ITB

82 2 2
                                    

Kala itu aku nggak tau apa yang harus aku lakukan. Aku nggak tau apa yang menjadi tujuan hidup aku. Aku nggak tau apa yang menjadi passion aku. Semuanya terasa sangat membingungkan, aneh, dan sulit.

Gagal berkali-kali membuat aku gabisa berfikir panjang akan hidup aku sendiri. Yang ada difikiran aku hanyalah keluh kesah, cape, dan putus asa. Tapi, aku punya orang tua yang selalu support terhadap apa yang aku alami saat menghadapi kegagalan.
Bapak aku yang pengen nya aku sukses di bidang pendidikan, ibu aku pengen aku sukses di bidang keagamaan. Keduanya ya memang harus aku lakukan. Perlahan berjalan~

Siang bolong yang panas, disertai angin sepoi-sepoi menggerakkan seluruh ranting pohon mangga depan rumahku. Ibu sedang didapur mengiris wortel. Aku menghampiri ibu dan bertanya "masak apa bu?" "masak sop buat sore" jawabnya. "Bu, ngaji itu sore tah?" tanyaku lagi dengan imbuhan kata di akhir ciri khas orang Cirebon. "Iya sore sama maghrib, kamu sana ngaji lagi biar ngajinya bener". Jawabnya lagi. Aku hanya terdiam dan berpikir untuk mengaji atau tidak.
Keesokkan harinya aku masih dalam proses berpikir karena aku ini punya jadwal melatih basket adik kelas disekolahku alias asisten pelatih. Jadi, aku masih belum bisa memutuskan untuk berhenti melatih atau mengaji.
Perlahan aku coba bagi waktu, dalam satu minggu waktu sore aku 2 kali ngelatih, sisanya buat mengaji. Hanya baru beberapa hari aku mengaji, aku dikagetkan dengan suasana mengaji yang sangat baru aku alami seumur hidupku selama 17 tahun. Yaitu mengaji kitab. Hmm namanya juga pondok pesantren jadi yaa harus mengaji kitab. Kitab isinya huruf arab gundul, dibaca make bahasa jawa klasik. Kata salah satu guru ngaji ku, Umi, kalo sudah bisa baca kitab itu nikmatnya luar biasa. Dibenak fikiranku aku berfikir senikmat apa sih baca kitab? Yang kalo aku liat saja mata sudah siwer-_-.
Hari demi hari aku lewati dengan mencari Ilmu agama dengan mengaji kitab, sesuai keinginan ibu kalo aku harus bisa berhasil dibidang keagamaan. Dan, jadwal ngelatih basketku dihilangkan, alias aku tidak ngelatih basket adik-adik kelasku lagi, karena ketagihan mengaji. Jadwal ngajiku pun aku tambah diwaktu ba'da maghrib dan ba'da isya. Disetiap waktu ada jadwal mengaji kitab yang berbeda-beda. Yang paling aku suka adalah ngaji kitab Ushul Fiqh. Yaitu arti Fiqh sendiri adalah faham. Maksudnya faham itu bagaimana caranya kita bisa faham akan sesuatu hukum. Dari mana hukum itu berlaku? dari para mujtahid yang mengerahakan segala fikirannya untuk memutuskan suatu hukum yang berlaku pada kegiatan sehari-hari. Nah, jadi Ushul Fiqh itu artinya asalnya dari hukum. Dimana hukum itu berasal dan dituliskan/dipancarkan melalui dalil atau kaidah. Luar biasa, buanyak sekali yang aku nggak tahu dari kehidupan sehari-hari ku dalam memahami suatu hukum. Kalo nggak hati-hati, yaa ada hukumanya di akhirat nanti, ada juga hukumannya di dunia langsung. Ini yang dinamakan nikmat mencari ilmu, semakin kita belajar, semakin kita nggak tahu. Dan, semakin tinggi ilmu, semakin merunduk seperti filosofi padi.
Beberapa waktu sudah ku lewati dengan mencari ilmu agama, yaitu dimana ilmu agamalah yang bisa membimbing akal manusia untuk bisa menjalankan hidup sesuai dengan fungsinya. Melatih ruh untuk bisa berkomunikasi langsung dengan sang maha pencipta, untuk mencari jalan dalam keadilan dan kebenaran dalam hidup kita di dunia. Karena kita hidup pun perlu bimbingan serta perlindungan, terlebih lagi meminta kekuatan dari sang maha pencipta untuk bisa menjalankan hidup dengan seutuhnya. Because, Life is Study, Life is Struggle, and Life is patient.

Nggak kerasa, aku belajar mengaji dan menghafal Al-Qur'an sudah 6 bulan. Selanjutnya aku punya deadline untuk bisa berjuang lagi dalam bidang pendidikanku sesuai dengan keinginan bapakku. Setelah ujian masuk perguruan tinggi yang pertama gagal, aku masih penasaran dan ingin mencobannya lagi. Kala itu aku memutuskan untuk terus belajar ekstra bersama teman seperjuangan kegagalanku juga. Setiap hari dari pagi sampai sore aku belajar Bab demi Bab dari setiap materi yang diujikan. Singkat cerita, waktu ujian tiba dimulai dari jam 7 pagi hingga jam 12 siang dengan 2 sesi kategori ujian yaitu TPA (Tes Potensi Akademik) dan SAINTEK (Sains dan Teknologi). Aku ngambil saintek karena aku milih PTN yang jurusan nya sesuai dengan materi yang di ujikan. ITB. Iya, Institut Teknologi Bandung. Aku mulai jatuh cinta sama kampus ini setelah melihat film Rudy Habibie yang aktornya si Reza Rahadian memerankan seorang Teknokrat/Bapak Teknologi plus Presiden ke-3 RI yaitu BJ. Habibie. Di film tersebut, aku melihat secara detail perjuangan beliau saat menempuh pendidikan untuk bisa membangun Indonesia. Pesan Ayahnya yang selalu di ingat oleh beliau yaitu 'Kamu harus bisa menjadi mata air rudi, karena mata air keluar itu bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh orang banyak'. Jatuh bangun saat sekolah di Achen, Jerman, dibully, di pukuli oleh teman dari Indonesianya sendiri, gagal mempercayai teman-temannya, hingga suatu ketika beliau jatuh sakit karena TBC tulang. Semuanya untuk Indonesia. Selain Eyang Habibie, ada juga Presiden Pertama kita Ir. Soekarno. Beliau pun sangat luar biasa untuk memperjuangkan Indonesia untuk merdeka. Dulu diumur nya masih remaja, Pak Karno menghabisi waktunnya untuk membaca buku filsuf dari beberapa belahan Dunia seperti Karl Max, Lenin dan filsuf lainnya. Dan lebih gokilnya lagi beliau belajar dan membaca dikandang ayam yang gelap dan penuh serangga! Gila nggak itu coy. Anjir memang lulusan ITB nih memang keren-keren. Perjuangannya merelakan semuannya demi Bangsa. Lalu, apa yang bisa aku dapet? Aku ingin bisa seperti Eyang Habibie, yang bisa berkontribusi untuk bangsa lewat Ilmu Engineering nya. Aku sendiri pun menyukai kerja lapangan, yang dimana kalau sekolah Teknik itu banyak praktikum lapangan. Dan, saat itupun aku memilih FITB (Fakultas Ilmu dan Teknik Kebumian). Which is, aku memilih fakultas tersebut aku ingin memakmurkan Indonesia lewat bumi. Banyak yang ingin aku kelola dari bumi untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Akhirnya setelah pengumuman tiba, lagi-lagi aku gagal guys.

Alhamdulillah, singkat cerita setelah kegagalan ku untuk masuk PTN, akhirnya aku kuliah Swasta di Bandung. Bapakku terus bersikeras untuk aku sukses dalam pendidikan. "pokoknya kamu harus kuliah, sana kamu cari universitas di Bandung." Kata Bapak. Sempat aku berpikir, dari semuannya yang telah terjadi padaku, pola pikirku semuannya berubah. Kasih sayang orangtuaku selama ini kepada anak-anaknya termasuk aku, ternyata hanya bertepuk sebelah tangan. Yang dimana setiap pendapat, setiap bicara, setiap menyuruh, aku nggak pernah mempergunakannya. Yang terjadi adalah dimana dalam suatu perbedaan antara orang tua dan anak tidak menyatu. Kenapa tidak menyatu? Yaitu tadi ketika perbedaan ingin menjadi satu, harus di isi dengan cinta dan kasih. Aku tau selama ini perbedaan antara kedua orangtua ku kepada aku selalu bertolak belakang karena isi cinta dan kasihnya hanya bertepuk sebelah tangan, sedangkan aku tidak memberi cinta dan kasih kembali. Mungkin benar, ridho orang tua. ridho Allah juga. Ketika Allah meridhokan sesuatu, ketika anak dan orang tua dalam perbedaan bisa bersatu karena cinta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ITBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang