau dan tidak akan pernah mau tau apa yang ada dibalik semak itu, hingga akhirnya aku memutuskan untuk segera naik bus yang baru saja sampai di halte dekat taman itu dan berharap bus ini membawaku pada tujuan yang benar.
Aku cukup lama tertidur di dalam bus, hingga lagi-lagi aku sampai pada pemberhentian terakhir yang sangat jelas bukan halte tempat dimana aku naik bus tadi siang. Halte ini sangat ramai, dan banyak sekeli bus lain yang berlalu lalang hingga membuat kepalaku mau pecah.
Semua bus berukuran sama, dengan warna yang sama dan kode bus yang berbeda-beda. Bagaimana aku bisa pulang jika begini? Karena matahari sudah sepenuhnya terbenam dan waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke kedai makanan dekat sana dan membeli apapun yang bisa aku makan.
Walaupun hanya ramen, tapi aku berani bersumpah ini adalah ramen terenak yang pernah aku makan seumur hidupku. Atau mungkin karena aku sangat lapar ya, ternyata tersesat di tengah kota Daegu tidak buruk.
Selesai makan malam itu, aku memutuskan untuk berjalan di trotoar, berharap menemukan seseorang yang mungkin aku kenal, gila memang. Bagaimana aku menemukan seseorang yang aku kenal disini?
"Ketemu."
Aku menoleh kebelakang, dan menemukan lelaki itu berada di hadapanku.
Min Yoongi.
Ia tengah berjongkok karena letih berlari, apa dia mencariku sampai seperti itu?
Aku tidak dapat menembunyikan raut wajah senangku hingga aku hampir menangis. Sangat bersyukur aku membawa tas hari itu hingga aku bisa menutup wajahku yang sudah mengeluarkan air mata dengan tas itu. Kurasa salah satu sifat turunan dari ayahku yang terlalu perasa menurun padaku. Aku memang mudah tersentuh dengan hal-hal kecil.
Tak lama ia bangkit, masih dengan wajah tidak niat hidup yang selalu ia pasang, dan berjalan melewatiku, "Let's go home together."
Aku tersenyum dan mengikutinya dari belakang, dan malam itu beberapa kembang api di bunyikan tanda selamat datang untuk musim panas di Daegu. Dan kembang api itu menjadi saksi bisu kami yang berjalan beriringan hingga menuju rumahnya.
Dan pada hari itu aku mulai memahami,
Bahwa Min Yoongi tidak seburuk yang aku bayangkan.
YOU ARE READING
Our Last Summer || SOPE [COMPLETED]
Short StoryHIGHEST RANK #534 IN SHORT STORY [11.11.2017] -Agust 27 Year 11- Musim panas berakhir di Daegu hari itu. Hujan pertama setelah 86 hari, turun deras bersama air mataku. Kau tidak datang hari itu, kau tidak mengantar kepergianku. Dan hari itu adalah...